Istri Simpanan

Bab 167 - Bukan jalang



Bab 167 - Bukan jalang

0Dae Hyun, Soo Yin dan Jo Yeon masih berada di atas panggung untuk diambil foto sebagai kenang-kenangan terlebih dahulu.     

Para wanita yang tidak mengetahui jika Soo Yin bukan ibunya akan mengatakan jika mereka adalah pasangan yang sangat serasi. Mereka tampak seperti keluarga yang sangat bahagia. Ditambah Soo Yin yang tak hentinya memandang semua orang dengan senyuman ramahnya.     

Begitu pula saat mereka menuruni panggung semua orang bertepuk riuh karena Jo Yeon Ho lulus dengan nilai terbaik. Membuat semua orang tampak kagum.     

"Wah, mereka pasangan yang sangat cocok."     

"Ibu Jo Yeon Ho ternyata masih sangat muda."     

"Apakah benar jika itu ibunya? Umurnya terlihat masih di bawah 20 tahun."     

Itulah ungkapan beberapa orang yang bisa terdengar secara samar-samar di telinga Soo Yin. Ia berjalan sembari menggandeng tangan Jo Yeon Ho. Anak itu juga tampak senang. Tidak ada lagi kesedihan yang tampak dari rona wajahnya.     

Jon Yeon Ho segera kembali ke tempat duduknya karena acara belum selesai. Begitu pula dengan Soo Yin dan Dae Hyun yang kembali duduk di kursinya.     

"Tadi cukup menegangkan," ucap Soo Yin sembari mengatur nafasnya agar lebih tenang dan jantung berdebar.     

"Terima kasih sudah mau menjadi pengganti Aeri. Aku tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa," ujar Dae Hyun sembari tersenyum. Hatinya sangat bersyukur memiliki istri seperti Soo Yin yang sangat pengertian. Dirinya tidak sabar ingin segera berpisah dengan Aeri. Hal penting yang harus dilakukan saat ini adalah membuat Kim Soo Hyun agar bisa diandalkan. Dengan begitu dia akan merasa tenang untuk melepaskan jabatannya.     

"Tidak usah sungkan, bukankah aku juga ibunya?" balas Soo Yin dengan senyuman manis terukir di bibirnya. Senyuman yang mampu meluluhkan hati Dae Hyun untuk pertama kalinya.     

"Kau memang ibu terbaik." Dae Hyun mengacungkan kedua jempolnya ke arah Soo Yin.     

"Aku hanya baru masih calon ibu," ucap Soo Yin terkekeh.     

Di tempat yang tidak begitu jauh di antara para wali murid, Aeri mencari tempat duduk setelah masuk kembali ke dalam aula. Sejak tadi terus mengamati Dae Hyun dan Soo Yin. Hatinya sangat marah dengan kedekatan yang terlihat di antara mereka. Dadanya bergemuruh merasakan iri yang begitu mendalam. Pasalnya Dae Hyun tidak pernah bersikap seakrab itu dengannya.     

Melihat suaminya tersenyum kepada gadis lain, Aeri mengepalkan tinjunya erat-erat. Bukan karena cemburu tapi lebih tepatnya takut posisinya akan tergantikan karena ketika melihat tatapan Dae Hyun kepada Soo Yin begitu lembut. Sangat beda jauh terhadapnya.     

Aeri mengerutkan keningnya ketika melihat Soo Yeon berdiri dan melangkahkan kakinya menuju ke luar dari aula. Aeri bergegas berdiri berniat untuk mengikutinya bersama dua orang wanita wali murid yang sudah dikenalnya beberapa hari lalu. Ia harus membuat perhitungan kepada Soo Yin agar menjauhi Dae Hyun dan mengundurkan diri dari hotel.     

Kebetulan sekali karena Soo Yin ternyata pergi ke toilet sehingga Aeri dan kedua temannya mengikutinya dari belakang.     

Setelah Soo Yin memasuki salah satu toilet, ia membasuh wajahnya dengan air. Rasanya terasa sangat menyegarkan karena ia tidak terlalu suka berlama-lama memakai make up yang tebal. Lebih menyenangkan memakai bedak tipis secara natural.     

Soo Yin menghapus make up-nya yang terlihat dewasa. Sebelum berangkat ia mampir ke salon kecantikan milik Do Jin. Meminta Do Jin untuk membuat wajahnya agar terlihat dewasa. Tidak mungkin ada yang percaya dengan wajah aslinya jika tidak dipoles make up, di usia muda sudah memiliki anak sebesar Jo Yeon Ho.     

Soo Yin sudah mengusap lipstik merah maroon yang menempel di bibirnya. Tidak terbiasa memakainya membuat bibir Soo Yin terasa tebal. Digerakkan bibirnya berulang kali yang sudah tanpa lipstik, terasa ringan dan nyaman. Sebentar lagi acara juga sudah hampir selesai sehingga ia tidak butuh polesan make up lagi.     

Begitu membuka pintu Soo Yin terlonjak kaget karena ada dua orang wanita yang berdiri menghadangnya. Ia berusaha untuk mengingat barang kali pernah berjumpa namun ingatan tentang kedua wanita itu sama sekali tidak ada dalam pikirannya.     

Ekspresi wajah kedua wanita itu juga tampak menyeramkan dan penuh intimidasi.     

"Saya, permisi," ucap Soo Yin hendak melangkahkan kakinya melewati wanita itu namun sayangnya salah seorang di antara mereka mendorong tubuh Soo Yin hingga punggungnya menabrak dinding.     

"Berani-beraninya kau tadi menjadi ibu dari Jo Yeon Ho!" ucap wanita berbaju merah sembari berkacak pinggang tepat di depan Soo Yin.     

"Maaf, itu bukan urusan anda," ucap Soo Yin dengan penuh keberanian.     

"Berani-beraninya kau berkata seperti itu padaku!" ujar wanita berbaju merah sembari melotot tajam hingga membuat matanya hampir keluar.     

"Jangan-jangan dia berniat merayu Tuan Dae Hyun," cibir wanita yang memakai baju kuning. Dengan perhiasan yang menggantung di lehernya.     

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Aeri yang baru saja datang. Memang dengan sengaja ia melakukannya untuk datang belakangan agar tidak terlalu mencurigakan.     

"Aeri, hajar saja gadis ini. Sepertinya dia berniat merayu suamimu," ujar wanita berbaju merah.     

Tubuh Soo Yin bergetar dengan keringat yang mulai mengalir di tubuhnya. Firasatnya saat ini benar-benar buruk, ia terus memegangi perutnya. Berharap Aeri tidak berbuat macam-macam. Untuk pergi dari mereka sepertinya sangat sulit.     

"Wah, benarkah?" Aeri memasang wajah seolah-olah terkejut mendengarnya.     

"Kalian pasti bercanda, mana mungkin dia bisa merayu suamiku," lanjut Aeri sembari terkekeh.     

"Lihatlah foto ini." Wanita berbaju kuning itu memperlihatkan sebuah foto Dae Hyun dan Soo Yin yang tengah saling bertatapan.     

Soo Yin cukup terkejut melihat foto itu. Itu menunjukkan seolah-olah tatapan mereka tampak sangat mesra. Ia meneguk salivanya yang sudah mengering.     

"Ya ampun, tak kusangka gadis polos seperti dia ternyata munafik. Pantas saja ia juga merayu Jo Yeon Ho agar dekat dengannya. Jadi itu semua tujuanmu?" ucap Aeri dengan seringai liciknya menatap Soo Yin.     

"Mana mungkin begitu. Itu semua tidak benar," ucap Soo Yin dengan tergagap berusaha membela diri. Kata jalang, baginya terlalu menyakitkan.     

"Dasar jalang!" umpat Aeri, tangannya sudah terangkat hendak menampar pipi Soo Yin namun ketika hendak mendaratkan di pipi Soo Yin, tangan Aeri tidak bisa di gerakan.     

Soo Yin sudah memejamkan matanya bersiap-siap menerima tamparan dari Aeri. Namun tidak terjadi apapun sehingga Soo Yin perlahan membuka matanya.     

"Aeri, apa yang kau lakukan?" Dengan kasar Dae Hyun mencekal pergelangan tangan Aeri kemudian menghempaskannya. Membuat tubuh Aeri terhuyung hampir terjatuh.     

"Dae Hyun?" Aeri membelalakkan matanya melihat Dae Hyun sudah berdiri di antara mereka.     

"Aku … aku hanya mencoba memberi peringatan kepada jalang seperti dia," lanjut Aeri terbata sembari menunjuk wajah Soo Yin.     

"Apa yang kau katakan barusan?" tanya Dae Hyun dengan nada dingin dan tatapan berapi-api. Ia tidak rela Aeri menyebut istri kecilnya seorang jalang.     

"Dia itu berusaha merayumu. Dia mendekati keluarga kita karena ingin uang saja," ujar Aeri.     

"Kalian berdua tolong pergi dari sini jika tidak ingin mendapatkan masalah," usir Dae Hyun kepada dua wanita yang bersama Aeri.     

Dua wanita itu memandang Aeri kemudian memilih pergi meninggalkan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.