Istri Simpanan

Bab 168 - Satu kata menyakitkan



Bab 168 - Satu kata menyakitkan

0Soo Yin hanya terdiam dengan rasa nyeri di dadanya. Air matanya hampir luruh jika tak berusaha ia tahan. Kata-kata Aeri begitu menyakitkan baginya.     

Benarkah ia seperti jalang? satu kata namun mampu menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping. Namun apa yang ditatakan Aeri memanglah benar jika ia menikah dengan Dae Hyun hanya karena uang. Tapi dirinya bukanlah jalang seperti yang dilontarkan dari bibir Aeri.     

Dae Hyun melirik sekilas rona wajah Soo Yin yang meredup dan mata yang berkaca-kaca. Terlihat juga ada butiran kristal yang sudah menggenang di sudut matanya. Pasti saat ini hatinya terpukul.     

"Tidak usah mengatakan orang lain jika kau sendiri yang melakukannya. Bukankah kau menikah denganku hanya karena menginginkan harta?" tanya Dae Hyun dengan tersenyum miring. Ia tidak bodoh untuk menyadari hal itu.     

Dae Hyun sudah menyadari dengan ketidakberesan malam itu namun kehadiran Jo Yeon Ho membuatnya tak bisa berkutik. Itu karena keluarga besarnya yang terus memaksa untuk menikahi Aeri.      

"Tentu saja tidak, aku menikah denganmu karena setelah apa yang kau lakukan malam itu padaku. Aku … aku hanya ingin kau bertanggung jawab," sahut Aeri terbata berusaha menahan rasa gugupnya.     

"Berbeda dengan gadis jalang itu yang mencoba merayu suami orang," lanjut Aeri sembari melirik Soo Yin yang terdiam.     

"Omong kosong! Jangan pernah menyebut Soo Yin sebagai gadis jalang lagi! atau aku akan membuatmu menyesal," ucap Dae Hyun dengan nada tinggi menatap lekat mata Aeri dengan tajam. Emosinya saat sudah di ubun-ubun.     

"Jadi kau mengancamku? Kenapa kau selalu membelanya?" ucap dengan suara meninggi.     

"Tentu saja, karena dia jauh lebih berharga dari wanita sepertimu," sahut Dae Hyun. Tak peduli jika Aeri akan marah, karena ini semua untuk mengingatkan agar Aeri tidak berbuat macam-macam pada istri kecilnya.     

"Dia itu hanya gadis miskin. Aku heran dengan kalian semua, kenapa sangat menyukai gadis sepertinya?" cibir Aeri seraya berdecak. Tatapannya ke arah Soo Yin begitu sinis.     

"Itu karena dia adalah is …." Dae Hyun hampir saja kehilangan kontrol.     

"Tuan, sudah cukup," ujar Soo Yin dengan tatapan memohon, berusaha melerai pertengkaran di antara mereka. Soo Yin sangat yakin jika Dae Hyun tadi akan mengatakan jika dia adalah istrinya sehingga berusaha untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Dasar jalang! Tidak usah berpura-pura baik, sebaiknya kau pergi saja dari sini!" cibir Aeri dengan seringainya. Tangannya dengan kasar mendorong tubuh Soo Yin. Beruntung Dae Hyun berada di belakangnya sehingga tidak membuat Soo Yin terjatuh ke lantai.     

Dada Dae Hyun naik turun menahan rasa amarah yang bergemuruh di dadanya.     

"Bukankah sudah kukatakan jangan mengatakan hal itu!" teriak Dae Hyun dengan nada tinggi. Ia hendak mendaratkan telapak tangannya di pipi Aeri.     

"Ayah, Kakak, ternyata kalian di sini," ucap Jo Yeon dengan raut wajah berbinar-binar.     

Seketika emosi Dae Hyun luntur sehingga ia menurunkan tangannya ke sisi samping tubuhnya. Tak mungkin melakukan kekerasan di depan putranya.     

Mendengar suara putranya Aeri memasang senyuman yang tulus di bibirnya.     

"Yeon Ho, Sayang," sapa Aeri hendak memeluk tubuh kecil Jo Yeon Ho. Namun anak itu justru beringsut mundur. Ada guratan kekecewaan yang tergaris di wajah Jo Yeon Ho pada Aeri.     

"Yeon Ho, ayo kita pulang," ajak Dae Hyun sembari memegang pergelangan tangan Jo Yeon Ho.     

"Biarkan Yeon pulang bersamaku," ujar Aeri sembari menarik pergelangan tangan Yeon Ho yang satunya.     

"Tidak usah, bukankah kau terlalu sibuk? Aku khawatir kau tidak bisa mengurus Yeon Ho dengan benar," sindir Dae Hyun dengan bibir sebelahnya dinaikkan ke atas.     

"Soo Yin, ayo kita pulang." Tanpa menunggu jawaban dari Aeri Dae Hyun menggandeng tangan Jo Yeon Ho agar mengikutinya. Tak akan membiarkan Aeri menghasut putranya kembali.     

Soo Yin juga mengikuti langkah Dae Hyun di belakangnya dengan bibir terkatup rapat.     

"Arghhh!" teriak Aeri dengan penuh rasa kebencian.     

"Lihatlah, kau akan menyesal sudah menggoda suamiku," ujar Aeri dengan bibir bergetar dan sorot mata berapi-api. Dengan langkah gontai Aeri berjalan menuju parkiran untuk menyusul mereka.     

Kali ini dirinya tidak bisa berbuat banyak dengan mengadu kepada ibu mertuanya karena memang kesalahannya juga.     

Mobil Dae Hyun sudah tidak tampak lagi di parkiran. Sepertinya mereka sudah pergi padahal Aeri masih ingin membujuk Jo Yeon Ho. Sangat disayangkan mereka sudah tidak ada.     

Dengan rasa kesal Aeri masuk ke dalam mobil dengan membanting pintu kuat-kuat.     

================================     

Sepanjang perjalanan Jo Yeon Ho terus saja merengek ingin pergi ke jalan-jalan mengelilingi kota Seoul. Anak itu duduk di kursi penumpang belakang.     

Sedangkan Soo Yin hanya memandang lurus ke depan dengan bibir yang terkatup rapat. Kata 'jalang' masih begitu terngiang-ngiang di telinganya hingga saat ini.     

"Ayah, aku tidak ingin pulang terlebih dahulu. Ayolah, kita pergi berkeliling," rengek Jo Yeon Ho dengan mencebikkan bibirnya.     

"Memangnya kau ingin kemana? Lain kali saja kita pergi. Apa kau tidak merasa lelah?" tanya Dae Hyun sembari memijat pelipisnya.     

"Tidak, ini hari kelulusanku. Aku ingin jalan-jalan," sahut Jo Yeon Ho dengan rona wajah bersemangat.     

Dae Hyun menghela nafas pelan. Melirik sesaat Soo Yin yang memandang jalan tanpa ekspresi.     

"Soo Yin, apa kau ingin pergi ke suatu tempat?" Ingin rasanya Dae Hyun menenangkan istri kecilnya namun apalah daya saat ini masih ada Jo Yeon Ho sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.     

Soo Yin menoleh ke arah samping untuk melihat suaminya sebelum akhirnya ia menggelengkan kepalanya pelan. Tak terpikirkan sama sekali Soo Yin ingin pergi kemana.     

Derrrtt… derrrtt … derttt …     

Sebuah dering ponsel disertai getaran menggema di dalam mobil sehingga Dae Hyun langsung menjawabnya.     

Ternyata itu adalah panggilan dari Chang Yuan yang mengingatkan Dae Hyun jika ada pertemuan dengan para relasi yang akan bekerja sama dengan hotel.     

Dae Hyun menghela nafas pelan. Padahal ia ingin menghibur istri kecilnya. Sangat disayangkan jika ia sangat sibuk.     

"Sepertinya lain kali saja kita pergi ayah banyak pekerjaan." Dae Hyun menoleh ke belakang untuk melirik putranya.     

"Yahhh," ujar Jo Yeon Ho dengan guratan kecewa di raut wajahnya.     

"Lain kali saja kita pergi, ayah janji akan mengajak kemanapun yang kau inginkan," ujar Dae Hyun agar tidak membuat putranya kecewa.     

"Baiklah," sahut Jo Yeon Ho pada akhirnya.     

Dae Hyun terlebih dahulu mengantarkan Jo Yeon Ho ke UN Village hanya sampai halaman karena Dae Hyun sangat terburu-buru. Kini hanya ada Soo Yin Dan Dae Hyun saja yang ada di dalam mobil.     

"Sayang, jangan dipikirkan apa yang Aeri katakan padamu." Kini Dae Hyun bisa leluasa berbicara tanpa khawatir ada Jo Yeon Ho lagi.     

"Tapi yang dia ucapkan memanglah benar. Aku menikah denganmu hanya karena uang semata." Soo Yin menundukkan kepalanya teringat ucapan Aeri yang sangat mengena tepat di dadanya.     

Dae Hyun menghentikan mobilnya di tepi jalan. Hatinya belum tenang sebelum memenangkan istri kecilnya.     

"Sssttttt, jangan berbicara seperti itu. Sama sekali tidak benar, karena aku yang memaksamu menikah denganku." Dae Hyun merengkuh wajah Soo Yin untuk menatapnya lekat-lekat.     

Air mata yang tadi berusaha ia bendung kini perlahan menetes di pipinya. Soo Yin merendahkan pandangannya tak berani menatap Dae Hyun.     

Melihat kesedihan istri kecilnya Dae Hyun merasa sangat bersalah. Ia mengusap pipi Soo Yin dengan ibu jarinya. Mengecup keningnya dengan lembut.     

"Aku sungguh minta maaf. Secepatnya aku akan berusaha untuk menyelesaikan semuanya," ujar Dae Hyun sembari memegang dagu Soo Yin agar mau menatapnya.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya karena semua itu bukanlah kesalahan suaminya. Ia tersenyum sembari memegang pergelangan tangan Dae Hyun.     

Melihat istrinya yang tersenyum membuat hati Dae Hyun lega.     

"Sayang, jangan menangis karena nanti calon bayi kita ikut sedih," ujar Dae Hyun sembari mengulurkan tangannya ke perut Soo Yin.     

Soo Yin teringat sehingga ia mengusap perutnya yang masih datar. Buru-buru menghentikan kesedihan yang dirasakannya.     

"Tenanglah, aku akan bertahan untuk calon buah hati kita," ucap Soo Yin.     

Setelah membuat istri kecilnya tenang Dae Hyun segera mengemudikan mobilnya kembali untuk mengantarkan Soo Yin ke Villa. Baru setelah itu dirinya kembali ko hotel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.