Istri Simpanan

Bab 172 - Kamar yang kosong



Bab 172 - Kamar yang kosong

0Villa Pyeongchang-dong,     

Dae Hyun baru saja memarkirkan mobilnya di garasi. Sambil terus melangkah Dae Hyun mengamati keadaan rumah itu.     

Kondisi rumah itu tampak sunyi, keadaan sudah tak lagi terang. Hanya beberapa ruangan saja yang ada cahayanya. Bahkan kamarnya juga terlihat gelap.      

Dae Hyun langsung membuka pintu utama tanpa mengetuknya karena ia mengetahui sandi untuk masuk sehingga tidak perlu repot-repot meminta Bibi Xia untuk membukakan pintu untuknya.     

"Kenapa sepi sekali? Apa Soo Yin sudah tertidur? Padahal ini belum terlalu malam," gumam Dae Hyun terus melangkahkan kakinya menaiki tangga.      

Sekarang sudah pukul sembilan malam. Gara-gara menemui Aeri membuatnya terlambat pulang. Tapi itu tidak masalah, justru pria itub bersyukur.     

Kondisi kamar gelap ketika Dae Hyun memasuki kamar. Ia meraba dinding untuk menemukan saklar. Setelah lampu menyala Dae Hyun menjatuhkan kantong plastik yang ada di tangannya. Kamar itu kosong, ranjang juga sangat rapi seperti tidak dipakai.     

Dae Hyun begitu panik sehingga ia mencari Soo Yin ke segala sudut kamar. Mulai dari kamar mandi sampai kamar ganti namun Soo Yin tidak ada. Tak lupa ia juga membuka pintu menuju balkon namun Soo Yin juga tidak ada. Bahkan Dae Hyun sampai memeriksa kolong ranjang batang kali ada di sana.     

Dengan tangan gemetar karena takut Dae Hyun merogoh ponselnya dari saku celananya untuk menghubungi ponsel Soo Yin.     

Derrrtt … derttt … derrrtt ….     

Terdengar suara ponsel yang bergetar. Dae Hyun mencari dari mana sumber suaranya. Setelah didengarkan dengan seksama, suara itu berasal dari laci. Buru-buru Dae Hyun langsung membukanya. Benar saja jika ponsel Soo Yin di dalam laci.     

"Sayang, dimana kau berada? Tidak usah mengerjaiku!" teriak Dae Hyun seraya ke luar dari kamarnya. Ia membuka pintu ruang kerjanya, barang kali Soo Yin bersembunyi di sana. Tidak ada siapapun di ruangan itu.     

Tak lupa Dae Hyun juga sudah menghubungi Bibi Xia. Hasilnya sama, panggilannya juga tidak dijawab.     

"Apa terjadi sesuatu pada Soo Yin?" Tubuh Dae Hyun kini terasa sangat lemas. Dengan langkah gontai ia menuruni tangga namun tidak tahu harus pergi kemana mencari istrinya karena tidak ada yang bisa dihubungi.     

"Chung Ho!" Mungkin Chung Ho mengetahui dimana keberadaan istri kecilnya saat ini.     

Dae Hyun berlari menuju ke pos keamanan dimana Chung Ho tengah berjaga.      

"Chung Ho!" panggil Dae Hyun dari kejauhan sambil terus berlari.     

Chung Ho yang tengah berbaring langsung terduduk mendengar bosnya memanggil namanya. Dengan langkah lebar Chung Ho menghampiri Dae Hyun.     

"Ada apa, Tuan?" tanya Chung Ho sambil mengatur nafasnya yang tersengal.     

"Katakan padaku dimana Soo Yin?" ujar Dae Hyun seraya mencengkram kerah kemeja Chung Ho. Terlalu khawatir membuat Dae Hyun kehilangan akal sehatnya.     

"Nona Soo Yin?" tanya Chung Ho dengan dahi berkerut.     

"Katakan dimana istriku saat ini!" Dae Hyun sudah tidak sabar.     

"Nona Soo Yin ada di dalam, Tuan," sahut Chung Ho dengan raut wajah bingung     

"Istriku saat ini tidak ada di dalam. Kau pikir aku belum mencarinya sebelum bertanya denganmu," ujar Dae Hyun sembari menahan emosi dengan tangan yang belum diturunkan dari kerah baju Chung Ho.     

"Tapi, Nona tidak pergi kemanapun, Tuan," sahut Chung Ho dengan menaikkan sebelah alisnya.     

"Ada apa ini ribut-ribut?"      

Sebuah suara begitu merdu menggema di antara suara jangkrik malam yang saling bersahutan. Dae Hyun menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari teras.     

Sosok gadis yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya tengah berdiri di dekat salah satu tiang yang berada di teras. Wajahnya berkerut karena bingung dengan keributan yang sepertinya baru terjadi.     

"Chung Ho, lain kali pakai bajumu dengan benar," ujar Dae Hyun sembari pura-pura mengusap baju Chug Ho kemudian menurunkan tangannya.     

Sebelum pergi Dae Hyun menatap tajam ke arah Chung Ho sebagai kode jangan sampai memberitahukan apa yang baru saja terjadi. Istrinya pasti akan marah jika mengetahui dirinya hampir berbuat kasar pada Chung Ho.     

Chung Ho hanya menggaruk kepalanya bagian belakang kemudian menggelengkan kepalanya.     

Sepenting itukah Soo Yin dalam hidupnya sehingga tidak melihatnya membuatnya hampir kehilangan akal sehatnya.     

"Sayang, apa kau baru sampai?" tanya Soo Yin sembari berjalan menghampiri suaminya. Rasa rindunya juga begitu memuncak namun dirinya tetap sabar menunggu.     

"Maaf, baru bisa berkunjung kemari." Dae Hyun merentangkan kedua tangannya untuk menyambut tubuh Soo Yin agar masuk ke dalam dekapannya.     

Soo Yin melangkahkan kakinya dengan cepat agar segera sampai ke dalam pelukan suaminya.      

"Kau kemana saja? Kenapa tadi aku tidak menemukanmu di kamar?" tanya Dae Hyun sembari mengeratkan dekapannya. Hatinya sangat lega karena sudah melihat Soo Yin baik-baik saja. Padahal tadi sudah berpikir buruk jika terjadi sesuatu padanya.     

"Jadi kau sudah masuk ke dalam?" Soo Yin menengadahkan wajahnya.     

"Iya, kau membuatku sangat cemas. Kupikir terjadi sesuatu padamu," ucap Dae Hyun sembari mencubit ruang di antara alisnya.     

"Jadi karena cemas, kau ingin menghajar Chung Ho?" tanya Soo Yin sembari terkekeh geli. Meski dari kejauhan namun Soo Yin bisa mendengar apa yang diucapkan olehnya.     

"Tidak, aku … aku tidak melakukan itu," sanggah Dae Hyun dengan terbata. Tak mungkin ia mengakui kejadian yang sebenarnya.     

"Tidak usah berbohong," goda Soo Yin sembari melepaskan diri dari pelukan Dae Hyun.     

"Aku tidak berbohong," sahut Dae Hyun memandang dengan rahang menegang karena menahan malu. Ia merasa malu karena hampir mencelakai orang yang tidak bersalah.     

"Lain kali jangan seperti itu lagi, jangan bertindak ceroboh," saran Soo Yin kemudian memeluk Dae Hyun lagi untuk melampiaskan rasa rindu yang masih menggebu. Jika punya pilihan di saat mengandung seperti ini ia ingin selalu ada Dae Hyun di sampingnya.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun.     

"Memangnya kau tadi kemana?" lanjutnya.     

"Aku tadi pergi ke halaman belakang bersama bibi. Beberapa malam ini aku tidak bisa tidur sehingga aku lebih suka menikmati sinar rembulan dari luar," ucap Soo Yin seraya menempelkan pipinya di dada bidang suaminya.     

"Apa kau masih memikirkan kejadian waktu itu?" Dae Hyun cemas jika Soo Yin masih sedih.     

"Sedikit," sahut Soo Yin. Bagaimana     

pun dirinya adalah seorang wanita yang lemah jika menyangkut hati dan perasaans ehingga tidak akan begitu mudah melupakan semuanya begitu. Dirinya butuh waktu.     

"Hmmm." Chung Ho yang sejak tadi mengamati bosnya sengaja berdehem agar mereka tidak bermesraan di teras karena cukup membuatnya sakit mata.      

"Ayo, masuk. Kasihan Chung Ho jika melihat kita terus seperti ini," ujar Soo Yin sembari terkekeh geli.     

"Itu salahnya karena tidak mau mencari kekasih," gerutu Dae Hyun sembari menatap Chung Ho yang hanya berjarak beberapa meter saja namun Chung Ho mengalihkan pandangan, pura-pura tidak melihatnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.