Istri Simpanan

Bab 174 - Menginginkan sesuatu



Bab 174 - Menginginkan sesuatu

0Wajah Dae Hyun yang tadinya berbinar kini tampak meredup. Wajahnya berubah jadi masam dengan bola mata yang sedikit tajam namun mengalihkan pandangannya dari tatapan Soo Yin. Sanggupkah dia hidup tanpa istri kecilnya?     

Melihat suaminya yang berubah ekspresi, Soo Yin memiringkan kepalanya untuk menatap suaminya. Iatersenyum dengan begitu manis hingga dapat menggetarkan jiwa Dae Hyun.     

"Tidak usah terlalu serius karena aku hanya bercanda," ucap Soo Yin sembari terkekeh geli karena sudah berhasil mengerjai suaminya.     

"Jadi kau mengerjaiku?" Dae Hyun menoleh untuk memandang Soo Yin yang sedang tertawa.     

"Kau sungguh membuatku hampir gila." Dae Hyun yang gemas mencubit hidung Soo Yin. Hampir saja tadi jantungan dan ingin terjun dari balkon saja.     

"Aduh, sakit!" gerutu Soo Yin.     

Dae Hyun terus menggelitiki perut Soo hingga ia tidak berhenti tertawa. Satu yang ada di pikirannya jika sampai Soo Yin pergi maka lebih dirinya hidup di pulau terpencil seorang diri.     

"Cukup!" Soo Yin berusaha mengatur nafasnya yang tersengal.     

Dae Hyun menghentikannya kemudian merengkuh pinggang Soo Yin agar lebih dekat. Tak ada jarak di antara mereka.     

"Aku memiliki kabar gembira untukmu dan calon buah hati kita," ujar Dae Hyun. Hampir saja melupakan tentang perceraiannya dengan Aeri.     

"Kabar gembira apa itu?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan keningnya.     

"Aku sudah menggugat cerai Aeri. Semoga saja dia tidak berulah dan menandatangani surat-suratnya segera," ujar Dae Hyun.     

"Benarkah?" Raut wajah Soo Yin terlihat berbinar mendengar kabar itu.     

"Baru saja aku tadi menemuinya. Waktunya sangat tepat karena Aeri bersama Lee Young Joun," ucap Dae Hyun.     

"Tuan Lee?" Nama itu mengingatkannya pada kejadian yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu. Soo Yin teringat kembali malam dimana ia hampir dilecehkan oleh pria asing. Sehingga Soo Yin bisa sedikit membayangkan apa yang mungkin mereka lakukan.     

"Benar, ingin sekali rasanya aku tadi meninju wajahnya. Namun untuk apa, aku marah justru aku bersyukur karena gara-gara dia aku bisa memergoki Aeri dengan mata kepalaku sendiri," ucap Dae Hyun dengan bibir merekah.     

"Memangnya apa yang mereka lakukan?" tanya Soo Yin ingin tahu.     

"Sebenarnya mereka tidak melakukan apa-apa namun perkataan mereka membuatku merasa marah," ujar Dae Hyun.     

"Apa karena kau cemburu?" tebak Soo Yin.     

"Untuk apa aku cemburu kepadanya? justru aku berterima kasih padanya sehingga aku memiliki alasan untuk meminta berpisah dari Aeri secepatnya," ujar Dae Hyun di sela tawanya yang begitu renyah. Rona wajahnya tampak sumringah.     

Meski Soo Yin cukup bahagia mendengar Dae Hyun akan berpisah dengan Aeri tetapi hatinya merasa pilu jika mengingat tentang putra mereka.     

Dengan wajah sendu, Soo Yin berjalan ke depan sedikit. Kembali memandang langit malam yang sudah tak ada bintang yang terlihat. Hatinya tidak bisa menyakiti Jo Yeon Ho.     

"Apa kau tidak bahagia mendengar kabar ini?" tanya Dae Hyun.     

Soo Yin menghela nafas panjang dengan pikiran yang menerawang jauh memikirkan sikap Jo Yeon Ho suatu saat nanti.     

"Aku hanya memikirkan perasaan Jo Yeon Ho jika sampai tau hal ini," ucap Soo Yin lirih. Tak bisa dibayangkan olehnya bagaimana Jo Yeon Ho yang pasti akan merasa sangat terpukul.     

"Tidak perlu cemas, aku yakin jika Yeon Ho pasti bisa menerima semuanya." Dae Hyun menggenggam kedua tangan Soo Yin kemudian meremasnya. Ia ingin menghilangkan rasa khawatirnya selama ini.     

"Semoga saja," ujar Soo Yin dengan penuh harap.     

"Ayo kita tidur, ini sudah malam." Tanpa aba-aba Dae Hyun mengangkat tubuh Soo Yin dengan kedua tangannya.     

"Kau membuatku terkejut," gerutu Soo Yin karena tiba-tiba tubuhnya terasa seperti melayang di udara.     

"Maaf," ujar Dae Hyun kemudian mengecup bibir ranum itu sekilas.     

Dae Hyun kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Menurunkan tubuh Soo Yin di ranjang pelan-pelan.     

Dae Hyun merentangkan tangannya agar Soo Yin menggunakan lengannya sebagai bantalan.     

"Tidurlah di lenganku," ucap Dae Hyun ketika Soo Yin hendak beranjak menjauh.     

"Baiklah," sahut Soo Yin sembari melingkarkan tangannya di perut Dae Hyun.     

Kini terdengar suara dengkuran halus yang cukup nyaring di malam yang semakin sunyi.     

Dae Hyun merasakan gelayar di sekujur tubuhnya ketika jemari yang tengah bermain-main di bawah perutnya. Di sela kantuk beratnya Dae Hyun sebisa mungkin untuk menahannya namun jemari itu tampak tidak ingin berhenti dan membuatnya terbangun.     

"Jangan membangunkan singa tidur," ujar Dae Hyun dengan suara parau dan mata terpejam.     

"Kau belum tidur?" Soo Yin mengangkat kepalanya sedikit untuk memandang Dae Hyun yang tidur dengan posisi telentang.     

"Bagaimana mungkin aku bisa tidur jika kau terus menggangguku." Dae Hyun membuka matanya sedikit.     

"Aku tidak bisa tidur," ucap Soo Yin sembari mengerucutkan bibirnya. Perutnya terasa keroncongan dan minta diisi sesuatu.     

"Ini sudah malam, tidurlah," ujar Dae Hyun yang sebenarnya sudah merasa ngantuk berat. Namun sejak tadi Soo Yin terus mengganggunya. Dengan cepat memiringkan tubuhnya ke arah Soo Yin.     

"Apa kau menginginkan sesuatu?" tanya Dae Hyun.     

"Hmmmm," sahut Soo Yin. Kini tangannya malah bermain-main di dada Dae Hyun yang ditumbuhi bulu-bulu halus.     

Dae Hyun tersenyum meski wajahnya tak terlihat karena lampu sudah dimatikan. Ternyata istri kecilnya terlalu merindukannya sehingga Dae Hyun berpikir Soo Yin ingin melakukan sesuatu hubungan romantis.     

Dengan cepat Dae Hyun mengungkung Soo Yin di bawah tubuhnya. Meski keadaan gelap namun Dae Hyun masih bisa melihat setiap lekukan wajah Soo Hyun meski samar-samar. Ditambah lagi hasratnya yang berusaha untuk ditahan tak mampu lagi dibendung olehnya.     

Soo Yin hendak mengatakan sesuatu namun bibirnya justru mengeluarkan suara lenguhan karena Dae Hyun sudah meraup bibirnya terlebih dahulu. Menciumnya dengan begitu lembut hingga Soo Yin terbuai oleh permainan yang Dae Hyun berikan kepadanya.      

Rasa itu semakin lama semakin menginginkan hal yang lebih jauh lagi namun pikiran Soo Yin terlalu kuat karena menginginkan sesuatu yang lain.     

Tangan Dae Hyun hendak membuka kancing baju tidur Soo Yin namun segera mengurungkan niatnya karena teringat sesuatu. Teringat ucapan Dokter Kang agar jangan melakukan hubungan suami-istri terlebih dahulu selama Soo Yin hamil muda. Sehingga menghentikan ciuman panas yang sudah berlangsung beberapa menit.     

"Sayang, aku tidak bisa melakukan apa yang aku inginkan. Aku tidak ingin menyakiti calon anak kita," ujar Dae Hyun sembari mengancingkan baju Soo Yin kembali.     

"Jadi, kau tidak mau mengabulkan permintaanku?" ucap Soo Yin dengan guratan wajah kecewa.     

Dae Hyun menyingkap baju Soo Yin kemudian menempelkan kepalanya di perut sang istri.     

"Aku tidak ingin menyakitimu seperti waktu itu," ujar Dae Hyun dengan nada sendu. Jika ia mengabulkan keinginan Soo Yin pastilah tak dapat mengontrol hasratnya kembali.     

Soo Yin diam tidak bergeming.     

'Bukankah dia yang menyuruhku untuk makan dengan lahap? Lalu kenapa sekarang justru takut menyakiti anakku?' ~ batin Soo Yin. Perasaannya mengatakan jika Dae Hyun telah salah paham.     

"Apa makanan akan menyakiti anak kita?" tanya Soo Yin dengan wajah polos     

"Makanan?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya berusaha mencerna ucapan Soo Yin.     

"Aku lapar, aku sangat ingin makan sesuatu," rengek Soo Yin yang sudah tak dapat lagi menahan keinginannya.     

"Lapar? Bukannya kau ingin melakukan hubungan intim?" tanya Dae Hyun secara gamblang.     

"Aku ingin makan bukan melakukan hubungan," ucap Soo Yin sembari bangkit dan bersandar dari sisi ranjang.     

Dae Hyun mencubit ruang di antara alisnya. Ternyata sudah salah mengira.     

"Baiklah, biarkan aku yang membuatnya. Memangnya kau ingin apa?" tanya Dae Hyun. Untunglah Soo Yin masih polos sehingga tidak akan menertawakannya.     

"Aku ingin makan gyeranppang," sahut Soo Yin. Gyeranppang adalah kue manis Korea yang berbentuk oval dengan telur ceplok di atasnya. Kue ini biasa dijajakan di pinggir jalan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.