Istri Simpanan

Bab 175 - Tidak menginginkannya lagi



Bab 175 - Tidak menginginkannya lagi

0Dae Hyun beranjak dari ranjang kemudian mencari saklar untuk menghidupkan lampu agar terang.     

"Baiklah, aku akan membangunkan bibi untuk membantuku membuatnya," sahut Dae Hyun hendak melangkahkan kakinya ke luar.     

"Tidak usah," sergah Soo Yin.     

Mendengar larangan dari istrinya, Dae Hyun berbalik untuk mendekatinya. Untunglah tidak perlu membuatnya karena matanya sudah sangat mengantuk.     

"Aku ingin kau membelinya," ucap Soo Yin. Tangannya terus berada di atas perut untuk mengusapnya yang keroncongan.     

Dae Hyun menggaruk belakang kepalanya. Tidak mungkin ada orang yang berjualan makanan itu di tengah malam seperti ini. Apalagi cuaca di luar sangat dingin. Penjual biasanya menjajakan hanya sampai sore saja.     

"Sayang, ini sudah terlalu malam. Aku khawatir tidak akan ada yang menjualnya lagi. Bagaimana jika besok pagi saja?" ujar Dae Hyun. Barang kali istrinya mau menunggu sampai besok lagi.     

"Jadi kau menginginkan anak kita kelaparan sampai besok pagi" Soo mencebikkan bibirnya.     

"Bukan begitu, tapi ini sudah tengah malam. Tidak ada yang akan berjualan lagi," bujuk Dae Hyun.     

"Kalau kau tidak mau membelikannya, biarkan aku membelinya sendiri," ujar Soo Yin dengan wajah cemberut. Ia membuka pintu lemari untuk menemukan sweater guna menghangatkan tubuhnya.     

Dae Hyun memijat pelipisnya. Pertama kalinya mengetahui jika orang hamil ternyata sangat susah untuk dibujuk.     

"Tetaplah di sini, aku akan mencarinya sekarang juga," sahut Dae Hyun sembari menghela nafas pelan.     

"Kalau tidak ikhlas tidak usah. Aku tidak ingin anakku makan sesuatu yang diperoleh karena terpaksa," ujar Soo Yin ketika melihat ekspresi wajah Dae yang tampak kesal.     

"Aku tidak terpaksa sama sekali. Tetaplah di sini," bujuk Dae Hyun berusaha menyunggingkan senyum di bibirnya.     

"Lihatlah wajahmu tampak masam seperti itu," ucap Soo Yin.     

"Tidak, aku senang bisa mengabulkan permintaanmu." Sebisa mungkin Dae Hyun melebarkan senyumannya agar Soo Yin percaya kepadanya.     

"Baiklah, jangan membuatku terlalu lama," ujar Soo Yin.     

"Tentu."     

Dae Hyun mengecup kening Soo Yin terlebih dahulu sebelum berangkat.     

Keadaan jalanan sudah sepi, hanya beberapa mobil saja yang tampak lalu lalang menembus kegelapan malam. Dae Hyun terus mengemudikan mobilnya menyusuri jalanan yang remang-remang sembari menoleh kesana kemari untuk menemukan penjual gyeranppang di pinggir jalan.     

Namun  yang terlihat hanyalah tempat dan gerobaknya saja yang masih ada. Di tengah malam seperti ini penjualnya pasti sudah tertidur. Tidak mungkin ia membangunkan penjual di saat mereka telah beristirahat. Lagi pula belum tentu mereka memiliki bahannya.     

Selama tiga puluh menit sudah berkeliling hingga bolak balik namun tak menemukannya. Dae Hyun memutuskan untuk menghubungi ponsel Soo Yin. Tak lama panggilan sudah dijawab.     

"Maaf, Sayang. Sudah tidak ada satupun orang yang berjualan makanan yang kau inginkan," ujar Dae Hyun. Sebenarnya makanan itu tidak terlalu sulit ditemukan jika pada siang hari namun di tengah malam seperti ini siapa yang akan menjualnya.     

"Pokoknya kau harus mendapatkannya," ucap Soo Yin dengan suara yang cukup keras.     

"Bagaimana jika …."      

Tut … tut … tut ….     

Baru saja Dae Hyun hendak mengatakan sesuatu namun istri kecilnya ternyata sudah mematikan sambungan telepon. Ada sedikit rasa kekesalan di hatinya namun dirinya tak boleh mengeluh karena Soo Yin seperti itu juga karena permintaannya untuk hamil. Baru kali ini Dae Hyun merasakan benar-benar seperti akan menjadi seorang ayah.     

Dae Hyun kembali menembus jalanan sepi namun hasilnya tetap sama sehingga memutuskan untuk berhenti di depan sebuah kedai penjual gyeranppang yang menyatu dengan rumah. Tampaknya rumah itu adalah milik sang penjual. Dae Hyun berharap agar penjual itu mau membuatnya.     

Dae Hyun menghela nafas panjang, akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu. Lama sekali tidak ada jawaban sehingga Dae Hyun mengetuknya kembali. Barulah terdengar suara langkah kaki mendekati pintu.     

Seorang pria paruh baya membuka pintu sambil menguap dan mengucek kedua matanya dengan tangannya.     

"Ada apa tengah malam begini membangunkanku?" tanya pria itu dengan suara sedikit meninggi karena kesal tidurnya sudah diganggu.     

"Maaf telah mengganggu istirahat anda, Tuan," ucap Dae Hyun sembari membungkukkan kepalanya dengan sopan.     

"Jika tidak ada keperluan silahkan pergi saja dari sini," usir pria itu.     

"Aku ingin tahu apakah anda penjual gyeranppang?" tanya Dae Hyun. Sungguh ia rasanya tidak enak hati namun apalah daya demi istri kecilnya, ia akan melakukan apapun.     

"Benar, memangnya ada apa?" ujar pria itu sembari mengamati Dae dari atas hinggap ke bawah.     

"Bisakah Anda membuatnya untukku? tidak perlu khawatir aku kubayar satu buah 10 kali lipat," ujar Dae Hyun berusaha melakukan penawaran. Tak peduli dengan berapa banyak uang yang akan dihabiskan. Yang paling penting mendapatkannya.     

Pria itu tertegun mendengar harga yang ditawarkan oleh Dae Hyun. Ia tampak berpikir sebentar.     

"Bukan tidak mau membuatnya namun aku tidak memiliki bahan-bahannya," ujar pria itu.     

"Apa di supermarket ada? Jika ada, tidak masalah nanti biarkan aku mencarinya," ucap Dae Hyun dengan buru-buru.     

"Jika kau mau mencarinya silahkan saja," ujar pria masih dengan memasang wajah masam.     

"Tunggu sebentar."      

Setelah Dae Hyun mendapatkan catatan semua bahan yang dibutuhkan, Dae Hyun langsung bergegas menuju supermarket yang buka 24 jam. Untunglah tempatnya tidak terlalu jauh sehingga dalam waktu lima belas menit Dae Hyun sudah kembali membawa bahannya.     

Tak butuh waktu lama pria penjual sudah berdiri di depan tempat membuat gyeranppang.     

"Anak muda, aku ingin tahu kenapa kau mencari makanan ini di tengah malam seperti ini?" tanya pria itu yang masih sibuk membuat gyeranppang.     

"Istriku yang memintanya," sahut Dae Hyun.     

"Apa dia tengah hamil?" Pria itu bisa menebak. Jika tidak keadaan darurat tak mungkin mencarinya malam-malam seperti ini.     

"Benar, aku tidak menyangka jika wanita hamil tidak bisa menahan keinginannya," sahut Dae Hyun.     

"Kau harus lebih bersabar jika menghadapi wanita hamil karena terkadang dia akan meminta sesuatu hal yang tidak terduga. Setelah kau pulang belum tentu juga istrimu akan memakannya," ujar pria itu dengan guratan lebih ramah tampak di wajahnya.     

"Benarkah?" tanya Dae Hyun.     

"Kau bisa memegang ucapanku," ujar pria itu sambil tersenyum.     

Setelah selesai Dae Hyun membayar uang sebesar 200.000 won untuk sepuluh buah gyeranppang sesuai dengan apa yang tadi dijanjikan. Karena satu buah gyeranppang harganya 20.000 won.     

================================     

Dengan menenteng kantong plastik, Dae Hyun masuk ke dalam kamar dengan wajah ceria. Ia berharap semoga saja istrinya tidak marah karena menunggunya untuk waktu yang cukup lama.     

Ternyata Soo Yin belum tertidur dan masih duduk di sisi ranjang.     

"Maaf, membuatmu menunggu terlalu lama." Dae Hyun mengangkat kantong plastik sedikit ke atas untuk menunjukkan jika ia berhasil mendapatkannya. Ia menghampiri Soo Yin di ranjang untuk duduk di sisinya.     

Soo Yin membuka kantong plastik itu untuk melongok isinya. Bukannya mengambilnya, Soo Yin justru memasang wajah muram.     

"Makanlah," ujar Dae Hyun.     

"Aku sudah tidak menginginkannya. Kau membuatku menunggu sangat lama. Sekarang aku menginginkan sesuatu yang lain," ujar Soo Yin sembari memandang wajah Dae Hyun.     

Mendengar perkataan Soo Yin, tubuh Dae Hyun merasa lemas. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh penjual gyeranppang. Belum tentu Soo Yin mau memakannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.