Istri Simpanan

Bab 176 - Ramyeon buatan Chang Yuan



Bab 176 - Ramyeon buatan Chang Yuan

0Dae Hyun merasa sangat putus asa. Sekarang hanya pasrah apa dengan apa yang akan diminta oleh istri kecilnya. Ia memijat pelipisnya yang terasa sakit.     

"Sayang, apa kau tahu dimana tempat tinggal asisten Chang?" tanya Soo Yin sembari memandang wajah Dae Hyun dengan ekspresi yang menggemaskan. Tidak ada rasa berdosa sama sekali setelah membuat suaminya kelabakan kesana kemari mencari makanan yang dia inginkan. Di saat sudah menemukannya justru ia tak mau lagi memakannya.     

"Memangnya ada apa?" tanya Dae Hyun seraya menyipitkan matanya. Perasaannya kini menjadi tidak enak.     

"Ayo kita ke sana?" ujar Soo Yin sambil mengerjapkan kedua bola matanya yang bening. Bulu matanya yang lentik bergerak-gerak ke atas dan ke bawah.     

"Hah?" Dae Hyun menepuk jidatnya. Bagaimana mungkin mereka berkunjung ke tempat orang lain dini hari seperti ini. Meskipun tidak masalah sebenarnya.     

"Baiklah, kalau kau tidak mau." Soo Yin naik ke atas ranjang dengan wajah ditekuk. Menarik selimut untuk menyembunyikan seluruh tubuhnya. Ia juga menutupi kepalanya dengan marah. Ada rasa sedih dan kecewa yang saat ini Soo Yin rasakan karena suaminya tampaknya tak ingin mengabulkan permintaannya kembali. Diremasnya selimut dengan kuat.     

Dae Hyun mengusap gusar wajahnya. Pelan-pelan melangkahkan kakinya ke sisi Soo Yin. Berharap semoga kali ini istri kecilnya hanya bercanda saja dan tidak serius. Barang kali yang dimaksud olehnya besok pagi-pagi sekali. Semoga masih salah mencermati seperti yang dipikirkan saat mengganggunya.     

"Sayang, besok pagi-pagi sekali kita akan pergi ke rumah Asisten Changang," bujuk Dae Hyun sembari mengusap puncak kepala Soo Yin yang tertutup dengan bantal.     

Tidak ada jawaban yang terdengar. Hanya ada suara deru nafas Soo Yin yang terdengar naik turun menahan kekesalan di hatinya.     

Dae Hyun sedikit bisa bernafas lega ketika Soo Yin membuka bantal dan selimut tebal yang menutupi kepalanya.     

Soo Yin memang membukanya namun hanya untuk memandang Dae Hyun sekilas dengan tatapan tajam dan wajah datar penuh rasa kesal.      

"Sekarang tidurlah," ucap Dae Hyun hendak mencium pipi istrinya namun Soo Yin justru memalingkan wajahnya ke arah lain. Kembali menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.     

Dae Hyun menghela nafas pasrah.     

"Baiklah, jika aku ingin sekarang maka kita akan berangkat," ujar Dae Hyun mengalah. Tak ingin terlambat untuk menyadari kekesalan di hati Soo Yin. Dirinya juga yang mengatakan akan melakukan apapun untuk membahagiakan istri kecilnya. Ia juga tidak ingin melupakan bagaimana usahanya yang sangat sulit meluluhkan hati seorang gadis seperti Soo Yin yang begitu keras kepala. Sangat berbeda dengan sekarang yang terlihat sangat manja.     

"Benarkah?" Soo Yin langsung terduduk mendengar Dae Hyun mengatakan demikian. Bola matanya terbuka membulat sempurna.     

"Ayo kita pergi," ajak Dae Hyun dengan tubuh sedikit lemas.     

Setelah tiga puluh menit perjalanan mereka sudah sampai tepat di depan pintu apartemen Chang Yuan. Tentu saja Dae Hyun mengetahuinya karena dialah yang membelikan apartemen ini untuk Chang Yuan hadiah atas kerja kerasnya selama ini yang pantang menyerah.     

Di dalam kamar, tengah tertidur pria yang masih berusia muda dengan hanya memakai celana pendeknya saja. Keadaan kamar sangat rapi, jauh dari berantakan seperti kamar seorang pria pada umumnya yang tidak terurus.     

Chang Yuan dibangunkan oleh suara bel pintu dari luar. Dengan kantuk yang masih begitu berat, Chang Yuan melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul dua dini hari. Ia enggan beranjak dari ranjangnya namun suara bel pintu yang begitu nyaring terus mengusik. Mau atau tidak mau, Chang Yuan terpaksa bangun untuk melihat siapa yang dini hari seperti ini datang berkunjung.     

Chang Yuan menyeret kakinya  ke luar dari kamar. Hampir saja menabrak pintu, sehingga Chang Yuan berusaha menghilangkan rasa kantuknya dengan menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.     

Dibukanya pintu pelan-pelan tanpa memeriksa siapa yang datang terlebih dahulu. Rasa kantuknya langsung menghilang seketika. Dua orang yang berdiri di depannya tampak seperti sebuah ilusi semata. Tak mungkin apa yang dilihatnya saat ini adalah bos besarnya.     

"Tidak usah terkejut begitu, apa yang kau lihat memanglah kami," gerutu Dae Hyun karena Chang Yuan tak kunjung menyuruh mereka masuk. Kakinya sudah pegal karena terlalu lama berdiri menunggu Chang Yuan membuka pintu.     

"Silahkan masuk, Tuan," ujar Chang Yuan. Dengan langkah yang lebar Chang Yuan kembali ke kamar untuk berganti pakaian terlebih dahulu. Tak ingin istri tuannya melihat tubuhnya yang kekar sempurna.      

Soo Yin memandang sekeliling apartemen Chang Yuan. Matanya begitu takjub melihat lukisan-lukisan yang berjejer rapi di dinding ruangan dengan berbagai macam objek. Perabotan lainnya juga tertata sesuai pada tempatnya.     

Dae Hyun yang sudah terasa lelah dan mengantuk memilih menyandarkan ke pada sandaran sofa, untuk mengurangi kelelahannya sebentar. Sebenarnya ia sangat bingung kenapa Soo Yin tiba-tiba ingin berkunjung ke apartemen Chang Yuan. Jangan-jangan ….     

Matanya mendadak terbuka lebar memikirkan sesuatu yang ada di benaknya. Jika terbukti apa yang dipikirkannya benar maka Dae Hyun tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran kepada asistennya itu.     

"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu? Kenapa Tuan dan Nona berkunjung malam-malam seperti ini?" tanya Chang Yuan dengan nada sebisa mungkin jangan sampai menyindir kedua tamunya.     

"Asisten Chang, aku ingin memakan semangkuk ramyeon buatanmu," sahut Soo Yin dengan terus terang. Wajahnya berbinar tanpa ada bersalah sama sekali.     

Dae Hyun dan Chang Yuan saling berpandangan satu sama lain. Mereka terkejut dengan permintaan sederhana yang Soo Yin lontarkan. Padahal Dae Hyun juga sangat pandai membuatnya. Rasanya akan jauh lebih enak dengan ramyeon buatan Chang Yuan.     

"Ramyeon?" Dae Hyun mengatakannya dengan wajah tidak percaya. Dengan tatapan sinis Dae Hyun melirik Chang Yuan yang masih tampak terkejut.     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan penuh antusias.     

"Asisten Chang, apa kau dengar jika istriku meminta ramyeon. Apa kau memiliki bahan-bahannya?" tanya Dae Hyun dengan datar.     

"Ada, Tuan," sahut Chang Yuan dengan cepat. Beruntung sekali saat pulang dari kerja ia mampir ke supermarket untuk membeli berbagai macam kebutuhannya sehingga bisa dipastikan jika kulkasnya sudah penuh.     

Dae Hyun meminta Soo Yin untuk duduk di sofa sambil menunggu ramyeon matang. Sedangkan ia ikut ke dapur bersama Chang Yuan untuk memastikan makanan yang dibuat asistennya tidak mengandung racun.     

"Asisten Chang, katakan padaku sihir apa yang telah kau kirimkan sehingga istriku menginginkan makanan buatanmu." Dae Hyun berdiri di sisi Chang Yuan sambil berkacak pinggang dengan lirikan matanya yang tajam.     

"Ilmu sihir? Aku tidak melakukan apapun, Tuan," sahut Chang Yuan dengan dahi berkerut penuh tanda tanya.     

"Jika tuduhanku terbukti maka aku tidak segan-segan untuk memberi peringatan kepadamu," ancam Dae Hyun.     

Chang Yuan menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dirinya akan berani berbuat seperti itu kepada istri bosnya. Meski begitu tak banyak kata yang terucap dari bibir Chang Yuan. Lebih pasrah saja dengan tuduhan Dae Hyun kepadanya. Untuk apa takut, karena dia memang tidak melakukan apapun.     

"Cepatlah sedikit, jangan membuat istriku menunggu terlalu lama," ucap Dae Hyun yang sudah tidak sabar. Jangan sampai terulang lagi seperti yang ia lakukan tadi.     

15 menit kemudian ramyeon sudah matang.     

Dae Hyun membawa semangkuk ramyeon ke ruang tamu dimana Soo Yin tengah menunggu. Kakinya lemas ketika apa yang ditakutkan olehnya terjadi lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.