Istri Simpanan

Bab 184 - Memandangnya



Bab 184 - Memandangnya

0Kesibukkan Dae Hyun bekerja di hotel tak kunjung usai. Bahkan saat ini ada beberapa para investor lama yang menarik investasinya. Memang itu hanya sekitar dua orang namun mereka adalah seorang yang cukup banyak menaruh investasinya di hotel itu.     

Dae Hyun kalang kabut karena dana itu cukup besar sehingga ia butuh investor baru yang bersedia bekerja sama dengannya.      

Ia curiga jika Aeri ada dibalik semua ini. Ia tidak sebodoh dulu yang akan memohon kepada Aeri agar mau membantunya. Sekarang jaringan persahabatan sudah begitu luas dengan para pengusaha. Jika dahulu orang akan ragu untuk berinvestasi karena hotel mereka yang masih kecil. Mungkin ragu dengan keuntungan yang akan mereka dapatkan. Berbeda dengan kondisi hotel yang berkembang pesat.     

Meski Kim Soo Hyun masih malas-malasan namun berkat ibunya yang mengatakan jika Soo Yin suka pria pekerja keras maka dia mau bekerja lebih giat lagi.     

Setelah beberapa hari yang memelahkan yang menguras tenaga dan pikiran, Dae Hyun kini bisa bernafas lega karena bisa melewati semua masalah. Kini tinggal memikirkan masalah pribadinya.     

Di malam yang tampak cerah bertaburan bintang, Dae Hyun hanya bisa memandang keindahan langit malam dari balkon ruang kerjanya. Ia selalu menyempatkan diri beberapa saat hanya sekedar mengamati bintang jika rembulan tak lagi bersinar. Melihat langit malam membuat rasa rindunya perlahan terobati.     

Bayangkan saja tak ada pesan singkat atau telepon. Hanya lewat bibi Xia Dae Hyun bisa mengetahui keadaan istri kecilnya yang sudah ia rindukan. Dia tidak tahu sampai berapa lama Soo Yin menenangkan diri. Meski begitu ia selalu berdoa agar semuanya cepat berakhir.     

Dilihatnya foto Soo Yin untuk melepas semua rasa rindunya. Sebenarnya dia ingin ke villa tapi takut jika Soo Yin akan membuatnya semakin lama untuk berpisah.     

Dae Hyun yang sudah cukup puas memandangi langit malam kembali ke dalam ruangannya. Ia memeriksa jam yang melingkar di tangannya yang masih menunjukkan pukul delapan malam. Setelah malam itu Dae Hyun tidak pernah kembali ke rumahnya di UN Village. Hanya Jo Yeon Ho yang sesekali datang ke hotel untuk bertemu dengannya.     

Malam ini Dae Hyun memutuskan untuk pulang ke UN Village untuk memastikan keberadaan Aeri. Sepertinya wanita itu memang sudah tidak memiliki urat malu jika sampai ia pulang nanti sikapnya masih biasa saja seolah-olah tidak terjadi apapun di antara mereka. Dae Hyun sampai kehilangan akal agar ia pergi dari rumah itu. Sampai saat ini dirinya juga belum mengatakan kepada ibunya tentang rencana perceraiannya dengan Aeri. Kesibukannya membuatnya belum ada waktu berkata jujur dengan ibunya.     

Dae Hyun kini tengah mengemudikan mobilnya menyusuri jalanan yang cukup ramai.     

Entah kenapa malam ini ingin sekali melihat Soo Yin sehingga ia memutuskan berputar arah ke villa Pyeongchang-dong. Dae Hyun memarkirkan mobilnya agak jauh dari villa karena tidak ingin sang istri mengetahui keberadaannya. Yang terpenting rasa rindunya bisa terobati.     

Dae Hyun berdiri di balik pohon sambil mengawasi balkon. Menurut informasi dari bibi Xia, Soo Yin akan berdiri di balkon jika jam seperti ini. Semoga saja malam ini bisa beruntung untuk melihatnya karena cuaca juga sedang bagus.     

Tak begitu lama, ada seorang wanita yang tengah berdiri di balkon dengan menengadahkan wajahnya ke langit. Wajahnya tampak berseri-seri dan terlihat bahagia. Meski tidak begitu jelas namun Dae Hyun dapat merasakan kebahagiaan di hatinya. Ia menjadi penasaran apa yang membuatnya sebahagia itu.     

Dae Hyun mengulum senyum dan bersyukur karena istrinya tidak muram lagi. Ekspresi wajahnya juga sudah ceria seperti sedia kala.     

Angin mulai berhembus sepoi-sepoi menerbangkan rambut Soo Yin hingga menyebabkan wajahnya tertutup. Bahkan angin juga menerobos masuk kulit Dae Hyun. Ingin rasanya berteriak agar istri kecilnya masuk ke dalam saja. Namun ia mengurungkan niatnya. Tujuannya ke sana hanya untuk memastikan keadaan istrinya     

Ternyata Soo Yin hanya sebentar saja berada di balkon. Setelah istrinya masuk, Dae Hyun segera pergi meninggalkan villa Pyeongchang-dong. Sekarang saatnya kembali ke rumah utama untuk menyelesaikan masalahnya dengan Aeri.     

================================     

UN Village.     

Lampu masih terang mewarnai sebagian ruangan. Dengan langkah santai Dae Hyun memasuki rumah. Suasana sudah sepi meski belum terlalu larut malam.     

Dae Hyun menaiki tangga ke lantai dua, menuju ke ruang kerjanya untuk mengambil sesuatu dari sana. Hanya sebentar saja, setelah menemukan dokumen yang dicarinya Dae Hyun ingin melihat Jo Yeon Hoi. Ia melongokkan kepalanya ke dalam untuk mengintip. Ternyata putranya sudah tertidur sehingga Dae Hyun hanya sebentar masuk kemudian pergi.     

Dae Hyun pergi ke dapur untuk mengambil air minum karena tenggorokannya terasa kering. Tak disangka jika di dapur ada Aeri yang tengah mengambil air minum juga.     

"Kau pulang juga akhirnya," ujar Aeri dengan semburat senyum terlukis di bibirnya kemudian berjalan menghampiri Dae Hyun.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun tanpa ada niat untuk melihatnya sama sekali.     

"Biarkan aku yang mengambilnya," ujar Aeri ketika Dae Hyun hendak meraih gelas.      

Dae Hyun menarik tangannya kembali. Sepertinya Aeri masih ingin berusaha keras untuk bertahan di rumah ini. Dae Hyun memilih duduk di kursi yang ada di ruang makan.     

"Silahkan," ucap Aeri sembari meletakan gelas yang berisi air putih ke depan Dae Hyun.     

Dae Hyun meminum air yang diberikan Aeri dengan bersikap cuek, sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari dokumen yang tengah dibacanya.     

Aeri duduk di seberang Dae Hyun sembari memangku dagunya dengan kedua tangan. Terus memandangnya, berharap agar pria itu membalasnya. Namun ruang makan itu sunyi dan sepi, tak ada percakapan di antara mereka.     

Dae Hyun tetap fokus, sampai akhirnya tiba-tiba saja tubuhnya terasa gerah. Ini mungkin karena efek belum mandi.     

"Dae Hyun, ternyata kau pulang ke rumah ini setelah sekian lama," sindir Ny. Park. Sebagai seorang ibu ia juga merindukan putranya.     

"Maaf, Bu. Banyak pekerjaan rumit sehingga aku tidak sempat pulang," sahut Dae Hyun dengan kepala yang sedikit sudah terasa berat.     

"Lain kali sesibuk apapun, kau juga harus memberi perhatian kepada anak dan istrimu," ujar Ny. Park     

"Aku pergi ke atas sebentar, Bu," pamit Dae Hyun. Sepertinya ia perlu ke kamar mandi untuk mengguyur kepalanya dengan air hangat.     

"Dia itu selalu saja kabur," gumam Ny. Park yang menghampiri Aeri untuk berbincang sebentar.     

Dengan sempoyongan, Dae Hyun masuk ke dalam kamar mandi. Ia segera mengguyur kepalanya di bawah guyuran shower. Hampir setengah jam Dae Hyun berusaha menghilangkan rasa gerah dan panas yang semakin lama tak tertahankan lagi.      

Dengan pandangan kabur dan pikirannya yang sudah tidak bisa berpikir jernih, Dae Hyun ke luar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk saja.     

Aeri tertegun melihat pria yang kini baru saja keluar. Air liurnya hampir meleleh melihat betapa seksinya Dae Hyun. Tubuhnya yang seperti roti sobek semakin menarik perhatiannya. Bentuk tubuh yang tidak berubah sejak pertama melihatnya.     

Meski sudah sempoyongan Dae Hyun masih bisa melihat Aeri yang duduk dengan posisi kaki mulusnya yang jenjang ia biarkan terbuka di atas paha.     

Dae Hyun menggelengkan kepalanya beberapa kali agar kesadarannya segera pulih seperti sedia kala. Namun semakin lama ada yang aneh terjadi pada tubuhnya yang dibarengi dengan semakin panas hingga butuh pelampiasan.     

Aeri menyadari jika obat perangsang yang telah dia berikan sudah mulai bekerja. Dengan seringai liciknya, is berjalan mendekati Dae Hyun.     

"Jangan mendekatiku!" sergah Dae Hyun. Meski kepalanya terasa berputar-putar namun namun Dae Hyun masih bisa samar-samar Aeri mendekatinya. Ada rasa jijik ketika melihatnya.     

"Tidak usah menahannya," bisik Aeri di telinga Dae Hyun tanpa peduli dengan ucapannya.     

"Soo Yin," gumam Dae Hyun. Sayup-sayup bisikan Aeri terdengar seperti suara Soo Yin sehingga begitu menarik perhatiannya.     

Aeri tak sabar lagi sehingga mendorong tubuh Dae Hyun ke atas ranjang dalam posisi telentang.      

Obat perangsang yang diberikan oleh Aeri memiliki dosis yang tinggi sehingga tidak akan mudah seorang pria itu berpikir jernih.     

Kini bukan Aeri yang tampak di mata Dae Hyun. Justru ia melihat itu adalah wajah istrinya yang tersenyum dengan sangat menggoda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.