Istri Simpanan

Bab 188 - Sensitif



Bab 188 - Sensitif

0Ini sungguh di luar dugaan Dae Hyun, setelah membiarkannya untuk menenangkan diri tampaknya Soo Yin sedikit berubah.      

Dae Hyun langsung berdiri kemudian memeluk Soo Yin ke dalam dekapannya.     

Aroma alkohol menusuk indra penciuman Soo Yin. Membuatnya mual hingga perutnya seperti di aduk-aduk. Dengan sekuat tenaga Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun agar menjauhinya. Perutnya sudah tidak tahan sehingga Soo Yin berlari ke kamar mandi.     

Sarapan yang dimakannya pagi tadi terkuras habis. Soo Yin mulai khawatir kondisinya akan kembali seperti semula. Mungkin karena tidak pernah memeriksakan lagi kandungannya. Sudah setengah bulan ia tak pernah pergi ke dokter. Padahal bibi Xia selalu mengajaknya.     

"Sayang, apa kau baik-baik saja?" seru Dae Hyun dari luar sembari mengetuk pintu. Ia menempelkan telinganya di pintu.     

Soo Yin ke luar setelah membasuh wajahnya. Percuma saja pagi-pagi sudah bersiap-siap agar terlihat perfect, jika pada akhirnya ia mencuci wajahnya sehingga bedaknya langsung luntur. Lipstik tipis yang dipakainya juga kini sudah menghilang.     

"Tolong, jangan terlalu dekat!" ucap Soo Yin ketika Dae Hyun hendak berjalan mendekatinya.     

"Memangnya kenapa?" tanya Dae Hyun.     

"Tubuhmu sangat bau. Aku tidak tahan dengan aroma alkohol," gerutu Soo Yin sembari menutup hidungnya dengan tangan.     

"Baiklah, aku akan membersihkan diri saat ini juga," ujar Dae Hyun. Terlalu bahagia membuatnya lupa jika tadi ia minum alkohol. Dengan langkah kaki yang lebar, Dae Hyun segera masuk ke dalam kamar mandi untuk segera membersihkan diri. Jangan sampai Soo Yin berubah pikiran  sehingga ia akan kabur.     

Soo Yin mengikuti langkah kaki Dae Hyun pergi ke kamar. Tidak ada yang berubah setelah hampir satu bulan tidak bekerja. Semuanya tertata dengan rapi. Merasa penasaran, Soo Yin membuka lemari pakaian suaminya. Ia begitu terkejut karena isinya sudah penuh. Padahal saat dulu ia menginap di sini pakaiannya hanya beberapa potong.     

Ketika keluar, Dae Hyun sudah mengganti pakaiannya. Ia tidak ingin Soo Yin marah karena pernah ganti pakaian di depannya.     

"Kenapa pakaianmu di sini banyak sekali?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan keningnya. Ia tidak mengetahui jika suaminya selalu menginap di hotel.     

"Semenjak kau tidak ingin diganggu, aku selalu tidur di sini. Baru semalam aku pulang," sahut Dae Hyun. Ia bahkan menyesal karena semalam telah pulang.     

Soo Yin menutup pintu lemari kembali. Tak disangka jika Dae Hyun benar-benar menepati janjinya untuk tidak mengganggu. Soo Yin berjalan ke arah kaca yang tertutup korden untuk melihat pemandangan gedung pencakar langit. Sebenarnya terdapat balkon jika ingin melihatnya dari luar. Namun Soo Yin terlalu takut dengan ketinggian.     

"Apa kau tidak merindukanku? Sehingga tak ingin memelukku," ujar Dae Hyun yang belum puas memeluk Soo Yin tadi.     

"Bukankah Aeri sudah memelukmu semalam," sahut Soo Yin dengan ekspresi wajah datar. Nadanya seolah-olah jika ia tidak peduli.     

Mendengar pernyataan istri kecilnya membuat raut wajah Dae Hyun kembali seperti sedia kala.     

"Tidak lucu," ucap Dae Hyun dengan rasa kesal.     

Soo Yin mengulum senyum ketika mendengar ucapan Dae Hyun yang cuek dan dingin. Ia berbalik badan kemudian berjalan ke arah Dae Hyun.     

Cup ….     

Soo Yin mengecup pipi Dae Hyun sekali. Terkadang orang yang lebih tua umurnya dari kita belum tentu bisa bersikap dewasa. Itulah sebabnya tidak ada patokan umur, kapan seseorang akan bersikap dewasa.     

"Kau selalu saja tidak berubah," ujar Dae Hyun yang langsung membopong tubuh Soo Yin, membaringkannya di ranjang yang empuk.     

Posisi Dae Hyun kini berada di atas Soo Yin. Mengungkungnya agar tidak bisa kemana-mana. Dae Hyun terus menatap bola mata Soo Yin yang sejernih kristal.     

"Gadis nakal harus diberi pelajaran," ucap Dae Hyun dengan seringai nakalnya.     

Soo Yin hendak menutupi mulutnya dengan tangan karena sudah tahu apa yang dipikirkan suaminya. Namun sebelum berhasil menutup mulutnya, Dae Hyun sudah meraup bibirnya terlebih dahulu.     

Ciuman yang tadinya lembut berubah menjadi panas hingga nafas mereka sampai terengah-engah. Soo Yin yang juga merindukan Dae Hyun, akhirnya membalasnya sebagai bentuk pelampiasan rindu yang sudah menggunung.     

"Bukankah kata dokter kita boleh melakukannya," bisik Dae Hyun tepat di daun telinga Soo Yin dengan sensual. Tepat sesaat setelah melepaskan ciumannya.     

"Apa kau belum puas dengan apa yang Aeri lakukan semalam?" balas Soo Yin yang mampu membungkam mulut Dae Hyun. Sehingga kini otot-otot rahangnya tampak menegang.     

"Tak bisakah kau jangan mengingatkanku tentang hal itu. Jangan sampai aku kehilangan kendali lagi," ujar Dae Hyun dengan tatapan berkabut.      

"Baiklah aku minta maaf, lagi pula kau tampak sensitif sekali," ujar Soo Yin seraya terkekeh geli karena suaminya tampak mudah sekali terpancing emosi.     

Bukannya sensitif namun Dae Hyun masih dihantui bayang-bayang semalam.     

"Aku sudah mengatakan pada ibu jika aku akan bercerai dari Aeri." Dae Hyun bangkit kemudian duduk di sisi ranjang.     

"Benarkah? Lalu bagaimana tanggapan ibu?" Soo Yin langsung terduduk kemudian beringsut ke sisi suaminya, ia cukup terkejut mengetahui hal itu. Tak disangka jika Dae Hyun benar-benar melakukannya.      

"Tentu saja marah, namun aku sudah mengatakan jika aku sudah memikirkannya matang-matang. Tidak ada kecocokan lagi di antara kami," ujar Dae Hyun sembari menghela nafas pelan.     

"Lalu, bagaimana dengan Aeri?"     

"Dia mengeluarkan jurus dramatisnya seperti biasa. Aku tidak peduli biarpun semua orang menentangnya. Aku tetap ingin berpisah secepatnya. Setelah semuanya selesai kita akan pergi jauh," ujar Dae Hyun sembari merengkuh punggung istrinya yang ternyata sudah agak melebar.     

"Aku akan menanti sampai hari itu tiba," ucap Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun. Sungguh terasa nyaman.     

"Tubuhmu tampak lebih berisi sekarang," ujar Dae Hyun.     

"Kau pasti akan mengatakan jika aku gendut," ucap Soo Yin sambil mencebikkan bibirnya ke depan.     

"Meskipun kau gendut memangnya kenapa? Lagi pula aku tetap mencintaimu sampai kapanpun juga. Meski kau gendut, hitam, ataupun kurus. Rasa sayangku tidak akan pernah berubah," ucap Dae Hyun.     

Tok tok tok     

Tiba-tiba saja terdengar ketukan pintu yang cukup keras. Membuat dua sejoli itu merasa terganggu. Apalagi Dae Hyun yang langsung memasang wajah dinginnya.     

"Mengganggu saja!" gerutu Dae Hyun. Padahal sudah mengatakan jika dirinya tidak ingin diganggu.     

"Ayo kita keluar," ajak Soo Yin. Sebelum suaminya resmi berpisah dengan Aeri, ia belum ingin hubungannya diketahui oleh orang lain.     

Di luar, Kim Soo Hyun sudah tidak sabar ingin masuk sehingga dengan keras menggedor pintu.     

"Ada apa? Bukankah sudah kubilang jika ada sesuatu hubungi saja Asisten Chang," ujar Dae Hyun dengan nada tidak suka ketika membuka pintu.     

"Mana calon istriku? Jangan sampai kau membuatnya kelelahan karena kau menyuruhnya terlalu bekerja keras," ujar Kim Soo Hyun sembari melongokkan  kepalanya ke dalam.     

"Selama dia bekerja sebagai sekretarisku, maka terserah dengan apa yang kulakukan," ujar Dae Hyun dengan ketus.     

"Siang ini ada pertemuan dengan investor baru. Dia ingin bertemu secara langsung dengan direktur hotel ini. Sebaiknya kau cepat pergi sebelum terlambat," usir Kim Soo Hyun.     

"Soo Yin, Ayo ikut aku sekarang," panggil Dae Hyun karena Soo Yin pura-pura tengah membersihkan mejanya.     

"Sebaiknya kau sendirian saja. Soo Yin itu cukup lelah," tolak Kim Soo Hyun.     

"Aku tidak peduli," ucap Dae Hyun dengan tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.