Istri Simpanan

Bab 190 - Bisa leluasa karena sudah jujur



Bab 190 - Bisa leluasa karena sudah jujur

0Soo Yin sudah keluar dari kamar mandi. Ia memandang kursi yang sudah kosong serta tidak ada lagi tanda-tanda keberadaan tuan Haa Joon dengan asistennya. Padahal ia ke toilet tidak begitu lama.     

"Dimana tuan Haa Joon?" tanya Soo Yin sembari mengerutkan keningnya.     

"Dia baru saja pergi," sahut Dae Hyun seraya tersenyum.     

"Lalu, bagaimana dengan kerjasamanya?" tanya Soo Yin.     

"Sudah tidak usah dipikirkan. Masih banyak orang yang bersedia berinvestasi di hotel kita," ujar Dae Hyun.     

Chang Yuan sebenarnya menyesalkan kerjasama itu tidak berjalan dengan baik. Tapi harus bagaimana lagi semua sudah terlanjur, jika saja ia yang datang Mungkin semuanya akan berjalan dengan lancar. Ia segera pamit untuk kembali ke hotel karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.     

Tinggallah Dae Hyun dan Soo Yin yang sudah kembali duduk di kursi masing-masing.     

"Lebih baik kita pulang saja, hari ini kau belum istirahat," ujar Dae Hyun. Ia tidak ingin istrinya kelelahan.     

"Aku bosan berada di rumah terus," ujar Soo Yin. Waktu masih terlalu siang untuk kembali ke rumah. Haruskah ia kembali pulang dengan cepat  setelah beberapa minggu tidak keluar.     

"Kalau begitu kita habis ini jalan-jalan saja," ajak Dae Hyun. Sudah lama tak pernah mengajak istri kecilnya untuk pergi jalan-jalan.     

"Apakah kita tidak perlu kembali ke hotel?" tanya Soo Yin.     

"Biarkan Kim Soo Hyun yang mengurus semuanya. Jika aku yang selalu turun tangan, kapan dia akan bisa diandalkan," ujar Dae Hyun. Tangannya hendak meraih pergelangan tangan Soo Yin, namun keburu ditarik oleh yang empunya.     

Meskipun Soo Yin ingin bersikap manja dan meluapkan kerinduannya, itu tidak mungkin karena mereka saat ini tengah berada di keramaian. Jika keluarga suaminya tahu, maka kemungkinan besar ia yang akan dituduh. Meskipun itu tidak benar, tidak akan ada yang percaya pada istri kedua.     

"Apakah kau sudah memeriksakan kandungan?" tanya Dae Hyun. Ia mendengar dari bibi Xia jika Soo Yin memang tak pernah keluar meskipun bibi Xia sudah mengajaknya pergi ke dokter.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan.     

"Ayo kita pergi ke dokter Mi Young lagi," ajak Soo Yin dengan begitu sumringah.     

"Itupun jika kau tidak keberatan," lanjut Soo Yin lirih sembari menggigit bibir bawahnya. Ia lupa jika pertengkaran kala itu terjadi gara-gara dia bersikeras tetap ingin memeriksakan kandungannya di sana.     

"Baiklah, kita akan ke dokter yang kau inginkan," ujar Dae Hyun. Ia tak ingin mengulangi kesalahannya yang tidak seberapa yang hampir membuat kehancuran hubungannya. Jangan sampai keegoisannya menyakiti Soo Yin seperti kemarin.     

"Sebenarnya kenapa kau tidak mau pergi ke sana lagi?" Soo Yin menyipitkan matanya karena merasa curiga dengan suaminya.     

"Itu karena …." Dae Hyun ragu haruskah ia mengatakannya dengan jujur.     

"Dokter Mi Young dan aku sebenarnya pernah memiliki hubungan khusus ketika kami masih SMA. Namun bukan berarti aku masih mencintainya. Aku hanya merasa tidak bebas menanyakan tentang kondisimu kepadanya," ujar Dae Hyun menjelaskan alasannya tidak mau menemui Mi Young.     

"Benarkah?" Soo Yin terperangah mendengar kejujuran suaminya. Pantas saja ia sangat marah kepada dokter Kang menggodanya. Ternyata ini alasannya     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

Dae Hyun mulai menceritakan semuanya sedikit demi sedikit. Orang-orang pernah mengatakan jika cinta pertama memang sulit dilupakan. Meski Dae Hyun masih mengingatnya namun bukan berarti ia masih mencintai Mi Young dan ingin menjalin hubungan dengannya. Ia tidak ingin orang lain salah paham. Yang lalu biarlah berlalu.     

Lebih berkata jujur sekarang, tidak baik jika Soo Yin mengetahui dari orang lain. Lagi pula sekarang Soo Yin sudah sedikit berubah, mungkin sedikit dewasa.     

"Apakah kau masih ingin datang ke sana?" tanya Dae Hyun setelah menyelesaikan sedikit ceritanya.     

"Hmmm," ujar Soo Yin sambil terus berpikir dengan pernyataan suaminya.      

"Aku ingin tetap ke sana saja. Lagi pula memangnya kenapa jika dia mantanmu. Yang terpenting sekarang ini, kau sudah menjadi milikku," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun hanya bisa menghela nafas pasrah. Jika itu yang diinginkan oleh istrinya maka tidak masalah. Yang penting sudah berkata jujur sehingga tidak akan ada lagi kesalahpahaman di kemudian hari     

"Ya sudah, ayo sekarang kita berangkat," ajak Dae Hyun.     

Soo Yin terus mengikuti langkah Dae Hyun di belakangnya sampai masuk ke dalam mobil.     

================================     

Rumah Sakit bersalin Pyongyang.     

Untunglah tidak ada dokter Kang di sana sehingga Dae Hyun bisa leluasa menanyakan tentang keadaan Soo Yin pada Mi Young.     

"Bagaimana dengan istriku dan bayinya? Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Dae Hyun setelah Mi Young melakukan pemeriksaan terhadap Soo Yin.     

Mi Young tertegun sejenak mendengar Dae Hyun menyebut Soo Yin dengan 'istriku'. Ia merasa iri dengan Soo Yin yang diperlukan dengan begitu baik oleh Dae Hyun. Seandainya saja dia yang kini berada di posisinya pastilah akan menjadi seorang wanita yang paling bahagia.     

"Mi Young?" Dae Hyun menggerakkan telapak tangannya di depan Mi Young untuk menyadarkan lamunannya.     

Mi Young segera tersadar.     

"Maaf," ujar Mi Young sedikit gugup.     

"Kondisi istrimu dan bayinya baik-baik saja," ujarnya.     

"Dokter Mi Young, tolong ceritakan pengalaman anda. Bagaimana rasanya saat hamil besar?" tanya Soo Yin dengan begitu antusias.     

Dokter Mi Young tersenyum kecut mendengarkan pertanyaan Soo Yin yang cukup membuat ulu hatinya terasa nyeri.     

"Aku belum pernah mengandung," sahut Mi Young dengan wajah sendu.     

"Dokter Mi, aku sungguh minta maaf," ujar Soo Yin sembari menggenggam tangan Mi Young di meja. Sungguh tidak ada maksud apapun. Ia hanya ingin bertanya dengan orang yang sudah berpengalaman.     

"Tidak apa-apa," ucap Dokter Mi Young sembari tersenyum.     

"Mi Young, apakah kami boleh mempersiapkan semua perlengkapan bayi?" tanya Dae Hyun. Jika anaknya kelak lahir, ia ingin semuanya sudah dipersiapkan.     

"Sebaiknya nanti saja karena kandungannya masih terlalu muda," ujar Mi Young     

Setelah mengatakan yang sebenarnya, Dae Hyun menjadi leluasa dan sudah berani untuk menanyakan bagaimana keadaan Soo Yin dan calon buah hatinya kepada Mi Young. Tak peduli dengan Mi Young yang sesekali tampak meliriknya.     

Mereka ke luar dari rumah sakit pada sore hari setelah menyelesaikan semua pemeriksaan. Tak terasa ternyata kini kandungan Soo Hyun hampir menginjak usia tiga bulan.     

Ada kecemasan di hati Soo Yin. Tak mungkin jika nanti perutnya semakin membesar bisa keluar dengan bebas. Ada kebahagiaan serta kekhawatiran di hatinya.      

"Kenapa cemberut seperti itu? Jangan bilang jika kau tadi merasa cemburu," tebak Dae Hyun.     

"Siapa juga yang cemburu. Jika nanti perutku semakin membesar itu artinya aku tidak akan bisa keluar dengan tenang," ujar Soo Yin dengan sendu. Apalagi jika statusnya masih menjadi wanita simpanan maka sudah dipastikan dia hanya tinggal di rumah.     

"Tentu saja, karena kau sudah menjadi Nyonya Dae Hyun yang terhormat. Tidak mungkin aku mengizinkanmu pergi bekerja. Kau hanya duduk di rumah dan menyambut suamimu yang pulang dengan senyuman," ujar Dae Hyun sembari tersenyum bahagia. Membayangkannya saja sudah mampu mengobati rasa kesalnya semalam. Sungguh tidak sabar menanti hari dimana Dae Hyun akan mengumumkan hubungan mereka kepada semua orang.     

"Bukan itu, maksudnya tidak mungkin aku kuliah jika aku hamil besar," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Tidak masalah. Kau bisa menundanya hingga kau selesai melahirkan dan kondisimu sudah pulih. Sekarang kau hanya harus merasa bahagia seperti yang dikatakan oleh Mi Young," ujar Dae Hyun.     

"Baiklah," ucap Soo Yin untuk menyetujui jika dirinya akan berusaha untuk selalu bahagia.     

Sesuai permintaan Soo Yin, sore ini juga mereka melanjutkan untuk pergi jalan-jalan di sekitar Seoul.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.