Istri Simpanan

Bab 191- Bersamamu saja sudah romantis



Bab 191- Bersamamu saja sudah romantis

0Dae Hyun mengajak Soo Yin untuk istirahat sambil makan di sebuah restoran mewah dengan ruang VIP sehingga mereka bisa makan dengan tenang tanpa yang akan mengawasi mereka.     

Setelah selesai makan malam, barulah mereka melanjutkan perjalanan ke Seokhchon Lake. Sangat tepat sekali karena mereka sampai di sana ketika sudah gelap.     

Seokhchon Lake adalah sebuah danau dengan lokasi yang cukup strategis yang dikelilingi dengan berbagai gedung yang tinggi. Tempatnya tidak terlalu ramai, sangat sesuai permintaan Soo Yin yang ingin pergi ke tempat yang sepi agar mereka lebih nyaman.     

Dae Hyun terus menggandeng tangan Soo Yin ketika memasuki kawasan danau. Di sana cukup sepi jika berkunjung di malam hari. Hanya ada beberapa pasangan sejoli saja yang berkunjung ke sana. Membuat Soo Yin tidak perlu khawatir ada yang mengenalinya.     

Mereka terus menyusuri tepi danau dengan berjalan kaki. Ternyata sudah lumayan lama mereka berjalan, membuat kaki Soo Yin terasa pegal. Semenjak hamil sebenarnya Soo Yin jadi gampang lelah.     

Soo Yin melepaskan pergelangan tangannya dari genggaman Dae Hyun. Ia kemudian berjongkok sambil memijat kakinya.     

Awalnya Dae Hyun tidak menyadari jika Soo memijat kakinya. Berpikir jika Soo Yin mengambil sesuatu benda di tanah. Ia baru menyadari ketika ikut berjongkok di sisi Soo Yin.     

"Naiklah, biarkan aku menggendongmu," ujar Dae Hyun yang tidak tega melihat istrinya tampak kelelahan. Sebenarnya tadi ketika pulang dari rumah sakit ia sudah mengajak Soo Yin untuk pulang namun istrinya itu bersikeras menolak. Terpaksa Dae Hyun menuruti permintaannya.     

"Sekarang tubuhku berat," ujar Soo Yin dengan wajah yang ditekuk.     

"Aku masih kuat menggendongmu. Berat tubuhmu tidak akan jauh lebih berat hatiku jika kau sampai meninggalkanku," ujar Dae Hyun yang sudah berjongkok dalam posisi bersiap menggendong.     

"Nanti kau kelelahan," ujar Soo Yin.     

"Tidak sama sekali, justru aku merasa senang," ujar Dae Hyun.     

Akhirnya Soo Yin mau untuk naik ke punggung Dae Hyun. Tangannya melingkar di leher suaminya sebagai pegangan agar tidak terjatuh.     

Dae Hyun terus melangkah sampai akhirnya mereka menemukan sebuah kursi panjang yang terletak di tepi danau. Ia segera menurunkan Soo Yin di kursi.     

Tempatnya cukup nyaman untuk seseorang yang lebih suka menyendiri. Lampu warna-warni terpantul dari air danau membuat semakin indah pemandangan di sana.     

"Maaf, tidak bisa mengajakmu ke tempat yang romantis," ujar Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala Soo Yin.     

"Dimanapun tempatnya, tidak ada yang jauh lebih romantis dibandingkan saat bersamamu."  Soo Yin memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Dae Hyun.     

"Bisa duduk bersamamu seperti ini, menurutku sudah sangat romantis," lanjut Soo Yin.     

"Terima kasih sudah mau menjadi bagian dari hidupku," ujar Dae Hyun sembari menautkan jarinya di jari Dae Hyun.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun. Dengan posisi tangan mereka saling menggenggam erat seakan tidak ingin dipisahkan. Ia benar-benar merasa bahagia saat ini.     

"Apa nanti kita benar-benar akan pergi jauh dari Seoul?" tanya Soo Yin. Ada kesedihan di hatinya jika sampai mereka meninggalkan Seoul.     

"Aku hanya ingin kelak kita bisa hidup tenang dengan keluarga kecil kita," ujar Dae Hyun.     

"Berapa kau ingin memiliki anak?" tanya Dae Hyun penasaran.     

"Dua saja cukup," sahut Soo Yin.     

"Sedikit sekali, aku ingin kelak anak kita berjumlah sepuluh," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin langsung melotot ke arah suaminya meski wajahnya terlihat samar-samar namun Dae Hyun masih bisa melihatnya.     

"Jadi kau akan membiarkanku hamil sepanjang tahun tanpa beristirahat. Kau sangat enak karena tidak merasakan hamil. Pria memang suka enaknya saja," gerutu Soo Yin sembari menjauhkan sedikit tubuhnya.     

"Aku juga lelah karena harus bekerja keras untuk membuatnya," ujar Dae Hyun sembari terkekeh geli karena sudah berhasil menggoda istri kecilnya.     

"Bukankah kau tidak pernah lelah ketika di atas ranjang. Memang itu kan yang selalu ada di pikiranmu," gerutu Soo Yin sembari mendengus kesal.     

Satu anak saja rasanya sudah seperti ini. Apalagi sampai sepuluh anak. Soo Yin tidak bisa membayangkannya sama sekali.     

"Memang begitulah pria, apalagi jika sudah tidak lama melakukannya. Sudah pasti wanitanya tidak akan dibuat bangun seharian," bisik Dae Hyun dengan sensual di telinga Soo Yin.     

"Dasar mesum!" gerutu Soo Yin sembari mengulum senyum. Ia kembali teringat saat pertama kali melakukannya ketika di pulau Jeju. Dae Hyun memang tidak membuatnya untuk bangun seharian.     

"Meski mesum, namun tetap saja kau tidak ingin pergi jauh dariku," goda Dae Hyun. Wajahnya saat ini begitu dekat dengan Soo Yin.     

"Jangan dekat-dekat," ujar Soo Yin sembari mendorong tubuh Dae Hyun.     

"Lihatlah dia, jika aku yang menggodanya maka akan langsung memasang wajah masam dan menakutkan," gumam Soo Yin lirih sehingga Dae Hyun tak dapat mendengarnya.     

Bukannya menjauh, Dae Hyun justru semakin merekatkan tubuhnya ke tubuh Soo Yin kemudian merengkuh pinggangnya dengan sangat erat. Menyembunyikan kepalanya di ceruk sang istri sehingga membuat Soo Yin merasa geli.     

Hari sudah semakin malam sehingga Dae Hyun mengajak Soo Yin untuk pulang ke villa Pyeongchang-dong. Apalagi angin semakin berhembus kencang karena sepertinya akan terjadi hujan salju.     

"Apa kau tidak akan menginap?" tanya Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Mereka masih di dalam mobil karena baru saja sampai.     

"Apa yang akan kau berikan jika aku menginap?" Dae Hyun tak henti-hentinya menggoda Soo Yin.     

"Pergilah jika kau tidak ingin menginap. Jangan harap besok bertemu denganku," ancam Soo Yin sembari melepaskan sabuk pengamannya dengan kasar.     

"Tidak usah cemberut begitu. Tidak mungkin jika kau tidak menginap setelah berpisah denganmu cukup lama," ujar Dae Hyun sembari merengkuh wajah Soo Yin agar menatapnya.     

Soo Yin masih pura-pura cemberut meskipun sorot matanya mengatakan jika ia tampak sangat bahagia.     

Dae Hyun mengecup bibir ranum itu yang sangat terasa manis sekilas. Ternyata rasanya tidak berubah sehingga ia selalu menginginkannya lagi dan lagi.     

Salju sudah mulai turun sehingga Dae Hyun segera keluar untuk membukakan pintu istri kecilnya. Ia kemudian membopong tubuh Soo Yin, tidak mengizinkannya untuk berjalan sampai di kamar.     

Sejak tadi bibi Xia berdiri di teras menunggu Soo Yin. Ia cemas karena sampai malam Soo Yin tidak kunjung pulang.     

"Akhirnya, Tuan datang ke rumah ini," ujar bibi Xia dengan wajah yang begitu sumringah.     

"Tentu saja, Bibi. Itu karena istri kecilku sudah mau memaafkanku. Terima kasih sudah mau membantuku," ujar Dae Hyun dengan tulus karena ini semua juga berkat bibi Xia sehingga Soo Yin mau memaafkannya lebih cepat.     

"Tidak masalah, Tuan," ujar bibi Xia. Hatinya merasa bahagia melihat kedua majikannya sudah akur.     

"Bibi, kami masuk dulu," ujar Soo Yin yang masih dibopong Dae Hyun.     

"Baiklah, kami masuk dulu karena sepertinya istriku sudah tidak sabar," ujar Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.     

Wajah Soo Yin langsung memerah dibuatnya. Dengan sekuat tenaga Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun hingga pria itu meringis kesakitan.     

Bibi Xia hanya menggelengkan kepalanya melihat mereka. Dae Hyun yang dikenalnya sebagai pria pendiam tampaknya telah berubah semenjak bertemu Soo Yin. Walaupun terkadang sikap dinginnya masih melekat. Setidaknya Dae Hyun sudah mau bercanda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.