Istri Simpanan

Bab 194 - Bunga yang tidak bersalah



Bab 194 - Bunga yang tidak bersalah

0Soo Yin masuk ke ruangan Dae Hyun tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.     

"Selamat pagi, Sayang," ujar Soo Yin dengan wajah ceria. Ia segera menutup pintu rapat-rapat kemudian melangkahkan kakinya untuk menghampiri Dae Hyun.     

"Hai," ujar Dae Hyun sembari mengalihkan pandangannya dari layar laptop.     

"Kenapa kau sudah datang? Bukankah aku sudah kukatakan jika tidak usah datang terlalu cepat," ujar Dae Hyun sembari bangkit dari duduknya. Melihat Soo Yin seceria itu membuatnya tidak sabar ingin merengkuh pinggangnya.     

"Aku terlambat sedikit saja para karyawan lain sudah menatapku dengan tatapan sinis. Bagaimana jika aku berangkat lebih siang dari ini," sahut Soo Yin.     

"Katakan, siapa yang berani mencibir istriku?" ujar Dae Hyun.     

"Sudahlah, biarkan saja. Lagi pula aku tidak apa-apa," ujar Soo Yin dengan senyuman yang sangat manis sehingga membuat Dae Hyun menjadi gemas.     

Baru saja hendak merengkuh pinggang Soo Yin. Tiba-tiba pintu terbuka. Sehingga Soo Yin langsung menjauhkan diri.     

Wajah Dae Hyun berubah masam ketika melihat siapa yang tiba-tiba saja masuk.      

Kim Soo Hyun masuk ke dalam ruangannya sambil membawa satu buket bunga Azalea berukuran besar. Sudah lama ia tidak membawakan bunga untuk calon istrinya. Dengan langkah tegas pria itu menghampiri saudara dan pujaan hatinya.     

"Ini untukmu, seorang yang paling cantik di ruangan ini," ujar Kim Soo Hyun sembari menyerahkan buket bunga kepada Soo Yin. Senyumnya yang sangat menawan membuat ketampanannya semakin bertambah.     

Bukannya langsung menerima, Soo Yin justru memandang Dae Hyun yang memasang wajah cemberut.     

"Sepertinya kau jauh lebih cantik dari pada Soo Yin," cibir Dae Hyun sembari berdecak kesal.     

"Soo Yin, terimalah. Jangan mendengarkan ucapan kakakku karena aku tahu jika dia merasa iri," ujar Kim Soo Hyun sembari terus menyodorkan bunga itu ke hadapan Soo Yin. Mendengar perkataan sengit saudaranya, Kim Soo Hyun tidak marah sama sekali. Saat ini hatinya cukup gembira sehingga tidak ingin membuat keributan.     

"Terima kasih," ucap Soo Yin dengan senyum yang dipaksakan. Meski suaminya terlihat akan marah namun dirinya tidak mungkin menolak pemberian adik iparnya. Bisa saja itu hanya sebuah bunga biasa, tanpa ada maksud tertentu.     

Raut wajah Kim Soo Hyun semakin bertambah berbinar-binar. Tampaknya ini adalah sebuah tanda jika Soo Yin akan menerima perasaannya nanti malam. Tadi Jean sudah mengatakan jika mereka sudah bertemu.     

Otot rahang yang terus menegang ditambah dengan ekspresi wajahnya yang dingin. Dae Hyun terlihat semakin menyeramkan.     

Soo Yin hanya berharap jika suaminya tak hilang kendali di depan Kim Soo Hyun. Saat ini tangannya tampak mengepal dengan sangat kuat.     

"Kakak, aku hampir saja lupa jika ibu berpesan agar kau pulang ke rumah. Sebaiknya masalah kalian segera diselesaikan. Aku pusing melihat kakak ipar yang terus memarahi pelayan," ujar Kim Soo Hyun sambil memandang ke arah Dae Hyun.     

"Masalahku dengannya sudah selesai. Dia hanya perlu menandatangani berkasnya saja," ucap Dae Hyun dengan datar. Sama sekali tidak tertarik      

mendengarkan cerita Kim Soo Hyun mengenai Aeri.     

"Apa yang perlu ditandatangani? Dia bahkan sudah merobeknya," ujar Kim Soo Hyun.     

"Hari ini juga aku akan mengirimkan pengacara untuk datang ke rumah bersama dengan Asisten Chang," ujar Dae Hyun. Sudah menduga jika hal seperti ini akan terjadi, Dae Hyun sudah menyiapkan seorang pengacara handal yang akan mengurus semuanya.     

Soo Yin memilih pergi ke mejanya ketika mereka mengobrol tentang Aeri. Biarkan saja karena ia bahkan tidak tertarik sama sekali. Diletakkannya buket bunga di atas meja seperti biasa. Ini entah sudah keberapa kali Kim Soo Hyun memberi bunga. Sangat berbeda dengan Dae Hyun yang sangat jarang sekali. Soo Yin menggeleng pelan agar tidak membandingkan suaminya dengan orang lain. Seburuk apapun sikap suaminya tetap saja Soo Yin akan selalu mencintainya.     

Sesekali Soo Yin mengamati mereka yang tampak tengah memberikan argumentasi dan berdebat.     

Tak lama kemudian datanglah Chang Yuan sehingga membuat mereka terdiam.     

"Maaf, Tuan. Kita harus rapat sekarang juga," ujar Chang Yuan mengingatkan. Ia baru saja dari ruang pertemuan namun ternyata kedua atasannya malah tengah ribut di sini.     

"Kim Soo Hyun, pergilah terlebih dahulu bersama Asisten Chang," perintah Dae Hyun dengan penuh penekanan.     

"Kenapa kau yang tidak pergi duluan?" gerutu Kim Soo Hyun.     

"Aku harus menyiapkan beberapa berkas terlebih dahulu," ujar Dae Hyun untuk memberi alasan agar Kim Soo Hyun segera pergi dari ruangannya.     

Kim Soo Hyun mendengus kesal namun tetap melangkahkan kakinya untuk pergi. Sebelum keluar terlebih dahulu Kim Soo Hyun menghampiri Soo Yin.     

"Sampai ketemu nanti," ujar Kim Soo Hyun sembari tersenyum menggoda kepada Soo Yin. Rasanya sudah tidak sabar menunggu nanti malam tiba. Tak kuasa Kim Soo Hyun membayangkannya. Akan dipastikan jika malam ini akan menjadi malam yang indah untuk Soo Yin.     

Soo Yin hanya mengerutkan keningnya melihat Kim Soo Hyun yang tampak berbinar-binar.      

Setelah memastikan adiknya pergi, Dae Hyun segera menghampiri Soo Yin. Dengan rasa kesal tangannya hendak meraih buket bunga.     

"Apa yang akan kau lakukan?" sergah Soo Yin sembari meraih bunga itu terlebih dahulu.     

"Aku ingin menghancurkannya," sahut Dae Hyun masih dengan wajah kesal.     

"Bunga ini sama sekali tidak bersalah. Jika kau ingin marah, ya masah saja. Jangan melampiaskannya pada bunga yang tidak berdosa," gerutu Soo Yin sambil menyipitkan matanya. Tak akan membiarkan Dae Hyun menghancurkan setiap bunga yang diberikan oleh orang lain.     

Dae Hyun menghela nafas panjang untuk menenangkan diri agar tidak terbawa emosi.     

"Aku hanya tidak suka kau menerima bunga dari pria lain," ucapnya.     

"Baiklah, nanti aku akan memberikannya kepada seseorang," ujar Soo Yin sembari memutar bola matanya. Kini sifatnya seperti terbalik, dulu ia yang begitu kekanak-kanakan namun sekarang justru suaminya. Mungkin memang begitulah hidup yang hatinya terkadang terbalik.     

"Jika sampai nanti aku kembali, bunga ini masih ada. Jangan menyalahkanku jika aku benar-benar akan menghancurkannya," ancam Dae Hyun.     

"Tenanglah, setelah ini aku akan mengeluarkannya dari ruangan ini," ujar Soo Yin.     

"Gadis baik." Akhirnya Dae Hyun mampu menyunggingkan senyumnya setelah tadi wajahnya yang lebih mirip seperti robot.     

"Apa aku akan ikut rapat?" tanya Soo Yin.     

"Tidak usah, aku tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali." Dengan lembut Dae Hyun mengusap puncak kepala Soo Yin.     

"Sayang sekali," ujar Soo Yin dengan memasang wajah cemberut.     

"Aku juga tidak ingin jika kau merasa kelelahan." Dae Hyun mencoba memberi pengertian agar istrinya tidak merasa sedih.     

"Baiklah," sahut Soo Yin pada akhirnya. Ada benarnya juga karena tak mungkin dirinya berada di sana namun tidak mengetahui apa yang mereka bahas.     

"Sampai jumpa nanti." Dae Hyun segera melangkahkan kakinya ke luar. Kini tinggalah Soo Yin sendirian.     

Belum sempat Soo Yin mengucapkan terima kasih, Dae Hyun sudah tak terlihat lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.