Istri Simpanan

Bab 198 - Waktu satu bulan



Bab 198 - Waktu satu bulan

0Pria yang ada di depannya saat ini begitu berani mengatakan jika ingin menikah dengannya. Soo Yin jadi sedikit membandingkan dengan Dae Hyun yang tidak mengatakan apapun waktu itu kepadanya. Suaminya hanya mengatakan kepada ayahnya setelah itu mereka langsung menikah. Sungguh tidak jika disangka perjalanan cintanya biasa saja.     

Sepuluh menit sudah berlalu, Soo Yin masih terdiam saja. Mulutnya terasa seperti terkunci ketika hendak mengucapkan sesuatu. Dari pada membuat kesalahan sepertinya lebih baik jika ia memikirkan cara untuk segera kabur. Terlalu lama berdua Kim Soo Hyun membuatnya tidak nyaman.     

Wajahnya Soo Yin juga terasa semakin memanas karena Kim Soo Hyun selalu menatapnya sejak tadi.     

"Aku … aku …." Lidah Soo Yin terasa berat untuk mengatakan kalau dirinya tidak mau. Rasanya ingin berteriak jika ia menolaknya.     

"Katakanlah," ujar Kim Soo Hyun yang sudah tidak sabar mendengarkan jawaban Soo Yin. Tangannya terus menggenggam jemari Soo Yin dengan erat.     

Soo Yin menghela nafas panjang untuk memulihkan kekuatannya menolak Kim Soo Hyun.     

"Maaf, tapi aku tidak bisa …." Ucapan Soo Yin terpotong.     

"Aku tahu, jika ini mungkin terlalu cepat untukmu. Aku akan memberikan waktu satu bulan agar kau memikirkannya matang-matang," ujar Kim Soo Hyun dengan penuh harap.     

"Tapi aku …."     

"Sudahlah, kau tidak perlu khawatir karena aku akan sabar menunggu. Sekarang lebih baik kita lanjutkan makan saja," ujar Kim Soo Hyun sembari melepaskan jemari Soo Yin dari tangannya. Lalu memotongkan kembali Cheese cake dalam porsi besar ke dalam piring Soo Yin.     

Bagaimana mungkin bisa menolaknya jika baru saja mengucapkan beberapa patah kata saja Kim Soo Hyun sudah memotong perkataannya.     

Tak ada lagi selera untuk makan. Soo Yin sangat menyesal sudah datang ke tempat ini. Sekarang yang ada di benaknya adalah Jean yang pasti hatinya sedang terluka. Setelah ini ia harus pergi ke rumah sakit untuk menemui Jean.     

"Aku harus pulang," ujar Soo Yin sembari meletakan sendok ke piring. Ia segera menaruh tali tas di pundaknya, sudah bersiap untuk berdiri.     

"Kita bahkan belum selesai makan," ujar Kim Soo Hyun.     

"Maaf Tuan, aku harus pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibu Jean," ujar Soo Yin.      

"Biarkan aku mengantarkanmu," ujar Kim Soo Hyun yang sudah bangkit berdiri.     

"Tidak usah, Tuan," tolak Soo Yin. Jika ia datang bersama Kim Soo Hyun maka hati Jean akan semakin terluka sedangkan kedatangannya ke sana untuk menjelaskan semuanya. Jika tidak ada hubungan apapun antara dirinya dengan Kim Soo Hyun. Bahkan ia sudah berencana mengatakan jika sudah menikah.     

"Soo Yin, aku ingin kau membawa kalung ini. Jika nanti kau menerimaku maka kau akan memakainya namun jika sebaliknya kau boleh membuangnya," ujar Kim Soo Hyun dengan nafas berat. Kim Soo Hyun sudah meletakkan kalung itu secara paksa di jemari Soo Yin.     

Tak ada lagi waktu untuk berdebat sehingga tanpa pikir panjang Soo Yin memasukkannya ke dalam tas.     

Soo Yin melangkahkan kakinya dengan cepat untuk segera pergi dari Sky Rose Garden tanpa peduli dengan Kim Soo Hyun yang terus memanggil namanya.     

Kim Soo Hyun membiarkan Soo Yin pergi meski tadinya ada niat untuk mengejarnya. Ia harus memberikan Soo Yin waktu untuk berpikir. Barang kali itu hanya sebuah alasannya saja. Menurut buku yang dibacanya seorang gadis akan cenderung malu-malu jika baru saja ada pria yang mengatakan perasaan cinta kepadanya. Dia tidak akan mau langsung menjawabnya, itu sebabnya Kim Soo Hyun memberikan waktu.     

Dengan rasa sedikit kecewa Kim Soo Hyun memandang kepergian Soo Yin. Tadi sangat menyesal karena memberikan waktu satu bulan. Kenapa tidak satu minggu saja? Kim Soo Hyun merutuki dirinya yang sudah salah bicara karena terlalu gugup.     

===============================     

Soo Yin segera menyetop taksi setelah sampai di pinggir jalan setelah keluar dari Daehn Cinema. Selama dalam perjalanan Soo Yin masih terus berusaha untuk menghubungi Jean namun hasilnya nihil.     

Sekarang Soo Yin bertambah khawatir. Semoga saja tidak terjadi sesuatu kepada sahabatnya.     

Soo Yin menuju RS Hallym University Medical Center. Sejak dulu ibu Jean memang keluar masuk dari sana. Tak pernah dipindahkan  ke tempat lain. Soo Yin berharap jika semuanya baik-baik saja dan ibu Jean masih dirawat di sana.     

Setelah sampai, Soo Yin segera menanyakan dimana ibu Jean dirawat pada bagian pendaftaran. Namun perawat mengatakan jika tidak ada nama pasien yang dimaksud olehnya.     

Akhirnya Soo Yin pindah mengunjungi rumah sakit yang letaknya tidak terlalu jauh. Sudah beberapa rumah sakit Soo Yin kunjungi untuk menemukan ibu Jean namun tidak ada.     

Kini malam sudah semakin larut, Soo Yin baru saja keluar dari rumah sakit swasta yang terakhir ia kunjungi. Kini kakinya terasa lelah sehingga Soo Yin duduk di tempat pemberhentian taksi. Ia memijat kakinya sambil menunggu taksi datang.     

Sudah setengah jam Soo Yin menunggu taksi namun tak ada satupun yang muncul sehingga ia memutuskan untuk menghubungi Chung Ho. Baru saja terhubung ponselnya sudah keburu mati.     

"Aduh! Bagaimana ini?" ujar Soo Yin panik. Kenapa harus saja ada hambatan di saat genting seperti.     

Seandainya sejak tadi menghubungi Chung Ho pastilah dia bisa membantu menemukan Jean. Kalau sudah seperti ini terpaksa Soo Yin berjalan ke tempat pemberhentian bus. Semoga saja masih ada bus yang beroperasi. Mengingat saat ini sudah lewat jam sembilan malam.     

Pelan-pelan Soo Yin menyeret kakinya yang sudah terasa pegal. Ia melepaskan sepatunya karena mata kakinya terasa sakit akibat gesekan antara sepatu dengan kulit membuat kakinya lecet.     

Angin kencang semakin berhembus hingga masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Soo Yin terus merapatkan sweaternya.     

Soo Yin sangat bersyukur karena ada bus yang berhenti tepat ketika sampai di halte. Di dalam bus sudah sunyi, hanya ada beberapa penumpang saja. Kebanyakan adalah penumpang pria. Soo Yin merasa takut saat seorang pria terus mengamatinya.     

Parasaan was-was menghantuinya. Namun dirinya harus bertahan karena sebentar lagi juga akan sampai.     

Ketika Soo Yin turun, ternyata pria yang sedari tadi mengamatinya juga ikut turun dari bus. Membuat Soo Yin semakin takut jika pria itu akan berbuat macam-macam kepadanya. Bus hanya berhenti di dekat persimpangan tidak sampai di depan villa.     

Ada sebuah rumah makan yang masih buka, sehingga Soo Yin memutuskan untuk masuk ke sana. Ditambah lagi perutnya juga minta diisi, Soo Yin segera memesan satu mangkuk Jjajangmyeon untuk mengganjal rasa laparnya sambil menunggu pria tadi pergi.     

Setelah selesai Soo Yin keluar dari rumah makan. Matanya mengedarkan pandangan untuk menemukan pri tadi yang ternyata sudah pergi.     

Dengan langkah cepat Soo Yin segera berjalan menuju villa yang sudah tidak terlalu jauh lagi.     

Entah siapa pria tadi kenapa mengikutinya. Soo Yin sepertinya belum pernah melihatnya. Sudahlah, ia tidak ingin mengingatnya. Yang terpenting sekarang harus cepat-cepat sampai di rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.