Istri Simpanan

Bab 199 - Ucapan yang keluar tidak bisa ditarik kembali



Bab 199 - Ucapan yang keluar tidak bisa ditarik kembali

0Sudah hampir pukul sebelas malam ketika Dae Hyun baru sampai di villa Pyeongchang-dong. Awalnya tidak berniat untuk pulang ke sana namun mengingat hari ini tak ada waktu untuk istri kecilnya, Dae Hyun memutuskan untuk pulang.     

Begitu baru sampai di depan pintu, bibi Xia sudah datang menyambutnya.     

"Selamat malam, Tuan," ujar bibi Xia. Ada perasaan aneh ketika melihat bosnya pulang sendirian.     

"Dimana Nona?" ujarnya. Bibi Xia sudah menanyakan kepada Chung Ho tentang Soo Yin. Namun Soo Yin tidak menghubunginya sehingga bibi Xia mengira Soo Yin pulang bersama Dae Hyun.     

"Bukankah Soo Yin sudah pulang?" tanya Dae Hyun dengan dahi berkerut. Rasa cemas langsung menyeruak di dadanya.     

"Tapi Nona sudah berangkat lagi, Tuan. Nona berkata jika dia akan pergi jalan-jalan bersama Jean," ujar bibi Xia.     

Dae Hyun baru sempat memegang ponselnya karena hari ini baru saja selesai lembur. Kim Soo Hyun yang seharusnya mengerjakan semuanya mendadak menghilang tanpa bisa dihubungi. Membuat pekerjaannya semakin menumpuk. Ia tidak tahu sampai kapan Kim Soo Hyun bisa diandalkan.     

Dengan cepat Dae Hyun mencoba menghubungi Soo Yin namun nomornya ternyata tidak aktif. Kini perasaannya semakin cemas mengingat hari yang sudah semakin larut. Tak lupa juga untuk menghubungi nomor ponsel Jean namun sama juga.     

"Bagaimana, Tuan?" tanya bibi Xia yang juga mencemaskan keadaan Soo Yin..     

"Nomor ponselnya tidak aktif. Apa Soo Yin tidak mengatakan ingin pergi kemana?" ujar Dae Hyun dengan ponsel yang masih menempel di telinganya.     

"Tidak, Tuan. Nona tidak mengatakan apapun," sahut bibi Xia.     

Dae Hyun segera berlari kembali ke mobilnya, dirinya tidak akan tenang sebelum Soo Yin ditemukan. Ia kembali mengeluarkan mobilnya dari garasi. Baru saja hendak mengemudikan mobilnya keluar dari area villa. Dari arah pintu gerbang terlihat ada seseorang yang sedang berjalan masuk. Ia menoleh ke belakang sambil menenteng sepatunya.     

Setelah diamati ternyata itu adalah Soo Yin. Dengan menghela nafas lega, Dae Hyun segera ke luar dari mobil berlari menghampiri istri kecilnya.      

Soo Yin melangkahkan kakinya dengan sesekali menoleh ke belakang karena takut jika pria itu mengikutinya. Wajahnya tampak kusut dan tidak bersemangat. Kakinya juga lecet akibat tidak memakai alas kaki ketika menapaki jalan beraspal.     

Wajahnya langsung berbinar ketika melihat Dae Hyun berlari ke arahnya.     

"Sayang, syukurlah kau baik-baik saja. Kenapa tidak menghubungiku?" ujar Dae Hyun sembari memeluk tubuh Soo Yin dengan sangat erat.     

"Sebenarnya kau dari mana saja sampai larut malam belum pulang?" lanjutnya.     

"Maaf, sudah membuatmu khawatir. Aku tadi habis pergi bersama dengan Jean," ujar Soo Yin sembari mengeratkan dekapannya. Tubuhnya terlalu dingin sehingga ia butuh kehangatan.     

"Kemana kalian pergi sehingga sampai tidak tahu waktu seperti ini?" Dae Hyun melepaskan pelukannya.     

"Sebenarnya aku tadi kehilangan Jean. Aku mencarinya ke beberapa rumah sakit namun tak juga menemukannya," ujar Soo Yin dengan cemberut.     

"Rumah sakit? Memangnya terjadi sesuatu kepada Jean?" tanya Dae Hyun.     

"Ibu Jean berada di rumah sakit sehingga aku berniat menghiburnya namun justru tidak menemukannya. Sekarang pasti Jean marah kepadaku," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya. Ia kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan.     

"Coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dae Hyun karena wajah istrinya tampak sangat sendu.     

"Aku tidak tahu jika Jean merencanakan pertemuan antara denganku dengan Kim Soo Hyun," ujar Soo Yin dengan rasa bersalah yang berkecamuk di dalam hatinya hatinya.     

Ekspresi wajah Dae Hyun berubah menjadi dingin dan masam mengetahui jika istrinya baru saja bertemu dengan Kim Soo Hyun. Atau jangan-jangan ….     

"Apa yang Kim Soo Hyun lakukan kepadamu?" Dae Hyun mencengkram erat bahu Soo Yin kemudian mengguncangnya.     

Mata Soo Yin langsung melebar dan segera menutupi mulutnya dengan menggunakan mulut. Aduh sepertinya ia sudah kebablasan dalam berbicara. Padahal awalnya Soo Yin belum ingin mengatakan ini kepada suaminya. Terlalu memikirkan Jean sehingga membuatnya salah bicara.     

Perkataan yang keluar sekarang tidak bisa dicabut kembali. Soo Yin tidak tahu harus memulai ceritanya dari mana. Bukan ingin merahasiakan semua ini dari suaminya namun Soo Yin tidak ingin terjadi pertengkaran di antara mereka hanya karena dirinya yang tidak ada artinya.     

"Apa kau akan memintaku menceritakannya sambil berdiri seperti ini?" ujar Soo Yin mencoba mengulur waktu barang kali suaminya tidak tertarik dengan ceritanya.     

Dae Hyun melepaskan cengkeramannya sembari memejamkan mata untuk mengatur nafas agar lebih tenang dan tidak terbawa emosi.     

"Baiklah, kita ke dalam terlebih dahulu," ujar Dae Hyun yang sudah melunakkan nada suaranya.     

"Kakiku pegal, apa kau tidak ingin menggendongku?" ujar Soo Yin dengan nada manja. Sebisa mungkin berusaha membuat agar suasana hati Dae Hyun membaik.     

Dengan cepat Dae Hyun segera mengangkat tubuh Soo Yin dengan Kedua tangannya.     

Soo Yin harus menemukan cara agar suaminya tidak menjadi emosi. Dipandanginya wajah Dae Hyun. Rahangnya tampak menegang dengan mata yang tampak sayu, mungkin karena kelelahan dan kurang tidur.     

Dengan lembut Soo Yin mengusap dagu suaminya yang ditumbuhi rambut.     

Selama dalam perjalanan ke kamar, Dae Hyun tidak mengatakan apapun. Mengingat jika Kim Soo Hyun baru saja bertemu dengan istrinya membuatnya ingin marah. Ia sibuk sendirian di hotel namun saudaranya malah enak-enakan bertemu dengan seorang wanita.     

Dae Hyun menurunkan Soo Yin di sisi ranjang dalam posisi duduk. Dilihatnya telapak kaki Soo Yin yang ternyata memerah dan lecet.     

"Kenapa kakimu bisa seperti ini?" ujar Dae Hyun.     

"Saat pulang tadi aku naik bus dan ada seorang pria mengikutiku. Aku tidak bisa berjalan cepat jika memakai sepatu sehingga aku melepasnya," ujar Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Tetaplah duduk," ujar Dae Hyun. Dengan cepat mencari obat merah dan alkohol di dalam laci.      

Dae Hyun segera berjongkok kemudian mencuci kaki Soo Yin menggunakan alkohol agar tidak terjadi iritasi. Dengan telaten pria itu mengoleskan obat merah di kaki istrinya.     

"Lain kali kau harus memberitahuku jika kau ingin pergi. Untunglah kau tidak apa-apa. Bagaimana jika pria itu berniat mencelakai dirimu?" ujar Dae Hyun.     

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya. Sebenarnya aku ingin mengatakannya namun aku hanya bertemu denganmu di hotel," ujar Soo Yin sembari menundukkan wajahnya untuk mengakui kesalahannya.     

"Kau bisa menghubungi ponselku," ucap Dae Hyun masih dengan wajah datar.     

Saat melihat wajahnya tanpa ekspresi seperti itu membuat Soo Yin menjadi takut.     

"Aku pikir Jean benar-benar mengajakku. Aku tidak menyangka jika dirinya bersekongkol dengan Kim Soo Hyun," ujar Soo Yin. Percuma saja menyembunyikannya jika Dae Hyun sudah mengetahui hal itu.     

"Sekarang katakan apa yang dilakukan Kim Soo Hyun?" Dae Hyun sudah tidak sabar. Besok pagi sudah dipastikan jika Kim Soo Hyun akan mendapatkan konsekuensinya.     

"Sebaiknya kau mandi terlebih dahulu. Jangan sampai terlalu malam untuk mandi. Tidak baik untuk tubuhmu," bujuk Soo Yin. Ia akan mengatakan jika Dae Hyun sudah tenang.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya. Terpaksa mengikuti kemauan Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.