Istri Simpanan

Bab 201 - Tak menemukannya



Bab 201 - Tak menemukannya

0Seperti biasa jika Dae Hyun menginap di villa Pyeongchang-dong, ia tidak mau membangunkan Soo Yin ketika pergi bekerja. Sebagai gantinya ia hanya akan membuatkan sarapan dengan menu yang cukup bervariasi. Itu cukup membuat hati Soo Yin tersentuh. Setidaknya suaminya masih mau repot-repot membuatkannya sarapan meski sibuk bekerja.     

Soo Yin terkadang merasa sangat beruntung, meski terkadang sifat posesifnya agak keterlaluan. Namun tak masalah selagi itu demi kebaikan.     

Hari ini Soo Yin sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Jean. Ketika ada waktu senggang Soo Yin berusaha untuk mencarinya.      

Sangatlah tepat, siang ini tak ada yang dikerjakan oleh Soo Yin karena Dae Hyun tengah keluar. Ia hanya diberi tugas kecil untuk dikerjakan. Sehingga setelah menyelesaikannya Soo Yin segera mencari Jean.     

Dengan nafas terengah-engah, ia mencari ke beberapa ruangan yang biasa dibersihkan oleh Jean namun tidak ada. Bahkan rela karena harus menaiki beberapa tangga. Soo Yin juga menanyakan ke beberapa karyawan lain namun mereka mengatakan jika tidak melihatnya.     

Sampai akhirnya mencarinya di luar gedung, barang kali menemukannya di sana. Setelah berkeliling di halaman hotel, kaki Soo Yin terasa pegal sehingga ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi. Cuaca yang terik juga membuat tenggorokannya mulai terasa kering.      

Jae-hwa baru saja dari luar area hotel ketika melihat Soo Yin yang tengah mengusap wajahnya. Peluh keringat tampak di dahinya.     

"Soo Yin, ada apa kau di sini?" tanya Jae-hwa yang sudah berdiri di sampingnya.     

"Kebetulan sekali kita bertemu. Apa kau tahu dimana Jean? Sejak tadi aku mencarinya namun tidak ketemu," ujar Soo Yin dengan wajah sumringah. Sudah pasti Jae-hwa tahu dimana keberadaan sahabat mereka.     

"Apa kau tidak tahu jika Jean sudah tidak bekerja di hotel ini?" tanya Jae-hwa. Sangat tidak masuk akal jika Soo Yin tidak mengetahui hal itu karena yang Jae-hwa tahu jika mereka sangat dekat.     

"Benarkah?" Soo Yin bangkit berdiri sambil membelalakkan matanya. Tak percaya dengan apa yang didengarnya.     

"Apa dia tidak mengatakannya kepadamu?" ujar Jae-hwa dengan dahi berkerut. Itu sungguh terasa sangat aneh.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan. Tubuhnya terasa lemas hingga ia terduduk kembali. Rasa sesal dan bersalah kini berkecamuk di dalam hatinya.      

"Soo Yin, kau tidak apa-apa?" Jae-hwa mengguncang tubuh Soo Yin karena pandangaannya terlihat kosong.     

Soo Yin segera tersadar kemudian menghela nafas panjang untuk menenangkan diri.     

"Aku baik-baik saja. Aku hanya terkejut pasalnya Jean tidak mengatakan apapun," ujar Soo Yin sembari tersenyum tipis. Berharap semoga Jae-hwa tidak menyadari jika ada ketidakberesan yang terjadi di antara mereka.     

"Sebenarnya sudah lama dia ingin mengundurkan diri namun tidak kusangka jika sekarang waktunya. Mungkin dia sudah mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik," ujar Jae-hwa.     

"Apa kau tahu dimana dia bekerja?" tanya Soo Yin dengan penuh harap.     

"Aku juga tidak tahu, namun jika aku mengetahuinya pasti akan kuberitahukan kepadamu," ucap Jae-hwa. Ia menyadari ada rasa khawatir dari sorot mata Soo Yin.     

"Aku mohon beritahu aku secepatnya jika kau bertemu dengan Jean," ujar Soo Yin sembari memegang pergelangan tangan Jae-hwa.     

"Kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan membantumu untuk mencarinya," ucap Jae-hwa sembari tersenyum. Diliriknya tangan Soo Yin yang masih memegangnya.     

Soo Yin segera tersadar sehingga buru-buru menarik tangannya. Jangan sampai terjadi kesalahpahaman. Apalagi jika sampai suaminya melihat, pasti akan marah.     

"Sebaiknya aku kembali ke dalam karena aku harus kembali bekerja," pamit Jae-hwa. Meski dirinya masih ingin mengobrol dengan Soo Yin namun banyak pekerjaan yang sudah menunggunya.     

"Baiklah."     

Soo Yin juga segera kembali ke dalam gedung. Ia melangkahkan kakinya yang lemas ke dalam lift untuk menuju ke lantai 10. Saat hendak masuk ke dalam ruangan, dari kejauhan tampak seorang pelayan yang tengah membawa kopi. Meski cuaca di luar panas namun jika di dalam ruangan terasa dingin karena AC terus menyala.      

Dengan sabar Soo Yin menunggu pelayan itu berjalan ke arahnya. Tepat seperti dugaannya sehingga ia meminta secangkir kopi cappucino. Beruntung sekali pelayan itu mau memberikannya. Meskipun sebenarnya kopi itu pesanan karyawan lain.     

Soo Yin segera memegang knop pintu, ternyata pintu tidak tertutup dengan rapat. Tidak mungkin jika Soo Yin lupa, tadi ketika pergi ia yakin sudah menutupnya dengan benar.     

"Manajer Han?" gumam Soo Yin sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja Dae Hyun dengan cangkir kopi masih di tangannya.     

"Manajer Han, apa yang kau lakukan?" tanya Soo Yin karena melihat gerak-gerik yang mencurigakan. Pria itu seperti baru saja menaruh berkas di antara tumpukan berkas yang menumpuk.     

"Aku hanya mengantarkan laporan yang kemarin ternyata salah," sahut Han dengan datar. Tak ada kegugupan yang tampak dari wajahnya.      

Ketika melihat wajah Soo Yin dengan seringai liciknya Han tersenyum. Ia kembali meraih berkas itu kemudian membukanya sambil berjalan ke arah Soo Yin.     

Brukkk… Prang ….     

Suara tubrukan dan dentingan cangkir yang jatuh di lantai, menyeruak memenuhi ruangan. Suaranya cukup nyaring terdengar.     

Dengan sengaja Han menabrak Soo Yin sehingga kopi yang dibawanya tumpah ke atas laporan yang dibuatnya. Laporan itu kini berada di lantai dalam kondisi yang basah.     

"Aduh!" rintih Soo Yin karena tangannya terasa panas akibat tersiram kopi. Diusapnya dengan cepat pergelangan tangannya. Bajunya juga basah terkena kopi.     

"Apa kau tidak lihat-lihat kalau jalan?" umpat Han dengan amarah. Sebenarnya ia sengaja melakukannya agar laporan itu basah sehingga Soo Yin akan dipecat. Sesuai permintaan Aeri, ia harus membuat Soo Yin menjauh dari Dae Hyun.     

"Lihatlah, laporan yang sudah aku buat. Semuanya sia-sia karena kau menumpahkan kopi," lanjut Han dengan nada meninggii.     

Soo Yin yang tengah mengusap bajunya memandang ke arah Han sambil mengerutkan keningnya.     

"Bukankah anda yang tidak lihat-lihat kalau jalan. Sudah tau aku berdiri di sini namun anda masih berjalan sambil membaca," gerutu Soo Yin untuk membela diri. Ini bukanlah kesalahannya sehingga tak perlu takut. Lagi pula Soo Yin juga kesal kepada pria itu.     

"Kau ini masih saja membela diri padahal sudah mengetahui jika kau yang bersalah," ujar Han sembari berkacak pinggang dengan mata yang menatap tajam ke arah Soo Yin.     

Bukannya takut, justru Soo Yin malah melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Han. Sekarang rasanya ia ingin memukulnya. Tidak peduli dengan pria itu yang tampak marah.     

"Sekarang juga bersihkan berkas itu sebelum Tuan Dae Hyun datang!" perintah Han sembari menunjuk berkas yang tergeletak di lantai.     

"Aku tidak mau." Soo Yin menggelengkan kepalanya. Entah dari mana mendapatkan kekuatan seperti ini sehingga berani membantah perintah Han.     

"Kalau kau tidak mau, bersiaplah dengan mengemasi semua barang-barangmu karena sebentar lagi kau akan dipecat," cibir Han sembari menaikkan sebelah bibirnya ke atas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.