Istri Simpanan

Bab 229 - Kesedihan palsu



Bab 229 - Kesedihan palsu

0Ny. Park dan Jo Yeon Ho baru sampai di rumah ketika pada sore hari. Jo Yeon Ho tampak sangat sumringah saat ini. Akhirnya keinginannya untuk pergi jalan-jalan terwujud membuat Ny. Park turut bahagia.     

Mereka menghempaskan tubuh ke sofa untuk menghilangkan rasa penat setelah bepergian seharian.     

"Apa kau sangat senang?" tanya Ny. Park sembari mengusap rambut cucu kesayangannya.     

Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya dengan antusias dan wajah berbinar. Meski belum bisa liburan bersama ayahnya tapi hari ini neneknya sudah cukup membuatnya bahagia.     

Ponsel Ny. Park tiba-tiba saja berdering. Wanita itu segera mengambilnya dari dalam tas. Dahinya berkerut ketika melihat nama yang sedang memanggil. Jarang sekali Sun Book menghubunginya. Ny Park segera menjawabnya, barang kali ada hal penting.     

"Ny. Park, bisakah kau datang ke rumah sakit sekarang juga?" ujar Sun Book dari seberang telepon.     

"Memangnya siapa yang sakit?" Ny. Park seketika langsung berdiri.     

"Aeri … Aeri baru saja kecelakaan," ucap Sun Book sembari terisak-isak.     

"Bukankah Aeri ada di kamarnya?" Ny. Park tidak begitu percaya jika Aeri kecelakaan pasalnya ketika pamit Aeri mengatakan jika dirinya tidak akan pergi kemana-mana.     

"Aeri kecelakaan saat perjalanan hendak menemuiku," ujar Sun Book sambil terus terisak.     

"Baiklah, katakan sekarang kalian berada dimana?" ujar Ny. Park.     

"Kami di Hallym University Medical Center," sahut Sun Book.     

Tanpa menanyakan kondisi Aeri terlebih dahulu, Ny Park segera mematikan sambungan teleponnya. Mengajak Jo Yeon Ho terlebih dulu untuk mengganti pakaiannya. Awalnya tidak berniat membawa Jo Yeon Ho tapi anak itu terus saja merengek meminta ikut. Ia juga mencemaskan kondisi ibunya saat ini.     

================================     

Hallym University Medical Center,     

Sun Book sudah membawa Aeri kembali ke rumah sakit yang pertama mereka kunjungi setelah selesai dari klinik aborsi. Beruntung aborsinya berjalan dengan lancar meskipun tadi Aeri mengalami pendarahan sebentar.      

"Apa ibu mertuaku akan datang kemari?" tanya Aeri kepada Sun Book setelah mengetahui ibunya melakukan panggilan.     

"Tentu saja, sebaiknya kau bersiap-siap agar terlihat sedih dah terpukul. Kau baru saja kehilangan bayimu. Beraktinglah dengan benar, jangan sampai ibu mertuamu curiga," ujar Sun Book. Mengingatkan Aeri untuk memasang wajah sedih bukan wajah gembira.     

"Tenanglah, Bu. Aku akan melakukannya dengan benar," ujar Aeri sembari mencebikkan bibirnya.     

°     

°     

Tak berapa lama kemudian Ny. Park sudah sampai di rumah sakit sembari menggandeng tangan Jo Yeon Ho. Raut wajahnya saat tampak sangat cemas. Dengan langkah cepat segera ke ruangan yang sudah diberitahukan Sun Book dimana Aeri dirawat.     

Ceklek …     

Ny. Park segera membuka pintu. Matanya langsung tertuju pada Aeri yang tengah berbaring di ranjang dalam posisi miring. Tidak ada Sun Book terlihat di sana.     

"Aeri, bagaimana keadaanmu?" ujar Ny. Park sembari menggeser tempat duduk yang ada di samping ranjang. Mendudukkan Jo Yeon Ho di sana.     

Mendengar suara ibu mertuanya, Aeri segera berbalik sambil terisak-isak. Kemudian mencoba untuk duduk bersandar di sisi ranjang.     

"Ibu, maafkan aku," ujar Aeri sembari menggenggam tangan Ny Park. Air mata perlahan luruh dari sudut matanya.     

"Minta maaf?" Ny. Park mengerutkan keningnya mendengar Aeri meminta maaf.     

"Aku … aku tidak bisa menjaga calon anakku, Bu. Aku sekarang sudah kehilangannya. Aku … aku tidak bisa memberikan seorang cucu untuk ibu." Tangisan Aeri langsung pecah kemudian memeluk tubuh ibu mertuanya dengan erat. Air mata tumpah hingga membasahi pundak Ny. Park.     

Ny. Park bergeming ditempatnya mencoba mencerna apa yang diucapkan oleh Aeri. Tangannya terulur membalas pelukan menantunya kemudian mengusap punggung Aeri untuk menenangkannya.     

Meski putranya ingin bercerai dari Aeri tapi tetap saja Ny Park tidak tega melihatnya menangis seperti itu. Sebelum terjadi perceraian maka ia akan tetap memperlakukan Aeri sebagai menantunya.     

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ny Park setelah Aeri sudah mulai berhenti menangis.     

"Aku kehilangan anakku karena kecelakaan tadi, Bu. Apa yang harus kulakukan sekarang? Mungkin dia pergi karena tahu jika ayahnya tidak menginginkannya." Aeri terus terisak sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.     

Ny Park tidak tahu harus bagaimana saat ini. Hatinya begitu terenyuh melihat Aeri yang menangis dengan sangat pilu. Yang mampu dilakukannya hanyalah berusaha menenangkan menantunya saja.     

"Ibu jangan menangis," ujar Jo Yeon Ho sembari memasang wajah sedih. Meski masih anak-anak namun Jo Yeon Ho tidak tega melihat ibunya terus bersedih.     

Melihat wajah menggemaskan Jo Yeon Ho, Aeri segera menghentikan tangisnya kemudian mengusap air mata dari pipinya.     

"Maafkan ibu, Sayang. Adikmu sekarang sudah tidak ada lagi." Aeri harus meyakinkan kedua orang yang ada di depannya jika dirinya benar-benar sangat sedih agar mereka tidak curiga.     

Aeri meraih tubuh kecil Jo Yeon Ho agar semakin dekat ke arahnya. Memeluknya dengan erat menumpahkan rasa kesedihannya. Meskipun itu hanyalah sebuah kesedihan palsu.     

"Ny Park, kau sudah datang," ujar Sun Book yang baru saja masuk ke dalam ruangan.     

"Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Aeri bisa kecelakaan?" tanya Ny. Park untuk memastikan kembali penyebab kecelakaan Aeri sehingga bisa sampai keguguran.     

"Aku juga tidak tahu, karena aku dihubungi seseorang jika putriku kecelakaan. Lihatlah dia tampak sangat terpukul karena sudah kehilangannya janinnya," ujar Sun Book sembari memandang Aeri dengan raut wajah sedih.     

"Sudahlah, yang penting keadaan Aeri saat ini baik-baik saja meskipun harus kehilangan janinnya," ucap Ny. Park dengan getir. Sangat menyayangkan hal itu bisa terjadi. Padahal kemarin Dae Hyun mengatakan jika ingin membuktikan sesuatu.     

"Apa putramu tidak bisa pulang? Seharusnya dia menjaga Aeri di saat kondisinya seperti ini," ujar Sun Book.     

"Maaf, aku lupa belum menghubungi Dae Hyun," ujar Ny Park. Ia langsung merogoh ponselnya yang berada di dalam tas.     

Tidak lama kemudian sambungan telepon sudah terhubung.     

"Dae Hyun, apa kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu?" tanya Ny Park. Tidak mengetahui jika sebenarnya Dae Hyun sudah kembali ke Seoul.     

"Emangnya ada apa, Bu?" tanya Dae Hyun dari seberang telepon.     

"Aeri … Aeri baru saja kecelakaan. Dia saat ini sangat membutuhkan kehadiranmu," ujar Ny. Park meski tidak yakin jika putranya akan pulang. Setidaknya sudah memberitahukan kepadanya.     

"Aeri kecelakaan?" Suara Dae Hyun terdengar meninggi.     

"Iya, dia bahkan sudah kehilangan janinnya," ucap Ny. Park dengan sedikit terbata.     

"Benarkah? Sayang sekali aku belum bisa pulang, Bu. Ada beberapa pekerjaan yang harus segera aku kerjakan," ujar Dae Hyun.     

"Baiklah, jika sudah selesai segeralah pulang. Ibu sangat kasihan melihatnya karena Aeri tampak sangat terpukul," ujar Ny Park. Sebagai seorang ibu ia juga tidak enak kepada Sun Book jika sampai putranya tidak pulang.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun.     

Ny Park berusaha sebisa mungkin membujuk Dae Hyun untuk pulang meskipun tidak berhasil. Ia berpikir mengenai putranya jika mungkin memang sudah tidak mencintai istrinya lagi. Hanya bisa pasrah menuruti apapun yang diinginkan oleh putranya. Ia tidak bisa mengatur kehidupan Dae Hyun sesuai keinginannya karena putranya sudah cukup dewasa.Saat ini yang bisa dilakukan hanyalah mencoba untuk menenangkan Aeri dan ibunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.