Istri Simpanan

Bab 250 - Bibir yang ternoda



Bab 250 - Bibir yang ternoda

0Memang diakui Soo Yin jika dirinya tidak pernah memakan itu, tapi perkataan Li Sa sungguh sudah menyinggung perasaannya. Soo Yin berusaha bersikap biasa saja seolah tidak mendengarkan apapun itu. Toh selama ini sudah terbiasa menelan bulat-bulat kata-kata kasar yang terlontar dari mulut sepupunya itu.     

"Li Sa, jaga ucapanmu," tutur Kim Soo Hyun dengan raut wajah dingin. Dia tidak suka dengan kata-kata yang keluar dari bibir Li Sa.     

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Bukankah memang begitu kan, Soo Yin?" ujar Li Sa tanpa rasa bersalah sama sekali. Ia melirik Soo Yin dengan sengit.     

Soo Yin memilih diam saja. Menanggapi gadis seperti Li Sa hanya akan membuat darahnya naik.     

"Sudah, ayo makan. Tidak baik makan sambil berbicara," ujar Ny. Park.     

Mereka kemudian makan dalam diam, hanya ada suara sendok dan piring yang sesekali beradu. Mereka tampak sangat enak mengunyah makanan yang terbuat dari daging ikan mentah. Sedangkan Soo Yin justru merasa mual melihatnya. Sehingga ia menyingkirkan Sushi dan Sashimi ke pinggir. Lantas meletakkan sumpit di atas piring karena ia sudah kenyang.     

Li Sa yang melihat hal itu menaikkan sebelah bibirnya ke atas.     

"Soo Yin, kenapa kau tidak makan Sashiminya?" tanya Li Sa yang sejak tadi memang ingin mencari gara-gara dengan Soo Yin.     

"Aku tidak suka," sahut Soo Yin singkat.     

"Gadis seperti dirimu tentu saja tidak suka makanan seperti itu," ejek Li Sa.     

Soo Yin kembali diam saja, faktanya memang dia tidak menyukai menu itu.     

Tiba-tiba saja Kim Soo Hyun menarik piring Soo Yin ke depannya. Dengan menggunakan sumpit yang sama bekas Soo Yin, is menyuapkan sepotong Sashimi ke dalam mulutnya.     

"Jika kau tidak suka, biarkan aku saja yang memakannya," ucap Kim Soo Hyun sembari mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya.     

Semua orang tampak terperangah memandang ke arah Kim Soo Hyun. Termasuk Soo Yin yang berusaha untuk meneguk kembali salivanya.      

'Apakah itu bisa dikatakan berciuman?' ~ batin Soo Yin dengan pikiran limbung. Ia teringat ucapan Dae Hyun ketika mereka minum dalam gelas yang sama. Dengan mata terperangah Soo Yin segera menutup mulutnya. Hendak meraih sumpit itu tapi Kim Soo Hyun menjauhkannya.     

"Tuan Kim Soo Hyun, kenapa kau makan dengan bekas sumpit Soo Yin? Kau nanti bisa terkena virus," ujar Li Sa dengan mata yang terbelalak lebar.     

"Li Sa, kau itu apa-apaan. Kau pikir Soo Yin membawa bibit virus," ujar Kim Soo Hyun dengan raut wajah datar.     

"Kau sebaiknya harus berhati-hati. Bisa saja kalau dia penyakitan," cibir Li Sa tanpa peduli dengan perasaan Soo Yin.     

Soo Yin hanya menautkan kedua alisnya mendengar pernyataan Li Sa. Mencoba membiasakan diri agar tidak terpancing emosi. Lagi pula dulu Li Sa sudah terbiasa berbicara seenaknya. Selagi tidak mengatakannya wanita jalang atau sebagainya Soo Yin masih bisa menahan emosinya.     

"Li Sa, jaga ucapanmu. Kau tidak usah menyebar berita buruk seperti itu," ujar Kim Soo Hyun dengan nada dingin. Ia tidak rela jika Soo Yin dikatakan membawa bibit virus.     

"Kenapa kau selalu membelanya?" ujar Li Sa sembari mencebikkan bibirnya.     

"Tentu saja karena aku sangat menyukainya," sahut Kim Soo Hyun dengan jujur sembari mengerling ke arah Soo Yin.     

"Apa?" Li Sa sungguh tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia pikir Kim Soo Hyun itu dekat dengan Jean bukan dengan sepupunya.     

"Sudahlah, tidak usah berdebat. Sekarang kembalilah untuk makan," ujar Ny. Park yang tidak ingin mereka membuat keributan. Menyesal tadi sudah menghubungi Aeri dan Li Sa untuk makan siang bersama.     

Akhirnya kini Li Sa terdiam. Namun tangannya terus mengepal, menahan amarahnya karena baru saja mengetahui fakta yang sebenarnyai. Selama ini ia ternyata salah sasaran. Jika mengetahui sejak awal jika Soo Yin yang menggoda prianya pasti akan langsung membuat perhitungan.     

"Li Sa, tenanglah," bisik Aeri di telinga gadis itu agar tidak terbawa emosi karena wajahnya tampak sudah memerah.     

Li Sa hanya berbalik menatap Aeri dengan kesal. Karena sejak awal tidak menceritakan hal ini.     

"Maaf, aku lupa menceritakannya," bisik Aeri lagi. Yang ada di kepala Aeri adalah jika Soo Yin itu wanita yang sudah mencoba untuk menggoda suaminya. Tidak ada kepikiran menceritakan semuanya kepada Li Sa.     

Li Sa memalingkan wajahnya ke arah lain. Dipandanginya Soo Yin dengan mata yang berapi-api.      

Soo Yin kini asyik menyeruput teh hijau untuk melegakan tenggorokannya setelah selesai makan. Pura-pura tidak menyadari tatapan Li Sa kepadanya. Meskipun ia sangat tahu jika setelah ini kemungkinan besar akan mendapatkan masalah. Li Sa tidak mungkin begitu saja melepaskannya.     

Sedangkan Jean hanya menunduk, meski hatinya nyeri tapi tidak sesakit sebelum mengetahui tentang Soo Yin yang sudah menikah dengan Dae Hyun. Yang dirasakannya saat ini justru ada rasa kasihan yang mendalam kepada pria yang dicintainya.     

"Soo Yin, apa minumanmu enak?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Tentu," sahut Soo Yin sembari meletakkan cangkir yang berisi teh hijau tinggal setengah.     

Lagi-lagi Kim Soo Hyun merebut cangkir itu, lantas meminum isinya hingga habis.     

"Kau benar, ini ternyata sangat enak." Kim Soo Hyun meneguknya hingga habis.     

Soo Yin melebarkan bols matanya kembali karena tidak berhasil meraih cangkirnya. Jika Dae Hyun tahu mengenai hal ini maka habislah dia. Soo Yin merasa kini bibirnya sudah ternoda. Bagaimana bisa dia membiarkan pria lain untuk minum dengan cangkir yang sama?.     

Ny. Park hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak bungsunya. Tak ada niat untuk melarangnya sama sekali. Ia sangat yakin jika yang dikatakan Li Sa pastilah tidak benar.     

"Kenapa anda menghabiskan minumanku?" ujar Soo Yin dengan wajah cemberut. Bukan cemberut karena minumannya habis tapi lebih tepatnya karena bekas bibirnya.     

"Maaf, tunggu sebentar. Biarkan aku memesannya lagi untukmu," ujar Kim Soo Hyun sambil berdiri dari kursinya. Lantas pergi ke arah dapur restoran. Dirinya ingin membuat teh itu spesial dari tangannya sendiri     

Li Sa semakin mengepalkan tinjunya erat-erat. Jika tidak mengingat ada Ny. Park di sana. Sekarang juga ia akan menarik rambut Soo Yin untuk meluapkan amarahnya.     

"Soo Yin, maafkan Kim Soo Hyun. Dia hanya ingin mencoba membuatmu nyaman," ujar Ny. Park.     

Soo Yin hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa berucap. Sebenarnya ia sangat membenci berada di posisinya saat ini. Tak tega rasanya memberikan harapan palsu kepada Kim Soo Hyun. Sekarang hanya berharap semoga saja situasi ini cepat berakhir.     

Setelah begitu banyak kejadian yang tidak terduga akhirnya Soo Yin bisa bernafas lega karena acara hari ini segera berakhir. Untunglah Kim Soo Hyun kembali lagi ke hotel sehingga tidak jadi mengantarkannya pulang.     

Pria itu sudah pergi ke hotel karena terburu-buru untuk melakukan pekerjaannya.     

"Terima kasih untuk kalian berdua. Lain kali kita jalan-jalan lagi," ujar Ny. Park yang sudah masuk ke dalam mobilnya.     

"Iya, Bu," sahut Soo Yin segera mengembangkan senyum.     

Sedangkan Aeri dan Li Sa sudah pergi terlebih dahulu karena mereka akan pergi ke salon untuk spa.     

"Akhirnya kita bisa pulang juga!" seru Soo Yin yang sudah merasa plong bisa terbebas.     

"Ayo kita pulang, aku juga merasa lelah," ujar Jean sembari menggandeng tangan Soo Yin menuju ke parkiran. Di sana sudah ada Chung Ho yang ternyata sejak tadi mengikuti mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.