Istri Simpanan

Bab 252 - Melepaskan rindu 21+



Bab 252 - Melepaskan rindu 21+

0Dae Hyun baru saja sampai di villa Pyeongchang-dong ketika hampir tengah malam. Ia baru saja dari toko roti untuk memesan sebuah kue ulang tahun. Besok adalah ulang tahun Soo Yin yang ke 19. Awalnya Dae Hyun tidak mengingat tanggal itu. Beruntung sekali Jean mengingatkannya sehingga Dae Hyun langsung buru-buru pulang.     

Tadi ketika mematikan sambungan telepon secara tiba-tiba, itu juga dengan sengaja Dae Hyun melakukannya. Agar Soo Yin mengira dia tidak akan pulang.     

Dae Hyun menghidupkan lilin ketika sudah sampai di depan pintu kamar. Ketika memutar knop pintu, ternyata kamar tidak dikunci sehingga Dae Hyun bisa dengan mudah untuk masuk.     

Soo Yin ternyata sudah terlelap dalam tidurnya. Beberapa hari tidak melihatnya secara langsung membuat Dae Hyun memuji jika Soo Yin terlihat lebih cantik.      

Dae Hyun berusaha berdehem untuk mengambil suara. Setelah cukup pas, Dae Hyun segera menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk istri kecilnya sembari berlutut di lantai. Ia melantunkan dengan sebisa mungkin dibuat merdu tepat di telinga Soo Yin. Meskipun Dae Hyun mengakui jika suaranya pas-pasan tapi ia berharap jika Soo Yin tidak sakit telinga ketika mendengarnya.     

Soo Yin mengucek kedua bola matanya. Pandangannya langsung melebar ketika melihat cahaya lilin yang berada tidak jauh darinya. Ia berusaha untuk duduk bersandar pada sisi ranjang.     

Dae Hyun mengeraskan suaranya lebih keras lagi. Sebenarnya ini semua adalah ide Jean agar memberikan kejutan kecil. Jika tidak, Dae Hyun sama sekali tidak kepikiran hal itu. Ia mengakui memang sangat payah.     

"Berdoalah, pintalah apapun yang kau inginkan kemudian tiup lilinnya," ujar Dae Hyun sembari tersenyum.     

Soo Yin segera duduk tegap, mengikuti apa yang diperintahkan sang suami tanpa ingin membantah. Dirinya terlalu senang hingga tidak bisa berkata-kata. Soo Yin memejamkan matanya untuk memanjatkan doa semoga saja kelak hidupnya akan bahagia bersama Dae Hyun.     

Lantas Soo Yin segera meniup lilinnya. Sungguh dirinya saat ini merasa sangat bahagia. Ia pikir suaminya tidak akan mau melakukan hal kecil seperti ini.     

"Selamat ulang tahun, Sayang," ucap Dae Hyun seraya duduk di atas ranjang.     

"Terima kasih, kau membuatku terharu," ucap Soo Yin dengan mata berkaca-kaca karena terlalu bahagia.     

"Dari mana kau mengetahuinya jika hari ini ulang tahunku?" tanya Soo Yin dengan curiga. Ia padahal lupa akan hal itu.     

"Jean yang mengatakannya. Maaf, aku belum bisa menjadi apa yang kau harapkan. Aku juga tidak tahu jika Jean tidak mengingakan," ujar Dae Hyun penuh dengan rasa sesal. Ia bahkan tidak mampir ke toko untuk membelikan hadiah.     

"Tidak usah meminta maaf, melihatmu melakukan semua ini membuatku sudah senang," sahut Soo Yin dengan wajah yang ceria, kantuk yang tadi ada kita perlahan sudah menghilang. Ia lantas menggeser tubuhnya ke depan kemudian berhambur ke pelukan sang suami.     

Dea Hyun meletakkan roti itu ke atas nakas dengan sebelah tangannya. Kemudian membalas pelukan Soo Yin dengan erat. Dikecupnya puncak kepala Soo berulang-ulang.     

Setelah beberapa saat, dijauhkannya sedikit tubuh Soo Yin dari dadanya. Telapak tangannya yang besar digunakan untuk memegang dagu Soo Yin agar mau menatap matanya.     

Bibir sang istri yang bergerak-gerak mengukir senyuman membuat Dae Hyun menjadi gemas ingin menikmatinya. Dengan cepat dan tanpa pikir panjang Dae Hyun segera mempertemukan bibir mereka.     

Rasanya sangat manis hingga Dae Hyun enggan melepaskan bibir mereka yang menyatu. Mereka saling menyesap satu sama lain untuk menuangkan rasa rindu yang beberapa hari terpendam. Rasa rindu yang sudah menggunung.     

Kini tangan Soo Yin secara tidak sadar sudah membuka satu per satu kancing baju suaminya. Tangannya terus menelusuri dada bidang itu dengan lembut. Hingga mampu membangunkan hasrat Dae Hyun yang memang sudah membara. Dae Hyun melepaskan ciumannya sebentar.     

"Jangan nakal," bisik Dae Hyun dengan nafas yang memburu menahan semua hasratnya.     

"Sedikit," sahut Soo Yin seraya tersenyum nakal. Kini dirinya yang lebih dahulu menempelkan bibirnya ke bibir sang suami. Seolah-olah tidak ingin melepaskannya. Hanya itu yang bisa mereka lakukan untuk menumpahkan rasa rindu mereka. Soo Yin bahkan melupakan tentang bibirnya yang sudah ternoda.     

Dae Hyun masih mengingat jika Soo Yin belum boleh disentuh. Tapi malam ini sungguh membuatnya tidak tahan. Hingga ia hanya melampiaskannya dengan menyentuh tubuh Soo Yin bagian lainnya.     

Tangannya dengan kasar sudah merobek lingerie tipis Soo Yin. Dae Hyun mulai memberikan tanda kepemilikan berwarna dari tulang selangka hingga dadanya. Hampir semua bagian ia menyesapnya dengan hasrat yang sudah di ubun-ubun.     

Soo Yin hanya merintih dan melenguh merasakan sensasi gelayar aneh yang sudah lama tidak dirasakannya. Ternyata terasa menyiksa di saat mereka bersama namun tetap tidak bisa menyatukan cinta mereka.     

"Sayang, cukup," ujar Soo Yin dengan nafas yang terengah-engah. Rasanya tak sanggup lagi merasakan semua itu.     

Dae Hyun menghentikan aktivitasnya. Ia segera mengancingkan kemejanya kembali. Hampir saja tadi kebablasan jika Soo Yin tidak mengingatkannya.     

"Apa belum boleh, Sayang?" tanya Dae Hyun dengan suara parau serta mata yang sudah berkabut.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya pelan.     

"Bersabarlah, itu tidak akan lama lagi. Jika sudah waktunya tiba kau bisa melakukan sebanyak yang kau mau," ujar Soo Yin seraya tersenyum memikat.     

Sungguh senyuman itu seakan terus menggodanya. Hingga akhirnya Dae Hyun menggigit bibir itu kembali. Merasakan betapa manisnya benda kenyal itu.     

Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun lebih keras karena kali ini Dae Hyun tampak lebih rakus menyesap bibirnya. Hingga membuat nafasnya tersengal serta bibirnya agak bengkak.     

"Sayang, jika kau sangat ingin. Kau boleh melakukannya dengan wanita lain," goda Soo Yin sembari mengerling nakal.     

"Soo Yin, tidak usah bercanda. Itu tidak lucu," ujar Dae Hyun yang langsung memasang wajah masam. Memang dirinya pria normal tapi ia tidak akan tidur dengan sembarang wanita hanya untuk menyalurkan hasratnya. Sebanyak apapun wanita cantik ada di depannya tidak akan membuatnya tertarik. Karena yang mau membuat hal itu tumbuh hanyalah istri kecilnya.     

"Aku tidak tega melihatmu begitu," ujar Soo Yin dengan tatapan sayu sembari mengusap dagu Dae Hyun yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu hingga terasa cukup kasar.     

"Apa kau tidak ingat jika aku pernah menahannya lebih lama dari ini?" tanya Dae Hyun sembari menautkan kedua alisnya.     

"Kapan?" tanya Soo Yin dengan cepat disertai dengan gelengan kepala.     

"Kau bahkan terus menyiksa batinku sampai akhirnya kita berada di pulau Jeju. Barulah kau mau melakukannya," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin mengingat kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia selalu mengatakan belum siap meski Dae Hyun sudah merayunya.     

"Itu karena aku dulu belum terlalu percaya padamu," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun menggesernya tubuhnya ke sisi ranjang. Lalu menapakkan kakinya di lantai.     

"Kau mau kemana?" tanya Soo Yin cemas. Takut Dae Hyun tersinggung dengan ucapannya.     

"Aku akan mengambilkan pakaian untukmu. Tetaplah di situ," ujar Dae Hyun sembari melangkahkan kakinya menuju ke ruang ganti.     

Dipilihnya baju tertutup untuk Soo Yin. Namun tiba-tiba saja pandangannya tertuju pada sebuah gaun berwarna putih yang digantung dengan rapi. Pria itu mengamatinya sebentar. Namun dia tidak pernah tahu sebelumnya gaun itu. Gaun itu terlalu mewah untuk dipakai di hari biasa. Dae Hyun terus bergumam dalam hati akan pergi kemana istrinya. Mengingat Soo Yin bukanlah tipe wanita yang suka menghamburkan uang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.