Istri Simpanan

Bab 254 - Tidak marah



Bab 254 - Tidak marah

0Soo Yin yang tadinya menunduk membelakangi Dae Hyun kini memiringkan kepalanya sedikit. Menoleh ke belakang untuk melihat mimik wajah suaminya yang kini tidak ada senyum sama sekali. Wajahnya datar dan gelap seperti menahan emosinya.     

"Jangan marah," rengek Soo sembari meremas jemari Dae Hyun yang melingkar di perutnya.     

Dae Hyun memejamkan matanya sebentar untuk menghilangkan rasa kesal yang sedang hinggap di hatinya.     

"Kita besok akan mencari gaun yang baru untukmu. Aku tidak mau kau memakai pakaian senada dengan Kim Soo Hyun."     

"Tapi … ibu sangat berharap aku memakainya," ujar Soo Yin lirih tidak berani menatap suaminya yang terlihat menyeramkan.     

"Aku tidak rela, Sayang. Besok pokoknya kita akan pergi ke toko itu lagi. Aku akan meminta desainer untuk membuatnya dengan model yang sama. Aku tidak rela kau memakai itu," ujar Dae Hyun penuh penekanan karena tidak ingin Soo Yin membantahnya.     

Soo Yin terdiam, bibirnya kini rasanya terkunci rapat-rapat ketika mengingat tentang bibirnya. Baru saja menceritakan tentang bajunya saja suaminya sudah memasang wajah masam apalagi jika dia menceritakan tentang bibirnya. Soo Yin Tak sanggup membayangkannya.     

Melihat Soo Yin yang agak terlihat aneh, Dae Hyun membalikkan tubuh Soo Yin agar menghadap ke arahnya. Ia merasa sepertinya ada sesuatu yang ingin dikatakan olehnya.     

Soo Yin tetap diam belum berani untuk mengatakan semuanya. Sangat takut jika suaminya akan mengamuk. Ia malah menundukkan kepalanya, tidak berani menatap suaminya. Membuat Dae Hyun semakin curiga.     

"Katakan ada apa?" ujar Dae Hyun.     

"Sayang, bibirku sudah ternoda oleh pria lain." Soo Yin menutupi wajahnya dengan kedua tangan.     

"Apa maksudmu?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya mendengar pernyataan sang istri.     

"Aku dan Kim Soo Hyun berciuman." Soo Yin menyembunyikan wajahnya di dada Dae Hyun sambil menangis sesenggukan.     

"Apa?" seru Dae Hyun dengan suara cukup keras. Sungguh ia sangat terkejut mendengar hal itu. Lantas ia mengepalkan tinjunya untuk menahan emosi yang mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Darahnya terasa memanas hingga ke ubun-ubun.     

"Bagaimana bisa?" Nada suara Dae Hyun semakin meninggi membuat Soo Yin semakin sesenggukan dan tubuhnya gemetaran.     

"Aku minta maaf. Dia dengan paksa makan dengan sumpit dan gelas yang sama dengan diriku,"  ujar Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya.     

"Lalu?" ujar Dae Hyun merendahkan nada suaranya karena Soo Yin menangis sesenggukan. Pria itu berusaha bersikap tenang, tidak ingin membuat Soo Yin merasa ketakutan.     

"Bukankah kau bilang jika minum dalam gelas yang sama maka itu seperti berciuman? Kim Soo Hyun melakukannya. Sekarang apa yang harus kulakukan?" ucap Soo Yin seraya mencebikkan bibirnya.     

DaeHyun tercengang mendengar hal itu. Menyadari jika Soo Yin terlalu menanggapi ucapannya saat itu.     

"Sudah, tidak usah menangis. Kau tidak perlu khawatir mengenai hal itu." Dae Hyun mengusap punggung Soo Yin untuk menenangkan. Ia pikir tadi Kim Soo Hyun memaksanya berciuman secara langsung. Tak disangka jika itu hanya karena sebuah gelas. Sepertinya Soo Yin terlalu percaya dengan apa yang diucapkannya.     

"Apa kau tidak marah?" Soo Yin mengusap air matanya lantas menengadahkan wajahnya untuk melihat Dae Hyun yang justru saat ini tengah tersenyum. Kini wajahnya tampak gembira seperti sedia kala.     

"Aku tidak marah," sahut Dae Hyun.     

"Jadi, kau tidak cemburu karena kami berciuman?" Soo Yin menyipitkan matanya dengan bibir yang cemberut.     

"Hanya sedikit," sahut Dae Hyun.     

"Bukankah kau dulu mengatakan jika tidak boleh? Kenapa kau berubah secepat itu?" tanya Soo Yin yang sudah mulai kesal dengan suaminya.     

"Kalau hanya seperti itu aku masih bisa memaafkannya. Apa kau ingin tahu apa yang tidak bisa aku maafkan sama sekali?" Dae Hyun tersenyum penuh arti.     

"Apa itu?" Soo Yin mengedipkan matanya berulang kali menandakan jika dirinya belum memahami ucapan suaminya.     

Dae Hyun menggelengkan kepalanya melihat kepolosan Soo Yin. Tak disangka jika dia menganggap serius ucapannya.     

"Seperti ini," ujar Dae Hyun seraya memegang tengkuk sang istri. Lantas dengan cepat menelusuri bibir Soo Yin yang sedang terbuka.      

Awalnya Soo Yin membelalakkan matanya karena tidak siap. Hingga lama-lama Soo Yin mulai menikmati apa yang dilakukan sang suami. Kini ciuman itu terasa begitu lembut tidak seperti tadi yang membuatnya sukar untuk bernafas.     

Setelah beberapa saat, Dae Hyun lantas melepaskan bibirnya. Tampaknya Soo Yin sudah mengerti dengan maksudnya.     

"Jika Kim Soo Hyun melakukannya seperti ini baru aku akan marah," ujar Dae Hyun. Bibirnya yang sedikit terangkat ke atas mengukir senyuman nakal.     

"Kenapa kau tidak memberitahunya lebih awal? Aku hampir saja mati ketakutan," ujar Soo Yin seraya mencubit pinggang Dae Hyun. Ada rasa kesal karena baru menyadari jika suaminya mempermainkan perasaannya.     

"Aku hanya ingin kau berhati-hati. Namun tidak disangka jika ternyata istri kecilku masih terlalu polos," sahut Dae Hyun terkekeh geli.     

"Ughh, kau menyebalkan!" umpat Soo Yin dengan rona wajah yang sudah memerah. Bagaimana mungkin dirinya tidak ketakutan jika saat itu Dae Hyun mengatakannya dengan sangat serius. Sepertinya sekarang harus lebih pintar agar perasaannya tidak dipermainkan.     

"Tapi aku tetap saja cemburu, lain kali kau harus lebih berhati-hati bila di dekat Kim Soo Hyun," ujar Dae Hyun kembali memasang wajah masam.     

"Sayang, apa yang harus aku jawab ketika dia menanyakan jawabannya? Itu waktunya tidak akan lama lagi," ujar Soo Yin.     

"Jawaban tentang apa?"     

"Jawabanku atas pernyataan cinta adikmu," gerutu Soo Yin.     

"Tentu saja kau harus menolaknya."     

"Aku merasa tidak tega. Bagaimana perasaan ibu dan adikmu kelak jika tahu aku menolaknya?" Soo Yin menyesal sudah memberikan waktu begitu lama untuk Kim Soo Hyun yang hanya sia-sia.     

"Aku sebenarnya juga merasa kasihan. Namun aku tidak rela jika kau menerimanya meski itu hanya pura-pura," ujar Dae Hyun seraya menghela nafas pelan.     

"Lagi pula kau tidak perlu khawatir, aku akan mengadakan rapat dengan para dewan direksi minggu ini. Semoga semuanya berjalan dengan lancar. Setelah itu aku akan memperkenalkan kamu sebagai istriku. Tidak peduli Aeri menerimanya atau tidak. Aku akan membawamu pergi dari Seoul," lanjut Dae Hyun. Sungguh menyesal Dae Hyun tidak menceraikan Aeri sejak lama. Wanita licik yang penuh ambisi.     

"Untuk Aeri aku tidak takut. Aku hanya takut ibu tidak menerimaku," ujar Soo Yin dengan sendu.     

"Percayalah, ibu pasti akan menerima menantu cantik dan manis seperti dirimu. Lagi pula aku sudah mengatakan pada ibu jika aku sudah memiliki wanita yang membuatku lebih nyaman," ujar Dae Hyun menangkup wajah Soo Yin lalu merekatkan dahi mereka.     

"Lalu, apa ibumu tidak menanyakan siapa wanita itu?" tanya Soo Yin.     

"Tentu saja tanya, aku hanya menjawab suatu saat nanti aku akan memperkenalkanmu pada ibu. Sekarang tidurlah, ini sudah larut malam," ujar Dae Hyun seraya berdiri membopong tubuh Soo Yin lalu membaringkan di ranjang karena saat ini sudah hampir pagi.     

"Baiklah," sahut Soo Yin seraya menguap.     

Dae Hyun lantas berbaring di sisi Soo Yin. Mereka langsung terlelap saling berpelukan karena memang sudah hampir pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.