Istri Simpanan

Bab 255 - Putra kesayangan



Bab 255 - Putra kesayangan

0Soo Yin pikir suaminya tidak benar-benar ingin memesan gaun itu kembali. Nyatanya Dae Hyun hari ini bersikeras mengajaknya pergi ke butik untuk memesan baju untuk mereka.     

"Sayang, besok saja kita pergi ke butik. Hari ini lebih baik kita di rumah saja," rengek Soo Yin yang masih bermalas-malasan di ranjang.      

Suaminya padahal sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Namun ketika kembali ke kamar Soo Yin justru belum mau turun dari ranjang padahal Dae Hyun sudah menyuruhnya untuk membersihkan diri. Dae Hyun sejak tadi juga sudah mengatakan jika akan mengajaknya pergi ke butik.     

"Baiklah, jika kau tidak mau keluar tapi bangunlah sekarang juga. Ayo kita sarapan selagi makanannya hangat," bujuk Dae Hyun dengan lembut.      

Menghadapi gadis seusia Soo Yin membuatnya harus ektra keras untuk tidak menyinggung perasaannya seperti yang sudah-sudah. Ia merasa cukup trauma dengan hal itu. Baginya tidak masalah jika istrinya tidak ingin pergi kemana-mana. Itu malah membuatnya bisa berduaan terus di villa karena hari ini bibi Xia sedang izin menjenguk keluarganya.     

"Aku masih ngantuk," rengek Soo Yin dengan mata yang kembali terpejam. Rasanya belum puas ia tertidur.     

Sifat Soo Yin sungguh sulit ditebak terkadang bisa kekanakan, dewasa, terkadang manja seperti ini. Bahkan tak sering juga dia pemarah. Sampai sekarang Dae Hyun belum bisa mengenali sifat istri kecilnya.     

"Bukankah kau bilang ingin pergi bersama Jo Yeon Ho?" tanya Dae Hyun. Kebetulan sekali baru saja Dae Hyun memeriksa pesan yang dikirimkan oleh putranya. Jo Yeon Ho mengatakan jika saat ini sedang bosan karena ibu dan neneknya sedang tidak ada di rumah.     

"Memangnya bisa?" tanya Soo Yin sembari membuka matanya sedikit.     

"Dia mengatakan bosan berada di rumah. Jika kau rela Yeon Ho mengganggu waktu untuk kita berdua, kita akan menjemputnya nanti," ujar Dae Hyun sembari tersenyum penuh arti.     

"Memangnya dimana ibu dan Aeri?" Soo Yin masih penasaran.     

"Mereka sepertinya sedang ke rumah bibi Hyun Bin untuk membantu mempersiapkan semuanya," sahut Dae Hyun.     

"Baiklah, sekarang juga aku akan mandi. Setelah sarapan kita langsung berangkat," ujar Soo Yin dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dengan sempoyongan. Hampir saja tubuhnya menabrak pintu.     

Dae Hyun yang sedang memandangnya segera berlari ke arah Soo Yin. Membantunya untuk tegak seperti semula.     

"Apa kau sakit kepala? Atau badanmu sakit semua?" ujar Dae Hyun sembari memegang kedua bahu Soo Yin dengan perasaan cemas. Menopangnya agar tidak terjatuh.     

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku hanya mengantuk saja," sahut Soo Yin sambil menegakkan tubuhnya dengan benar. Mereka tertidur sudah hampir pagi, tentu saja Soo Yin masih sangat mengantuk.     

"Jika kau masih ngantuk lebih baik kau tidur lagi. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu."     

"Tenanglah, itu akan hilang setelah berendam. Kasihan Yeon Ho tidak ada teman, lagi pula aku juga merindukan putra kesayanganku itu," ujar Soo Yin. Sudah lama mereka tidak bertemu. Sepertinya mereka terakhir kali ketemu ketika ada acara di sekolah. Soo Yin tak ingat lagi pertemuan mereka kembali setelah itu.     

"Baiklah," sahut Dae Hyun.     

Sebelum berangkat mereka sarapan terlebih dahulu. Sayang rasanya jika makanan yang dibuat dengan penuh rasa cinta dibiarkan begitu saja.     

================================     

Mereka baru saja tiba di UN Village untuk menjemput Jo Yeon Ho.     

"Apa kau tidak ikut keluar?" tanya Dae Hyun sebelum melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya.     

"Kau saja, jika aku ikut bersamamu pasti para pelayan akan curiga," ujar Soo Yin.     

"Tunggulah di sini sebentar," ujar Dae Hyun seraya mengacak-acak rambut Soo Yin.     

Dae Hyun segera keluar dari mobilnya. Baru saja satu langkah ternyata Jo Yeon Ho sudah keluar dari rumah. Anak itu terlihat sangat tampan dengan baju gambar kartun yang dikenakannya.     

Jo Yeon Ho lantas berlari-lari kecil menghampiri sang ayah. Wajah cerah tergambar dari rona wajahnya.     

Dae Hyun juga melanjutkan langkahnya, langsung menyambutnya dengan pelukan hangat ketika mereka sudah dekat. Jika tidak karena Yeon ho, sebenarnya Dae Hyun juga enggan menyetujui syarat Aeri sebelum mereka bercerai. Untuk sekarang ia akan membuat putra dan istri kecilnya agar semakin lebih dekat terlebih dahulu.     

"Ayah, kemana kita hari ini?" tanya Jo Yeon Ho yang sudah tidak sabar.     

"Memangnya kau sudah siap?" tanya Dae Hyun kembali.     

"Tentu saja, aku sudah sejak tadi menunggu Ayah. Namun ayah sangat lama sekali datangnya," ujar Jo Yeon Ho sembari melihat tangannya di dada yang membuatnya semakin terlihat lucu.     

Dae Hyun tertawa renyah melihat putranya yang ternyata sudah pintar marah.     

"Sekarang juga ayo kita berangkat."     

"Apa kita hanya pergi berdua saja?" tanya Jo Yeon Ho.     

"Kita akan pergi bertiga. Kau pasti senang kepadanya karena kalian juga sudah kenal dekat," ujar Dae Hyun.     

"Siapa?"     

"Nanti kau juga tahu," ujar Dae Hyun seraya membopong tubuh Jo Yeon Ho menuju mobilnya. Kemudian membuka pintu penumpang belakang untuk putranya.     

Jo Yeon Ho belum tahu keberadaan Soo Yin yang berada di kursi penumpang depan karena ia menunduk. Anak itu hanya merasa aneh kenapa ayahnya membiarkannya duduk di kursi belakang.     

"Sekarang waktunya berangkat," seru Dae Hyun yang perlahan sudah menghidupkan mesin bersiap menjalankan mobilnya.     

"Hai Sayang," sapa Soo Yin seraya menegakkan kepalanya lalu menolehkan kepalanya ke belakang.     

"Kakak?" seru Jo Yeon Ho dengan raut wajah yang berbinar-binar. Sejak pertama kali bertemu Jo Yeon Ho selalu merasa senang jika bertemu dengan Soo Yin.     

"Yeon Ho, kakak sangat merindukanmu," ujar Soo Yin sambil mengulurkan tangannya menyentuh pipi Jo Yeon Ho yang sekarang lebih berisi. Anak itu sudah berdiri sedikit ke depan mendekati Soo Yin.     

"Aku juga, lama sekali kita tidak bertemu," ucap Yeon Ho dengan antusias.     

Dae Hyun hanya melirik istri dan putranya yang sedang mengobrol. Ia sangat bahagia hari ini karena keputusannya untuk mengajak mereka pergi tidak akan sia-sia. Hingga membuat bibirnya tak berhenti mengukir senyuman.     

"Yeon Ho, kau ingin jalan-jalan kemana?" tanya Soo Yin setelah mereka melepas rindu.     

"Terserah Kakak saja. Aku akan ikut yang penting tidak kembali ke rumah," sahut Jo Yeon Ho.     

"Tunggu, biarkan aku berpikir sebentar," sahut Soo Yin seraya berpikir kemana sebaiknya mereka pergi. Tempat itu harus mengesankan dan ada ilmu yang dipelajari Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun tidak memberikan suara. Ia membiarkan kedua orang yang disayanginya memutuskan kemana mereka akan pergi.     

"Bagaimana kita pergi ke acara festival Horizon Gimje?" ujar Soo Yin.     

"Festival apa itu?" Jo Yeon Ho menautkan kedua alisnya. Selama ini dirinya tidak pernah diajak pergi ke acara festival sehingga Jo Yeon Ho tidak tahu apapun mengenai hal itu.     

"Apa kau pernah main layang-layang?" tanya Soo Yin. Ia duduk dalam posisi miring agar mudah mengobrol dengan putranya.     

Jo Yeon Ho menggelengkan kepalanya pelan.     

"Sayang, ayo kita pergi ke …." Soo Yin menghentikan ucapannya. Menyadari jika tadi salah bicara.     

"Tuan, mari kita pergi ke Byeokgolje," ujar Soo Yin Mereka nada suaranya. Terlalu antusias bertemu putranya, Soo Yin hampir saja lupa.     

"Baiklah, kita akan segera meluncur," ucap Dae Hyun dengan penuh semangat.     

"Hore!" Meski Jo Yeon Ho tidak tahu kemana mereka akan pergi tapi ia merasa sangat senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.