Istri Simpanan

Bab 259 - Istirahat



Bab 259 - Istirahat

0Dae Hyun memasang wajah yang sulit diartikan karena ekspresinya datar tampak seperti biasa saja.     

"Bagaimana dengan nasinya? Apa sudah matang?" ujar Soo Yin sambil meringis berusaha mencairkan suasana hati Dae Hyun. Ini pertanyaan terbalik yang seharusnya justru ditanyakan seorang suami kepada istrinya.     

Pria itu menghela nafas berat. Ingin marah tapi tidak tega melihat wajah Soo Yin yang penuh keringat. Ia lalu mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya yang kebetulan tadi dibawa.     

"Lain kali panggil suamimu bukan meminta tolong kepada pria lain," ujar Dae Hyun seraya mengusap peluh keringat di dahi Soo Yin.     

Soo Yin hendak meminta sapu tangan itu tapi Dae Hyun tidak memberikannya.     

Saat ini Jo Yeon Ho tengah asik menengadahkan wajahnya memandang layangannya sehingga tidak akan melihat mereka. Jaraknya juga agak jauh.     

"Aku tidak meminta tolong. Mereka yang ingin membantu," sahut Soo Yin seraya menundukkan kepalanya.     

"Jangan menunduk, apa wajahku sangat menakutkan sehingga kau tidak mau menatapku?" tanya Dae Hyun yang masih mengusap wajah istrinya.     

Perlahan Soo Yin mengangkat kepalanya, lantas menatap mata elang yang mampu meluluhkan hatinya. Melihatnya tersenyum membuat hatinya tenang. Ia pikir tadi Dae Hyun akan marah sehingga ia tak berani menatapnya.     

"Apa aku terlihat seram?" ujar Dae Hyun seraya mengangkat alisnya beberapa kali yang membuatnya terlihat lucu. Kini bibirnya tertarik ke belakang mengukir senyuman.     

"Aku pikir tadi kau akan marah," sahut Soo Yin sambil mengerucutkan bibirnya maju ke depan.     

"Mana mungkin aku marah dengan istriku yang sudah bekerja keras. Jika lelah, istirahatlah. Biarkan aku yang menemani Jo Yeon Ho," ujar Dae Hyun. Kasihan juga melihat rona pipi Soo Yin yang memerah terkena sinar matahari.     

"Aku tidak lelah, ayo kita menghampiri Yeon Ho," ajak Soo Yin. Hendak menggandeng tangan suaminya tapi tidak jadi.     

Mereka menghampiri Jo Yeon Ho yang tengah asyik menarik ulur tali layangan. Wajahnya kini terlihat memerah terkena sinar matahari yang sudah merangkak naik di atas cakrawala.     

Dae Hyun membantu menaikkan layang-layang untuk terbang lebih jauh lagi. Setelah puluhan tahun lamanya, barulah Dae Hyun bisa merasakan kembali menerbangkan layang-layang. Ia benar-benar seperti sedang bernostalgia di kala masih anak-anak.     

"Yeon Ho, sebaiknya kita makan siang terlebih dahulu," ajak Dae Hyun karena matahari sudah cukup terik. Matanya juga sudah pegal karena menatap langit.     

"Aku tidak mau," tolak Jo Yeon Ho sembari mengerucutkan bibirnya ke depan.     

"Setelah makan siang dan istirahat nanti kita kembali ke sini lagi. Lihatlah yang lainnya juga sudah istirahat." Dae Hyun menunjuk orang-orang yang sudah meninggalkan lapangan. Hanya beberapa orang saja yang berada di sana.     

"Ini bagaimana?" ujar Jo Yeon Ho sembari menunjukkan gumpalan benang yang sedang dipegangnya.     

"Kita taruh di sini saja," ujar Dae Hyun seraya meraih kayu itu lalu menancapkannya di tanah.     

"Apa tidak apa-apa kita menaruhnya di sini?" Jo Yeon Ho tampak sangat berat meninggalkan layangannya.     

"Tidak apa-apa, Sayang. Layanganmu akan tetap terbang meskipun kau tidak memeganginya," bujuk Soo Yin sambil berjongkok.     

"Tunggu sebentar, jika kau merasa khawatir." Dae Hyun mengedarkan pandangannya kemudian melambaikan tangan kepada seorang anak kecil yang hendak menerbangkan layangannya. Tampaknya anak itu adalah penduduk desa sekitar waduk.     

Anak itu segera berlari ke arah Dae Hyun.     

"Anda memanggil saya, Tuan?" tanya anak itu.     

"Maukah kau menjaga layangan ini? Aku akan memberikanmu uang jika kau mau," ujar Dae Hyun.     

Anak itu tampak berpikir sebentar.     

"Baiklah," sahutnya.     

Dae Hyun kemudian mengeluarkan 300.000 won lalu memberikannya kepada anak itu.     

"Ini untukku?" Anak itu tercengang karena uang itu cukup banyak bagi anak seusianya.     

"Ambilah, nanti jika kau berhasil menjaganya aku akan memberikan uang lebih banyak lagi untukmu," ujar Dae Hyun     

"Terima kasih, Tuan. Aku pasti akan menjaganya dengan benar," ucapnya dengan wajah yang begitu gembira.     

Kini Jo Yeon Ho sudah tenang sehingga bersedia untuk ikut bersama Soo Yin dan ayahnya untuk makan siang terlebih dahulu.     

Dae Hyun memutuskan untuk mencari tempat yang nyaman untuk istirahat dan makan siang. Melihat Jo Yeon Ho dan Soo Yin yang berkeringat ia memilih ke hotel yang tidak jauh letaknya dari waduk Byeokgolje.     

Dae Hyun hanya memesan satu kamar untuk mereka. Lagi pula mereka hanya istirahat sebentar, mungkin sekedar mandi dan mengganti pakaian. Sebelum pergi ke hotel mereka sudah terlebih dahulu mampir di butik untuk membeli pakaian.     

Soo Yin dan Jo Yeon Ho langsung menghempaskan tubuhnya di ranjang dengan ukuran paling besar. Rasanya tubuh mereka memang membutuhkan istirahat setelah setengah hari beraktivitas.     

"Kalian mandilah terlebih dahulu, nanti baru istirahat," ujar Dae Hyun seraya menggelengkan kepala melihat kedua anak asuhnya.     

"Kami masih lelah," sahut Soo Yin sembari merentangkan kedua tangannya.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Sepertinya percuma saja untuk membujuk mereka. Tampak tidak akan berhasil karena istri dan anaknya tidak ingin bangun.     

"Baiklah, jika kalian tidak mau biarkan aku yang mandi terlebih dahulu." Dae Hyun bergegas ke kamar mandi karena tubuhnya juga sangat gerah butuh berendam sebentar untuk membuat tubuhnya terasa lebih segar.     

Merasa lelah membuat Jo Yeon Ho dan Soo Yin terasa ngantuk hingga mereka memejamkan mata.     

°     

°     

"Ayo sekarang gantian kalian yang mandi," seru Dae Hyun yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ketika menoleh ke ranjang ternyata ia mendapati mereka sudah tertidur. Pantas saja sejak tadi tidak mendengar mereka mengobrol.     

"Dasar anak-anak nakal," ucap Dae Hyun. Lantas melangkahkan kakinya menghampiri dua orang yang sangat disayanginya. Mereka berdua bahkan masih memakai sepatu dan sweater. Sehingga Dae Hyun membantu melepaskannya. Mulai dari sweater hingga sepatu mereka. Keduanya bahkan tidak terbangun. Mungkin karena sangat kelelahan.     

Dikecupnya kening Soo Yin dan Jo Yeon Ho secara bergantian. Saat ini ia mereka sudah seperti keluarga yang saling menyatu. Ia ingin sekali kelak seperti ini.     

Dae Hyun ikut berbaring di tengah-tengah. Tiba-tiba saja teringat dengan anak yang tadi disuruhnya untuk menunggu layang-layang Jo Yeon Ho. Kasihan jika mereka terlalu lama kembali.     

"Sayang," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin untuk membangunkannya. Sebelum pergi ke tempat tadi setidaknya harus berpamitan takut mereka mencarinya.     

"Ada apa?" ujar Soo Yin dengan mata yang terpejam. Matanya terlalu berat untuk dibuka.     

"Kalian tidak usah kemana-mana sebelum aku kembali. Aku akan kembali ke tempat tadi untuk mengambil layangan Yeon Ho," ujar Dae Hyun di telinga Soo Yin     

"Baiklah," sahut Soo Yin dengan suara serak.     

Dae Hyun memandang Jo Yeon Ho yang sudah tertidur pulas disertai dengkuran halus yang terdengar. Lantas Dae Hyun berbalik ke arah Soo Yin, kemudian mengecup bibirnya sebentar.     

Soo Yin yang sangat mengantuk tidak bisa merasakannya. Kini ia sudah berada di alam bawah sadar kembali.     

Dae Hyun segera meninggalkan hotel setelah meminta seseorang untuk berjaga-jaga di luar pintu. Agar hatinya merasa tentang meski hanya meninggalkan mereka sebentar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.