Istri Simpanan

Bab 261 - Luka kecil



Bab 261 - Luka kecil

0Tadinya Soo Yin ingin langsung pulang ke villa tapi sayang sekali Jo Yeon Ho memintanya untuk ikut mengantarkanya ke UN Village. Soo Yin hanya tidak ingin bertemu dengan keluarga suaminya apalagi Kim Soo Hyun.     

"Kakak, ayo kita turun," rengak Jo Yeon Ho sembari menarik tangan Soo Yin.     

"Sebaiknya aku disini saja," tolak Soo Yin dengan lembut.     

Namun sayangnya Ny. Park  menghampiri mereka yang sedang berada di halaman. Wanita paruh baya itu sangat penasaran kenapa anak dan cucunya belum turun juga. Ia lantas mendekat ketika melihat Jo Yeon Ho yang tampak tengah mengobrol dengan seseorang di kursi belakang.     

"Apakah itu wanita yang dikatakan oleh Dae Hyun?" gumamnya sambil terus melangkah. Jika benar, ia hanya penasaran ingin melihat wajahnya.     

Setelah diamati dari jarak cukup dekat itu seperti sosok Soo Yin.     

"Soo Yin?" Panggil Ny. Park dengan penuh semangat melihat calon menantunya. Meski hanya samar-samar terlihat namun wanita itu sangat yakin jika itu adalah Soo Yin.     

Dae Hyun yang baru menyadari kehadiran Ny. Park langsung memijat pelipisnya. Jika ibunya melihat Soo Yin pastilah akan sangat susah untuk mereka pergi dari rumah itu. Apalagi jika ada Kim Soo Hyun di rumah. Dae Hyun hanya berharap agar adiknya tidak berada di rumah.     

"Dae Hyun, kenapa kau tidak bilang jika pergi bersama Soo Yin?" ujar Ny. Park     

Tubuh Soo Yin langsung terasa lemas mendengar suara Ny. Park yang sudah sangat dekat dengan mereka. Tadi seharusnya ia pulang saja. Dengan tidak bersemangat terpaksa Soo Yin turun dari mobil.     

"Selamat malam, Bu," sapa Soo Yin seraya tersenyum tipis lalu melirik suaminya yang tampak tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Ayo masuk dulu ke dalam. Ceritakan kepada kami dari mana saja kalian sehingga sampai malam begini baru kalian pulang," ujar Ny. Park sambil menggandeng tangan Soo Yin agar ikut masuk ke dalam rumah.      

"Tunggu, Nek. Aku harus mengambil sesuatu," ujar Jo Yeon Ho ketika hendak diajak masuk bersama mereka.     

"Ayah, keluarkan layanganku agar semua orang bisa melihatnya," ujar Jo Yeon Ho dengan penuh rasa bangga ingin memamerkan pengalamannya hari ini.     

Dae Hyun menghela nafas panjang karena putranya tampak tidak sabaran. Lantas mengeluarkan layangan beserta beberapa tangkai padi yang tadi sudah dipesan Jo Yeon Ho. Untung tadi mengingat semua apa yang diinginkannya.     

Kini mereka semua berada di ruang tamu. Ada Ny. Park, Soo Yin serta Park Ji Hoon yang sedang mengobrol. Kini Park Ji Hoon mulai membiasakan diri untuk tidak bersikap dingin kepada Soo Yin. Bagaimanapun juga dia adalah menantu yang begitu dicintai kedua putranya. Meskipun ia sudah menebak jika suatu hari keluarganyaa mungkin akan mengalami perpecahan gara-gara dirinya.     

"Nenek, Kakek, lihatlah apa yang kubawa," ujar Jo Yeon Ho sembari menenteng barang yang dibawanya.     

"Wahh, dari mana kau mendapatkannya?" ujar Ny. Park dengan wajah sumringah.     

"Kami pergi ke acara festival … festival …." Jo Yeon Ho tampak mengingat-ingat tapi sulit untuk mengucapkannya.     

"Kami baru saja pergi dari festival Horizon Gimje," sahut Soo Yin. Melihat Park Ji Hoon sudah mau bersikap ramah kepadanya sungguh membuatnya merasa sangat senang.     

"Kenapa kalian tadi tidak mengajak Nenek? Tunggu, kenapa kalian bisa bersama?" Ny. Park tampak menaruh curiga kepada anak dan calon menantunya.     

Park Ji Hoon yang sudah tahu hubungan mereka memilih diam saja. Ia tidak ingin terlibat pertengkaran di antara mereka nantinya.     

"Saat aku hendak menjemput Yeon Ho aku bertemu Soo Yin di jalan sehingga aku mengajaknya sekalian," ujar Dae Hyun berbohong karena tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Meskipun ia tahu jika Park Ji Hoon sudah mengetahui hal itu.     

Aeri begitu penasaran ketika mendengarkan orang tengah mengobrol di ruang tamu membuatnya bergegas menghampiri mereka. Ia langsung memicingkan mata ketika melihat ada Soo Yin. Ia merasa jika dugaannya selama ini benar adanya.     

"Wah, kalian tampaknya habis bersenang-senang seharian ini." Aeri menghampiri Jo Yeon Ho. Memperhatikannya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Hingga ia menemukan jempol kaki Jo Yeon Ho yang ternyata terluka.     

"Ya ampun, lihatlah kenapa kakimu bisa terluka seperti ini?" ujar Aeri pura-pura panik kemudian meniup kaki dengan luka yang tidak seberapa.     

"Aku tadi tersandung ketika menarik layangan. Tapi itu tidak terasa sakit sama sekali," tukas Jo Yeon Ho dengan jujur.     

"Soo Yin, kau harus bertanggung jawab karena telah membuat kaki putraku terluka. Jika sampai terjadi sesuatu bersiaplah karena aku tidak akan tinggal diam," tukas Aeri sambil memandang sinis ke arah Soo Yin.     

"Sini, coba nenek lihat," ujar Ny. Park kepada cucunya. Menggesernya sedikit lebih dekat kepadanya.     

"Ini hanya luka kecil, anak lelaki itu sudah biasa seperti ini. Tidak boleh cengeng dan harus kuat," lanjutnya.     

"Tapi, bagaimana jika kakinya sampai infeksi? Pokoknya aku tidak mau tau Soo Yin harus bertanggung jawab," ujar Aeri tetap bersikeras.     

"Aeri, tidak usah terlalu berlebihan seperti itu. Itu hanya luka kecil karena jika besar kelak dia harus lebih kuat. Karena akan ada wanita licik yang kadang harus ia hadapi," sindir Dae Hyun dengan sengaja.      

"Dae Hyun, kenapa kau selalu membelanya? Dia itu masih anak-anak, aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu kepadanya," ujar Aeri dengan sangat kesal karena semua orang di rumah ini bahkan selalu membela Soo Yin. Han yang mengatakan ingin menyingkirkannya bahkan tak ada kabar beritanya hingga sekarang.     

"Aeri, lihatlah Yeon Ho bahkan tidak mengatakan apa-apa tentang lukanya," tukas Ny. Park.     

Soo Yin merasa pusing mendengarkan mereka yang terus berdebat tiada akhir. Ia agak menyesali karena tadi tidak terlalu memperhatikan Jo Yeon Ho ketika terjatuh. Ia pikir luka yang seujung kuku itu tidak akan mendapatkan masalah. Namun Aeri justru berniat memperpanjang masalahnya.     

"Aku sungguh minta maaf, aku tadi tidak memperhatikan Yeon Ho dengan benar," ujar Soo Yin sopan.     

"Tidak apa-apa, kami justru berterima kasih karena kau memberi ide mengajaknya pergi ke acara festival," ucap Ny. Park dengan tulus.     

"Bu, ini sudah larut malam. Aku akan mengantarkan Soo Yin pulang," ujar Dae Hyun agar perdebatan dengan Aeri tidak terlalu panjang.     

"Baiklah, sayang sekali Kim Soo Hyun tidak di rumah sehingga tidak bisa mengantarkanmu," ujar Ny. Park. Menyayangkan karena Kim Soo Hyun sedang pergi keluar.     

"Jangan pulang terlebih dahulu. Urusan kita bahkan belum selesai," sergah Aeri.     

"Soo Yin, ayo kita pulang," ajak Dae Hyun tanpa memperdulikan Aeri sama sekali.     

Soo Yin segera berpamitan kepada mereka semua sebelum akhirnya mengikuti langkah Dae Hyun keluar dari rumah itu.     

"Dae Hyun, apa kau akan menginap di hotel kembali?" tanya Aeri yang membuntuti di belakangnya.     

"Tentu saja," sahut Dae Hyun dengan cuek.     

"Kenapa kau tidak peduli dengan diriku lagi?" ujar Aeri dengan nada sendu.     

"Ingat kita sudah tidak ada hubungan lagi. Berhentilah terlalu banyak berharap," ucap Dae Hyun lantas menutup pintu mobilnya karena Soo Yin sudah masuk di kursi belakang.     

"Dae Hyun, tunggu!" panggil Aeri. Namun mobil itu perlahan sudah menghilang di balik pagar. Sepertinya dia harus menyewa orang untuk mengetahui keberadaan Dae Hyun sebenarnya.     

Dengan kesal Aeri akhirnya kembali masuk ke dalam rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.