Istri Simpanan

Bab 262 - Curigai



Bab 262 - Curigai

0Dengan rasa marah, Aeri lantas kembali duduk bersama kedua mertuanya. Sedangkan Jo Yeon Ho sudah ke kamarnya bersama sang pengasuh. Malam ini ia harus mengungkapkan perihal kecurigaannya tentang Dae Hyun dan Soo Yin. Berhubung mereka baru saja pergi bersama.     

"Apa Ibu tidak curiga dengan sekretaris itu?" Aeri enggan menyebutkan namanya karena ibu mertuanya pasti sudah tahu yang ia maksud. Raut wajahnya langsung menggambarkan ketidaksukaan.     

"Maksudmu Soo Yin? Memangnya apa yang perlu dicurigai?" Ny. Park mengerutkan keningnya.     

"Aku curiga jika mereka memiliki hubungan, Bu. Kenapa seringkali mereka bersama padahal sedang tidak ada jam kerja?" Akhirnya Aeri berani mengungkapkan kecurigaannya selamat ini. Berharap semoga saja ibu mertuanya percaya meskipun tidak ada bukti kuat yang dimiliknya.     

"Ha … ha … ha …." Ny. Park justru tertawa renyah mendengar pernyataan Aeri yang menurutnya terlalu berlebihan.     

"Sudah pasti mereka dekat karena bagaimanapun juga mereka sering bertemu di kantor. Lagi pula Soo Yin itu menyukai Kim Soo Hyun. Mereka juga sebentar lagi akan bertunangan," ujar Ny. Park yang terkekeh geli karena pemikiran Aeri yang tidak masuk akal.     

"Tapi Bu, kenapa selalu kebetulan sekali mereka bersama pergi ke suatu tempat? Apa gadis itu tidak memikirkan bagaimana perasaanku?" Aeri juga mengingat ketika mereka pergi ke Busan. Seharusnya Soo Yin tidak perlu ikut karena bukan urusan pekerjaan.     

"Aeri, bukankah Dae Hyun sudah menjelaskannya jika mereka tidak sengaja bertemu di jalan. Kau pagi tadi juga tidak di rumah," ujar Ny. Park.     

Park Ji Hoon memilih meninggalkan menantu dan istrinya yang sedang berdebat. Dirinya tidak ingin terlibat dalam urusan mereka karena takut keceplosan.     

"Bu, seharusnya Dae Hyun juga bisa menghubungiku bukanya malah mengajak gadis itu," tukas Aeri.     

"Tidak usah dibahas, bukankah kau dahulu tidak mempermasalahkan hal kecil seperti ini? Dulu kau baik-baik saja Jo Yeon Ho hanya pergi berlibur berdua saja dengan Dae Hyun," tukas Ny. Park untuk mengingatkan kembali saat Aeri masih menjadi seorang model. Aeri bahkan tidak peduli dengan putranya sama sekali.     

"Tapi, Bu. Sekarang aku sudah tidak seperti dulu lagi," sanggah Aeri untuk membela dirinya.     

"Sekarang tidurlah, karena hari sudah malam." Ny. Park lantas bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan kaki menaiki tangga menuju kamarnya. Ia enggan lagi berdebat dengan Aeri.     

"Sial! Tetap saja dia tidak percaya dengan perkataanku," gerutu Aeri sembari mengepalkan tinjunya. Tampaknya dia harus memiliki cara lain untuk menyingkirkan Soo Yin      

"Han juga tidak bisa diandalkan," gerutunya lagi dengan sorot mata berapi-api. Mulai sekarang ia bertekad untuk melakukannya sendiri.     

================================     

Di tengah perjalanan Soo Yin pindah di depan karena Dae Hyun tak henti-hentinya meminta untuk duduk di kursi penumpang depan. Padahal menurut Soo Yin itu sama saja karena mereka berada satu mobil yang sama.     

"Sepertinya Aeri sudah mencurigai hubungan kita," ujar Soo Yin berusaha memecah keheningan yang terjadi beberapa saat di antara mereka.      

Dae Hyun tampak memikirkan sesuatu sejak meminta Soo Yin duduk di depan.     

"Aku juga merasa seperti itu. Bahkan mungkin ia sudah mengatakan hal ini pada ibu. Namun percayalah ibu tidak akan semudah itu percaya karena ibu mengira jika kau menyukai Kim Soo Hyun," tukas Dae Hyun sembari menghela nafas berat. Ia sejak tadi sedang memikirkan reaksi ibunya tentang hubungan mereka karena sebentar lagi mau tidak mau pasti akan segera terbongkar.     

"Apakah aku harus datang ke acara pesta pernikahan sepupumu? Aku sangat takut adikmu memintaku menjawabnya di sana," ujar Soo Yin dengan perasaan gelisah.     

"Tidak apa-apa, aku akan menghalanginya jika sampai hal itu terjadi," tukas Dae Hyun seraya tersenyum agar Soo Yin menjadi lebih tenang meskipun ia juga merasakan hal sama dengan sang istri.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun yang tengah fokus menyetir. Memejamkan matanya sejenak untuk membuat hatinya merasa lebih tenang.     

"Setelah pesta pernikahan bibi Hyun Bin, aku akan segera mengadakan rapat direksi. Apa kau akan datang melihat suamimu turun tahta?" ujar Dae Hyun sambil terkekeh.     

Soo Yin menegakkan kepalanya kembali. Memandang suaminya yang justru tampak terlihat senang. Namun Soo Yin justru merasa bersalah akan hal ini. Bagaimanapun juga ia turut andil secara tidak langsung dalam pengunduran diri Dae Hyun.     

"Jika kau berat untuk melepaskan jabatanmu, kau tidak perlu melakukannya. Aku sudah cukup bahagia seperti ini meski hanya menjadi wanita bayang-bayang," ujar Soo Yin lirih. Meski getir tapi itu lebih baik dari menghancurkan hubungan persaudaraan mereka.     

"Tidak, Sayang. Aku tidak merasa berat sama sekali. Apa kau tidak percaya dengan ketulusanku?" Dae Hyun terpaksa menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Tak enak rasanya berbicara seperti ini di saat tengah fokus mengemudi.     

"Aku hanya takut keluargamu tidak menerimaku lagi. Hal itu juga akan berimbas pada usaha keluarga kalian. Aku juga tidak ingin Jo Yeon Ho merasa sedih karena berpisah dengan ibunya." Soo Yin menundukkan kepalanya.     

Berat rasanya ketika bibirnya mengucapkan hal ini karena pada dasarnya wanita itu egois. Ingin selalu menjadi yang pertama dan diakui oleh banyak orang. Apalagi suaminya orang yang sangat berpengaruh. Pantas saja Aeri tetap tidak mau bercerai dengan Dae Hyun karena ia mungkin takut kehilangan orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Jika mereka berpisah mungkin Aeri takut kehidupannya akan memburuk.     

"Soo Yin, bukankah sudah kukatakan berulang kali agar kau tidak perlu cemas. Percayalah jika semua akan baik-baik saja. Yang harus kau lakukan hanyalah menolak Kim Soo Hyun," ucap Dae Hyun sembari memegang pundak Soo Yin. Memegang dagunya agar mau menatapnya. Sungguh Dae Hyun sangat tidak suka jika Soo Yin berbicara dengan menundukkan wajahnya.     

"Aku hanya takut kau menyesal suatu hari nanti. Melepaskan semua yang kau punya hanya demi diriku yang mungkin tidak berarti apa-apa." Soo Yin tertawa hampa mengingat dirinya yang sepertinya tidak berarti apa-apa.     

"Akan kupastikan aku tidak akan menyesali keputusanku. Mulai sekarang jangan berkecil hati atau merasa tidak percaya diri. Setelah semuanya selesai kita akan hidup bahagia tanpa ada yang mengganggu," ujar Dae Hyun. Lantas didekapnya tubuh Soo Yin ke dalam pelukannya.     

Mana mungkin ia tega membiarkan status Soo Yin tidak diketahui oleh orang lain. Itu hanya akan membuat pesaingnya semakin bertambah banyak. Sekarang saja sudah banyak pria yang mencoba untuk mendekatinya.     

"Besok-besok maukah kau mengantarkanku pergi ke kampus? Aku ingin menanyakan kapan pengumumannya," ujar Soo Yin seraya menengadahkan wajahnya menatap manik mata sang suami.     

"Tentu aja, jika nanti ada waktu senggang aku pasti mau mengantarmu."     

"Apa malam ini kau akan menginap di hotel?" tanya Soo Yin lagi.     

"Tidak, aku takut," sahut Dae Hyun.     

"Takut kenapa? Bukankah biasanya kau juga selalu menginap di sana sendirian?" Soo Yin mengerutkan keningnya.     

"Takut istri kecilku malam ini merasa kedinginan jika tidak tidur dalam pelukanku," bisik Dae Hyun lantas menggigit kecil daun telinga Soo Yin. Hingga membuat Soo Yin menjauhkan diri karena merasa geli.     

"Bilang saja kau yang tidak bisa tidur," goda Soo Yin sembari terkekeh.     

"Benar sekali. Aku memang tidak bisa tidur nyenyak jika jauh darimu," ujar Dae Hyun. Dengan cepat menangkup wajah Soo Yin lalu mengecup bibirnya yang sangat manis. Hingga membuat Dae Hyun enggan melepaskannya.     

Mereka menyatukan bibir mereka ditemani suara hewan malam karena mereka berhenti di tempat yang cukup sepi. Dae Hyun ingin selalu seperti ini jika berada di dekat sang istri. Sayang sekali Soo Yin belum benar-benar pulih sehingga mereka belum bisa menyatukan cinta mereka.     

"Sudah, ayo kita pulang. Ini sudah larut malam, aku sudah mengantuk," tukas Soo Yin seraya mendorong tubuh suaminya.     

"Kapan kita bisa melakukannya?" tanya Dae Hyun denagn wajah berkabut dan sudah tidak sabar.     

"Melakukan apa?" Soo Yin justru balik bertanya dengan wajah polosnya.     

"Membuat adik untuk Yeon Ho," sahut Dae Hyun seraya terkekeh setelah berhasil menahan hasratnya.     

"Dasar tidak sabaran. Cepatlah sebaiknya kita pulang." Soo Yin memalingkan wajahnya ke arah lain dengan rona pipi yang memerah.     

"Baiklah."     

Dae Hyun mengikuti kemauan istrinya untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju villa Pyeongchang-dong.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.