Istri Simpanan

Bab 268 - Buket bunga



Bab 268 - Buket bunga

0Li Sa terus mengerucutkan bibirnya karena merasa tidak terima harus meminta maaf kepada Soo Yin.     

"Baiklah, aku minta maaf," ucap Li Sa seraya mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Soo Yin sedangkan wajahnya menghadap ke arah lain. Baginya itu semua adalah penghinaan.     

"Tidak usah jika kau tidak benar-benar ingin meminta maaf," sahut Soo Yin dengan nada datar. Tak apalah sekali-kali membuat mereka kapok.     

"Meminta maaflah dengan benar," ucap Dae Hyun.     

Li Sa terus merutuk dalam hati menyadari Soo Yin yang kini sudah berani mengerjainya. Ia merasa jika sepupunya sudah sangat banyak berubah tidak seperti dulu yang terlalu penurut.     

"Soo Yin, tolong maafkan aku." Li Sa terpaksa melembutkan nada suaranya karena tidak ingin terlalu lama dalam posisi seperti itu.     

"Begitulah caranya meminta maaf," ujar Soo Yin sembari terkekeh. Senang rasanya membuat Li Sa meminta maaf kepadanya. Kapan lagi melihatnya bisa seperti itu.     

'Lihatlah nanti, aku pasti akan membalasmu lebih dari ini,' ~ rutuk Li Sa dalam hati. Tangannya terus mencengkram hingga kuku-kukunya menancap di telapak tangannya.     

"Soo Yin, aku juga minta maaf," ujar Aeri lembut karena tidak ingin meminta maaf seperti Li Sa hingga dua kali.     

Soo Yin menganggukan kepalanya sambil melirik Dae Hyun yang memasang wajah datar.     

Setelah itu Aeri mengajak Li Sa untuk segera pergi dari tempat itu karena tidak ingin mendapatkan masalah lagi. Selagi ada suami dan adik iparnya mereka tidak mungkin bisa membalas Soo Yin hari ini. Namun mereka akan tetap berniat membalasnya suatu saat nanti.     

"Seharusnya kalian tidak perlu repot-repot melakukan hal ini," ujar Soo Yin.     

"Ini tidak repot sama sekali. Mereka memang harus diberi pelajaran," tukas Kim Soo Hyun.     

"Sebaiknya kita kembali ke taman untuk mengikuti acaranya," ujar Dae Hyun yang tanpa sadar menggandeng tangan Soo Yin.     

"Ayo," sahut Kim Soo Hyun yang juga menggandeng sebelah tangan Soo Yin.     

Kedua pria itu sama-sama menarik tangan Soo Yin. Membuat Soo Yin tidak tahu harus mengikuti langkah siapa karena langkah mereka berbeda arah. Soo Yin merasa seperti tambang yang ditarik kedua ujungnya.     

"Tuan, bisakah aku berjalan sendiri saja?" ujar Soo Yin sembari mengernyitkan dahinya lantas memandang kedua tangannya secara bergantian.     

Kedua pria itu lantas menghentikan langkah mereka. Mereka menoleh ke belakang terfokus pada tangan mereka yang bertautan dengan tangan Soo Yin. Kim Soo Hyun mengernyitkan dahinya melihat saudaranya yang menggandeng tangan pujaan hatinya. Itu membakar cemburu di dadanya.     

"Bisakah Kakak melepaskan tangan Soo Yin?" ujar Kim Soo Hyun sembari memandang wajah saudaranya dengan datar.     

Dae Hyun menghela nafas panjang sebelum akhirnya melepaskan genggaman tangannya dari jari Soo Yin. Sangat berat rasanya membiarkan tangan sang istri disentuh pria lain. Namun Dae Hyun mencoba untuk bersabar karena itu hanya untuk sementara.     

"Soo Yin, ayo kita ke taman," ajak Kim Soo Hyun sambil menarik pergelangan tangan Soo Yin dengan lembut.     

Soo Yin terus menoleh ke belakang saat Kim Soo Hyun mengajaknya kembali ke taman belakang. Ia melihat guratan amarah diraut wajah suami yang dicoba untuk direndamnya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

Dae Hyun tetap berdiri di tempatnya sambil mengamati Kim Soo Hyun dan Soo Yin yang perlahan sudah menjauh. Sebelum akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan putranya yang tengah menjadi pengiring pengantin.     

°     

°     

Di area berlangsungnya resepsi kini sangat riuh dengan sorak para penonton ketika acara pemotongan kue. Sekarang adalah waktunya pelemparan bunga yang dilakukan oleh kedua mempelai.     

"Satu, dua!" Pembawa acara memberi aba-aba agar pengantin bersiap-siap.     

"Tiga!" seru pembawa acara dengan sangat keras membuat para tamu yang sudah berada di belakang kedua mempelai bersiap siaga untuk berebut buket bunga.     

Kedua mempelai akhirnya melemparkan bunga itu ke belakang ke para tamu undangan. Namun bunga itu ternyata melayang jauh hingga tanpa sengaja jatuh ke tangan Soo Yin.     

Sorak riuh langsung menggema di taman oleh para penonton yang berteriak gembira. Beberapa dari mereka memberikan selamat kepada Soo Yin dan Kim Soo Hyun. Soo Yin yang memang tidak tahu hal semacam itui hanya tersenyum tipis menanggapi perkataan mereka semua.     

"Selamat untuk Nona Muda yang mendapatkan buket bunga. Semoga saja tidak lama lagi akan menyusul ke jenjang pernikahan," ujar Pembawa acara dengan penuh suka cita.     

"Tampaknya kalian memang berjodoh."     

"Semoga kalian lekas menyusul."     

Beberapa tamu yang berdiri di dekat mereka tak henti-hentinya mengucapkan selamat. Membuat raut wajah Kim Soo Hyun terlihat sangat bahagia. Sedangkan Soo Yin memasang wajah bingung dan tidak tahu apa-apa.     

"Apa maksud mereka? Kenapa mereka mengucapkan selamat terus-menerus?" tanya Soo Yin dengan wajah polos.     

"Itu karena kau mendapatkan buket bunga ini dan membuatku merasa sangat senang karena kau mendapatkannya," sahut Kim Soo Hyun dengan raut wajah berbinar tak dapat menutupi kebahagiaan yang dirasakannya.     

"Hanya itu?" Soo Yin menautkan kedua alisnya.     

"Hanya itu?" Kini Kim Soo Hyun justru balik bertanya.     

"Maksudnya aku belum mengerti kenapa karena hanya buket bunga mereka harus memberikan selamat seperti itu," ujar Soo Yin.     

Kim Soo Hyun memijat pelipisnya. Tampaknya Soo Yin jauh lebih polos dari dugaannya.     

"Begini, konon katanya jika seseorang yang mendapatkan bunga yang dilemparkan oleh pengantin maka mereka akan segera menyusul menikah dalam waktu dekat. Jadi, sepertinya kita mungkin akan menikah dalam waktu dekat," ujar Kim Soo Hyun mencoba untuk menjelaskan sedetail-detailnya. Senyuman terus saja mengembang di bibirnya.     

Deg ….     

Jantung Soo Yin terasa berhenti berdetak beberapa saat hingga membuat tubuhnya menjadi bergetar. Ia merutuki diri sendiri kenapa sebodoh itu baru menyadari hal itu. Mata Soo Yin langsung tertuju pada buket bunga yang ada di tangannya.     

"Soo Yin, kau maukan menjadi istriku?" Kim Soo Hyun menggenggam kedua tangan Soo Yin. Memandang lekat kedua bola matanya yang memiliki bulu mata lentik yang sangat indah.     

'Oh Tuhan, aku belum sanggup untuk mengatakannya,' ~ ucap Soo Yin dalam hati karena bibirnya tidak mampu untuk terbuka. Sungguh dirinya merasa tidak tega jika harus menolaknya saat ini. Ia belum pernah menolak seseorang dalam hidupnya itu terlalu beresiko.     

Dae Hyun yang mengamati Kim Soo Hyun dan Soo Yin dari tempatnya yang tidak terlalu jauh. Mencoba menangkap dan mencermati apa yang tengah Kim Soo Hyun lakukan.     

Begitu melihat wajah Kim Soo Hyun yang tampak serius memandang wajah Soo Yin membuatnya langsung bergegas menghampiri mereka.     

"Hmmmm," ujar Dae Hyun mengagetkan adik dan istrinya membuat Kim Soo Hyun spontan melepaskan tangan Soo Yin dari genggamannya.     

"Kau membuatku terkejut," gerutu Kim Soo Hyun karena tadi ia sedang serius memandang wajah pujaan hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.