Istri Simpanan

Bab 270 - Bukan hanya ketampanan



Bab 270 - Bukan hanya ketampanan

0Wajah Soo Yin memanas hingga mengalihkan pandangannya mencari objek lain untuk dilihat. Namun hingga beberapa saat ketika menoleh lagi Dae Hyun masih terus menatapnya.     

"Jangan menatapku terus," ujar Soo Yin dengan pipi yang sudah memerah. Risih rasanya ditatap sang suami seperti itu di depan orang banyak. Soo Yin khawatir orang-orang akan mencurigai mereka.      

"Kau sangat cantik malam ini," puji Dae Hyun dengan bibir yang tertarik ke belakang mengukir senyuman.     

"Apa malam ini saja?" Pertanyaan itu begitu saja terlontar dari bibir Soo Yin.     

"Kau cantik sepanjang waktu," sahut Dae Hyun dengan senyum yang mempesona.     

Kata-kata pujian yang sering kali diucapkan tapi selalu bisa membuat Soo Yin melayang ke atas awan. Tanpa sadar Soo Yin mengulum senyum. Dae Hyun benar-benar mampu membuatnya tersipu.     

"Apa aku malam ini tampan?" tanya Dae Hyun sambil mengerling nakal.     

"Tidak, lebih tampan adikmu," sahut Soo Yin dengan jujur.     

Secinta apapun Soo Yin kepada Dae Hyun, jika harus memilih di antara dua bersaudara itu siapa yang paling tampan. Sudah pasti Soo Yin akan mengatakan Kim Soo Hyun. Namun bukan ketampanan yang Soo Yin cari. Dia hanya butuh kenyamanan dalam menjalin hubungan. Soo Yin sudah merasa sangat nyaman berada di dekat suaminya.     

"Benarkah? Lalu mengapa kau lebih memilihku?" Dae Hyun lupa jika yang menyebabkan Soo Yin tidak bisa memilih pilihan lain adalah dirinya.     

"Aku tidak punya pilihan lain," sahut Soo Yin.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Seharusnya tadi tidak usah bertanya lagi mengenai hal itu. Sudah pasti Soo Yin akan menjawabnya dengan sangat jujur tanpa basa-basi untuk menyenangkan hatinya.     

Soo Yin bisa menangkap perubahan ekspresi di wajah Dae Hyun. Jika tidak di tempat ramai seperti ini rasanya ingin tertawa terbahak-bahak.     

"Tidak usah cemberut begitu. Jika aku melihatmu hanya sebatas ketampanan yang kau miliki mungkin aku sudah meninggalkanmu sejak bertemu dengan Kim Soo Hyun," ucap Soo Yin untuk menyenangkan hati suaminya. Ia terkadang heran kepada seorang pria dewasa yang bersikap kekanak-kanakan padahal sama sekali tidak perlu.     

Kini raut wajah Dae Hyun terlihat mengembang setelah mendengar pernyataan dari Soo Yin yang sudah beberapa kali dilontarkan untuk menyenangkan hatinya. Tapi tetap saja Dae Hyun merasa bahagia setiap kali mendengarnya.     

Mereka terus mengobrol dengan santai sambil melenggak-lenggokkan tubuh mereka kesana kemari. Sebenarnya Dae Hyun memang sengaja mengajak ngobrol istri kecilnya, agar ia tidak merasa gugup dilihat oleh banyak orang. Dengan mengajaknya ngobrol, perhatian Soo Yin hanya akan terfokus kepadanya saja.     

Di sudut yang letaknya tidak jauh, Aeri dan Li Sa sejak tadi mengintip dengan rasa gejolak di dada mereka. Rasa marah dan kesal melebur menjadi satu. Terlebih Aeri yang sejak tadi menatap tajam ke arah mereka yang tampak tengah mengobrol di sela dansa yang mereka lakukan.     

"Dasar gadis jalang! Dia sepertinya berniat sekali menggoda Dae Hyun," gerutu Aeri seraya memukul tembok cukup kuat.     

"Dia tidak hanya mengganggu suami Kakak tapi dia juga menggoda Kim Soo Hyun," timpal Li Sa.     

"Ibu, lihatlah ayah dan kakak, mereka sangat bagus ketika berdansa," ujar Jo Yeon Ho yang sejak tadi bertepuk tangan sambil memuji Soo Yin secara terus menerus. Tidak tahu jika apa yang dilakukannya mengundang kemarahan sang ibu.     

"Yeon Ho, diamlah," bentak Aeri yang sudah mulai hilang kesabaran mendengarkan Jo Yeon Ho yang terus bersorak menyemangati suami dan sekretarisnya.     

Untunglah suara penonton begitu ramai sehingga Jo Yeon Ho tidak menyadari jika dirinya dibentak. Ia justru kesal saat alunan musik berhenti.     

"Yahhh, sudah selesai," ujar Jo Yeon Ho yang kehilangan semangat.     

Ingin rasanya Aeri memarahi putranya jika tidak mengingat dialah satu-satunya alasan yang tidak membuatnya malu untuk bertahan. Sebagai seorang wanita sebenarnya Aeri juga malu terus bertahan di rumah saat suaminya bahkan tidak menginginkannya lagi. Namun ambisinya sangat besar hingga mampu memutuskan urat malunya. Selama ini ia tidak ingin gagal dalam setiap yang diinginkan. Ia akan terus berusaha mendapatkannya apapun caranya.     

"Yeon Ho, pergilah ke tempat lain. Tidak usah berada dekat-dekat denganku," usir Aeri sebelum dirinya benar-benar kehilangan kesabaran dan melakukan kekerasan     

Tanpa pikir panjang Jo Yeon Ho lantas berlari-lari kecil ke arah tempat berlangsungnya dansa. Terlalu bersemangat membuatnya menabrak tubuh seseorang yang sedang mengobrol hingga membuat bokongnya terduduk ke lantai.     

"Yeon Ho?" ujar Soo Yin yang langsung berjongkok untuk membantu anak itu berdiri. Wajahnya langsung berbinar karena berhasil menemukannya padahal ia sudah berkeliling mencarinya.     

"Kau dari mana saja? Kakak sejak tadi mencarimu," ujar Soo Yin seraya mengusap pipi Jo Yeon Ho yang sudah berdiri tegap.     

"Aku tadi bersama teman-teman yang lain menjadi pengiring pengantin," sahut Jo Yeon Ho dengan wajah imutnya yang sangat menggemaskan. Dasi merah yang berbentuk kupu-kupu membuatnya semakin lucu.     

"Kau sangat tampan," puji Soo Yin seraya mengacungkan jempolnya. Sangat gemas hingga membuat Soo Yin ingin mencubit kedua pipinya.     

"Kakak juga sangat cantik," puji Jo Yeon Ho dengan tulus. Pujian seorang anak kecil adalah ketulusan dari hatinya karena mereka masih polos.     

Dae Hyun tersenyum melihat putra dan istrinya kini semakin dekat sehingga tidak masalah jika kelak Jo Yeon Ho akan mengetahui perpisahan di antara dia dan Aeri. Ia sangat yakin jika kedekatan Soo Yin dengan putranya itu sangat tulus.     

"Aduh!" seru Soo Yin saat hendak berdiri ternyata kakinya terasa perih. Sepertinya kulit kakinya terkena gesekan dari sepatu hak tinggi yang dipakainya.     

"Soo Yin, kau tidak apa-apa?" Dae Hyun seketika langsung terlihat panik.     

"Tidak apa-apa, mungkin kakiku hanya lecet," sahut Soo Yin seraya menunduk untuk melihat kakinya.     

"Sebaiknya kita ke dalam rumah saja. Yeon Ho, apa kau ingin ikut ke dalam bersama kami?" ajak Dae Hyun pada putranya.     

Dengan cepat Jo Yeon Ho menganggukan kepala karena kakinya juga terasa lelah dan butuh istirahat.     

Soo Yin lantas melepaskan sepatunya karena susah untuk berdiri. Sepertinya ini terjadi karena berdansa tadi. Terlalu asyik membuatnya tidak menyadari jika kakinya terluka.     

"Biarkan aku membawanya," ujar Dae Hyun ketika Soo Yin hendak menenteng sepatunya.     

Soo Yin lantas menggandeng tangan Jo Yeon Ho untuk masuk ke dalam rumah sedangkan Dae Hyun berada di belakangnya.     

Saat memasuki ruang tamu kebetulan sekali di sana cukup ramai oleh para orang tua yang sepertinya sudah kelelahan. Soo Yin hendak berbalik karena tidak ingin bertemu ibu mertuanya tapi sayang sekali Jo Yeon Ho terus menarik pergelangan tangannya. Ia takut ibu mertuanya mengatakan sesuatu kepada keluarga besar mereka tentang hubungannya dengan Kim Soo Hyun.     

"Nenek!" seru Jo Yeon Ho membuat semua orang yang tengah mengobrol menoleh ke arah mereka.      

"Hai, Yeon Ho, Soo Yin. Kemarilah, duduk bersama kami," ujar Ny. Park lantas bangkit berdiri.     

Tubuh Soo Yin terasa lemas. Sedangkan Dae Hyun dengan santai mengikuti mereka melangkah masuk tanpa malu menenteng sepatu Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.