Istri Simpanan

Bab 272 - Memangku Jo Yeon Ho



Bab 272 - Memangku Jo Yeon Ho

0Tidak lama kemudian Dae Hyun datang sambil membawa nampan di tangannya yang berisi gelas minuman dan ada makanan. Sebenarnya ia tidak perlu repot-repot karena ada pelayan. Namun setiap berada di dekat Soo Yin, ia ingin selalu melayaninya.     

"Ya ampun, kenapa Yeon Ho tidur di pangkuanmu?" ujar Dae Hyun seraya meletakkan nampan tersebut di meja.     

"Dia sepertinya sudah ngantuk berat," sahut Soo Yin sambil menegakkan tubuhnya agar bisa duduk dengan tegap.      

"Biarkan dia tidur di pangkuanku, kau pasti juga lelah," ujar Dae Hyun sambil mengulurkan tangannya hendak memindahkan tubuh putranya.     

"Tidak usah, nanti dia terbangun. Biarkan dia sebentar lagi dia di sini," tolak Soo Yin. Ia cukup senang memangku Yeon Ho yang sudah dianggap menjadi putranya sendiri.     

Dae Hyun memandangi jam yang melingkar di tangannya, ternyata sekarang sudah pukul hampir pukul sebelas malam. Di luar para tamu sudah mulai pulang. Hanya keluarga besar saja yang masih berkumpul. Jika ada acara semacam ini seringkali mereka gunakan untuk mengobrol. Karena jarang sekali keluarga besar berkumpul terhalang oleh kesibukan masing-masing.     

"Sebaiknya kuantarkan kau pulang," ujar Dae Hyun. Bukan bermaksud mengusir tapi dia takut istrinya kelelahan.     

"Sebentar lagi," ucap Soo Yin seraya memandang wajah imut Jo Yeon Ho yang tengah pulas tertidur.     

Akhirnya mereka melanjutkan obrolan dengan hal-hal kecil yang tidak terlalu penting.      

Hae Sok tengah berjalan hendak ke kamarnya untuk istirahat. Ia menoleh ke arah ruang keluarga ketika mendengar suara orang yang mengobrol. Membuatnya semakin penasaran karena seperti mendengar suara Dae Hyun yang tengah terkekeh.     

"Ternyata kalian, aku pikir tadi siapa." Hae Sok menghampiri mereka sambil mengamati Jo Yeon Ho yang tertidur pulas. Ia bersikap biasa saja melihat mereka yang terlihat dekat karena sudah mengetahui ada hubungan di antara mereka.      

"Dae Hyun, sebaiknya putramu tidurkan saja di kamarku. Kasihan Soo Yin terlalu lama memangkunya," ujar Hae Sok.     

"Tidak usah, Nek," ujar Soo Yin seraya tersenyum ramah.     

"Bagaimana dengan hubungan kalian?" tanya Hae Sok sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.     

"Tentu saja kami masih baik-baik saja, Nek," sahut Dae Hyun.     

"Kau harus selalu ingat apa yang nenek katakan waktu itu," tukas Hae Sok mengenai hubungan mereka yang tidak boleh diketahui oleh paman dan bibinya. Bukan maksudnya mendukung hubungan mereka tapi jika Dae Hyun bersikeras seperti itu ia tidak bisa berbuat apa-apa.     

"Tenanglah, Nek," ujar Dae Hyun yang mengerti apa yang dimaksud oleh neneknya.     

Mereka lantas melanjutkan obrolan yang tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan Dae Hyun dan Soo Yin. Bagaimana pun juga mereka harus menyembunyikannya untuk saat ini agar tidak ketahuan.     

°     

Ternyata Aeri sejak tadi mencari keberadaan putranya di lokasi berlangsungnya acara. Ia pikir anak itu tadi tersinggung karena ia telah berbicara kasar seperti yang sudah-sudah. Jo Yeon Ho akan menyendiri dan itu membuat Aeri merasa cemas. Takut Jo Yeon Ho semakin menjauhinya.     

Dia tidak berani menanyakannya kepada yang lain karena jika mereka mengetahui putranya tidak ada pasti akan menyalahkannya. Tadi ia terlalu emosi sehingga membuatnya melupakan putranya.     

Barulah ketika masuk ke dalam rumah Aeri mengetahui jika sejak tadi Jo Yeon Ho bersama Dae Hyun dari ibu mertuanya. Ia lantas pergi ke ruang keluarga.     

Dadanya kembali panas ketika melihat Yeon Ho tengah tertidur di pangkuan Soo Yin. Tubuhnya semakin bergetar saat memikirkan Soo Yin adalah wanita yang dimaksud oleh Dae Hyun. Jika bukan, kenapa Dae Hyun tidak membawa wanita itu malam ini.  Aaeri semakin bingung karena Soo Yin juga dekat dengan Kim Soo Hyun.     

Dengan kesabaran yang sudah tertahan, Aeri menghampiri mereka. Apalagi saat melihat Hae Sok. Ia yakin wanitu itu akan membelanya.     

"Soo Yin, ternyata kau menyembunyikan Yeon Ho di sini. Aku sejak tadi  berkeliling mencarinya tapi kau justru diam saja," ujar Aeri dengan memasang wajah sinis. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa ketidaksukaannya terhadap Soo Yin.     

"Tidak ada yang menyembunyikan Jo Yeon Ho karena sejak tadi dia bersama kami," sahut Dae Hyun dengan wajah datar. Sepertinya apa yang dilakukan Soo Yin di mata Aeri selalu saja salah. Ntah dosa apa yang diperbuat di masa lalu hingga menikahi istri seperti Aeri.     

"Dae Hyun, kau selalu saja membelanya," ujar Aeri.     

"Tidak usah berdebat ini sudah malam. Apa kalian tidak merasa malu dengan keluarga yang lain jika hanya masalah seperti ini diributkan," gerutu Hae Sok. Kedatangan Aeri membuatnya merasa tidak nyaman karena selalu saja membuat keributan. Terlebih lagi terakhir mereka bertemu membuat Hae Sok kehilangan kepercayaan dengan Aeri.     

"Aku hanya tidak suka Soo Yin mendekati putraku karena sepertinya ada maksud terselubung terhadap keluarga ini, Nek," ujar Aeri sembari melirik Soo Yin dengan sinis.     

"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu." Soo Yin memberanikan diri untuk membela dirinya. Jika ada maksud lain Soo Yin tidak perlu melakukannya dengan mendekati Jo Yeon Ho karena dirinya bahkan sudah mendapatkan dua pria yang bisa dimanfaatkan.     

"Dasar penggoda!" cibir Aeri.     

Soo Yin pura-pura tidak mendengarkan apa yang diucapkan Aeri meski dadanya terasa sangat sesak.     

"Nenek, Tuan, sebaiknya aku pulang saja," pamit Soo Yin sebelum Aeri membuatnya malu lebih jauh lagi lebih baik jika ia undur diri. Sejak kedatangannya ke pesta itu Aeri tampak sangat berambisi mempermalukannya.     

"Tunggulah di sini sebentar nanti aku akan mengantarmu," ujar Dae Hyun, lantas berdiri kemudian membawa putranya ke kamar yang ditempati oleh Hae Sok.     

Melihat Dae Hyun yang sudah tidak nampak, Soo Yin segera berpamitan kepada Hae Sok untuk pulang ke rumahnya.     

"Nek, aku pulang terlebih dahulu. Sampai berjumpa kembali, Nek," pamit Soo Yin dengan sopan dan penuh rasa hormat.     

"Jika ingin pulang maka pergilah," usir Aeri secata tidak langsung.     

Soo Yin hanya mengusap dada mendengar kata-kata sinis Aeri yang terus menghujam hatinya. Selalu menyakinkan hatinya jika pemenang yang sebenarnya memang harus bersakit-sakit terlebih dahulu.     

Setelah berpamitan kepada semua orang yang berpapasan dengannya, Soo Yin langsung keluar dari kediaman rumah Hyun Bin. Beruntung Kim Soo Hyun tidak muncul lagi karena sedang sibuk.     

Namun, baru saja hendak menghubungi Chung Ho agar menjemput ponselnya sudah berdering terlebih dahulu. Ternyata Dae Hyun yang menghubunginya.     

"Sayang, kau dimana? Bukankah kukatakan jangan pergi terlebih dahulu? Kenapa kau begitu keras kepala tidak mendengarkan suamimu? Bagaimana jika nanti terjadi sesuatu kepadamu?" Pertanyaan demi pertanyaan langsung terlontar dari bibir Dae Hyun yang sangat mencemaskan sang istri. Kenangan pahit saat kejadian itu masih melintas di pikirannya.     

"Tenanglah, aku sudah di depan pintu gerbang. Lagi pula aku juga hendak meminta Chung Ho untuk menjemputku," sahut Soo Yin.     

"Tetaplah disitu dan jangan pergi kemana-mana sebelum aku sampai," perintah Dae Hyun dengan nada tegas laku memutuskan sambungan telepon.     

Soo Yin hanya menghela nafas pasrah. Bukan ingin membuat suaminya khawatir tapi Soo Yin tidak enak kepada keluarganya. Seolah-olah Dae Hyun seperti supir yang harus menjemput dan mengantarkannya.     

Tak lama kemudian sebuah mobil Maybach silver berhenti tepat di depan Soo Yin. Mau tidak mau Soo Yin harus masuk dan pulang diantarkan oleh Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.