Istri Simpanan

Bab 274 - Sudah pulih



Bab 274 - Sudah pulih

0Soo Yin butuh pelukan Dae Hyun untuk menghilangkan kata-kata yang tadi terdengar begitu sadis di telinganya. Meski tidak sepenuhnya hilang setidaknya mampu menenangkan hatinya.     

Soo Yin memeluk tubuh Dae Hyun begitu erat dengan tangan yang terus menelusuri punggungnya. Membuat Dae Hyun merasakan gelayar aneh. Pria normal pasti akan merasakan hal itu jika berada di dekat wanitanya apalagi mereka sudah lama tidak menyatukan cinta mereka.     

Dae Hyun merenggangkan tubuhnya sedikit lalu memegang dagu Soo Yin. Melihat senyuman manis yang terukir di bibirnya membuat Dae Hyun tanpa pikir panjang mendaratkan bibirnya di bibir ranum itu.     

Melumatnya serta menyesapnya dengan lembut untuk mengobati sedikit rasa rindu yang menggerogoti tubuhnya. Soo Yin dengan senang hati membalasnya karena dia juga merasakan hal yang sama.       

Mereka melakukannya hingga beberapa saat sampai nafas mereka saling memburu dan terengah-engah. Jika tidak ingat sebentar lagi ada rapat. Dae Hyun sudah membopong tubuh Soo Yin masuk ke dalam kamar.     

Setelah cukup membuat rasa rindu mereka terobati Dae Hyun melepaskan ciumannya.     

"Kenapa tidak mengatakan jika kau akan bekerja hari ini? Apakah kau sudah berkonsultasi dengan dokter Mi Young?" tanya Dae Hyun sembari menuntun Soo Yin untuk berjalan mendekati sofa.     

"Tenanglah, sekarang aku sudah sangat pulih," ucap Soo Yin dengan penuh semangat dan wajah ceria. Mendapatkan sebuah ciuman manis membuat Soo Yin seperti mendapatkan energi baru.     

"Syukurlah, aku sangat senang mendengarnya," ucap Dae Hyun.     

"Ngomong-ngomong apa yang kau bawa?" tanya Dae Hyun sembari menjauhkan sedikit tubuhnya agar ada jarak di antara mereka. Ketika masuk Dae Hyun seperti melihat Soo Yin menenteng sesuatu di tangannya.     

"Ah, hampir saja lupa. Ini aku membawakan makanan untuk sarapan. Apa kau sudah sarapan?" ujar Soo Yin seraya menunjukkan bekal yang dibawanya. Untunglah tadi tidak terjatuh ketika mereka berciuman. Soo Yin berharap jika suaminya belum makan sehingga ia tidak akan merasa sia-sia karena sudah memasak.     

Dae Hyun hendak mengatakan jika dirinya sudah sarapan tapi bibirnya terasa berat untuk terbuka. Tak tega rasanya mengatakan hal itu.     

"Belum, bagaimana denganmu? Apa sudah sarapan?" tanya Dae Hyun padahal perutnya sudah terisi penuh. Ia pikir Soo Yin belum berangkat bekerja sehingga ia sarapan terlebih dahulu.     

"Belum, aku sengaja ingin sarapan bersamamu," ucap Soo Yin seraya meletakkan kotak bekalnya di atas meja.     

Baru saja Soo Yin hendak membuka tutupnya, seseorang sudah mengetuk pintu dari luar. Terpaksa Soo Yin melangkahkan kaki untuk membukanya.      

"Tuan?" Mata Soo Yin langsung terbelalak lebar. Kemudian segera membungkukkan tubuhnya dengan sopan melihat siapa yang datang. Dialah pria paruh baya yang sudah menjadi mertuanya.     

"Apa Dae Hyun ada di dalam?" tanya Park Ji Hoon tanpa basa-basi.     

"Silahkan masuk, Tuan. Dia ada di dalam," ujar Soo Yin sambil menunduk tidak berani menatap ayah mertuanya.     

Dikarenakan ada Park Ji Hoon yang menemui Dae Hyun, Soo Yin memilih melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya yang sudah lama tidak ia tempati. Ternyata masih bersih dan tertata rapi.      

Yang membuat Soo Yin mengernyitkan keningnya adalah saat melihat foto yang ada di pigura. Foto dirinya yang tadinya terpampang di pigura tersebut berganti dengan foto Dae Hyun. Foto Dae Hyun yang hanya memasang ekspresi serius. Tidak ada sedikitpun senyuman di bibirnya.     

Soo Yin mengulurkan tangan untuk meraihnya hingga seulas senyum terukir di bibirnya. Ia tidak menyangka jika suaminya mau memasang fotonya juga. Lantas dimana fotonya? Soo Yin berniat ingin menanyakannya nanti setelah Park Ji Hoon pergi.     

Dae Hyun menautkan kedua alisnya ketika melihat Park Ji Hoon yang datang. Lantas mereka duduk di sofa. Dae Hyun sudah bisa menebak kedatangan Park Ji Hoon ke ruangannya pasti untuk membicarakan sesuatu.     

"Dae Hyun, tidak bisakah kau menunda niatmu." Meski putranya tidak mungkin mau mengurungkan niatnya. Tidak ada salahnya Park Ji Hoon untuk mencoba.     

"Sekarang sudah waktunya sebelum semuanya terlambat. Rasanya selama ini aku sudah berkorban waktu begitu banyak untuk hotel jni. Sekarang gantian Kim Soo Hyun yang harus melakukannya," sahut Dae Hyun sembari menyandarkan kepalanya di sandaran sofa.     

"Adikmu itu belum terlalu bisa diandalkan," ucap Park Ji Hoon seraya mendesah. Posisinya saat ini benar-benar sulit.     

"Rasanya sudah cukup tua umurnya. Aku dulu mengabdi di hotel ini jauh lebih muda darinya. Aku melakukan ini karena hanya demi kebaikan. Cepat atau lambat hubunganku pasti akan terbongkar," ucap Dae Hyun sembari menatap langit-langit ruangan.     

"Jika adikmu tahu kalian memiliki hubungan dia juga pasti akan sangat kecewa," ujar Park Ji Hoon untuk mengutarakan kegelisahannya.     

"Kelak di pasti akan mengerti, yang paling penting adalah hotel ini tidak jatuh ke tangan paman dan bibi. Lagi pula Ayah tidak usah cemas aku pasti akan membantu pekerjaan Kim Soo Hyun sampai dia benar-benar paham," ujar Dae Hyun untuk menenangkan hati ayahnya agar tidak perlu cemas.     

"Terserah kau saja. Aku hanya mencemaskan adikmu saja dan hotel ini ke depannya," ujar Park Ji Hoon seraya menghela nafas pasrah dengan apa yang akan dilakukan oleh putra sulungnya.     

Dae Hyun melihat jam yang melingkar di tangannya ternyata sebentar lagi rapatnya akan dimulai. Tak bisa dipungkiri jika dirinya juga deg-degan. Ada keraguan jika dewan direksi akan mengabulkan permintaannya untuk turun dari jabatan. Mengingat selama dia memimpin perkembangan hotel melaju sangat pesat.     

"Ayah sepertinya sebentar lagi rapatnya akan segera dimulai," ujar Dae Hyun. Secara tidak langsung berusaha mengusir Park Ji Hoon dari ruangannya. Ia ingin berbicara dengan sang istri sebelum pergi ke ruangan rapat.     

Park Ji Hoon seperti bisa membaca apa yang dipikirkan oleh putranya sehingga ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu.     

Soo Yin masih di kursinya meski mertuanya sudah pergi karena ia tengah menata ulang meja kerjanya agar menyenangkan untuk dilihat.     

Setelah ayahnya pergi, Dae Hyun segera yang menghampiri Soo Yin sambil menenteng bekal yang tadi Soo Yin bawa. Ia lantas menghempaskan bokongnya di kursi di depan meja kerja Soo Yin.     

"Bukankah kau belum sarapan?" tanya Dae Hyun sekali lagi untuk memastikan. Ia kemudian membuka kotak bekal tersebut.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya.     

"Makanlah yang banyak. Biarkan aku menyuapimu," ujar Dae Hyun seraya tersenyum lantas menyuapkan satu sendok makanan ke mulut Soo Yin.     

Soo Yin membuka mulutnya dan mengunyah makanan tersebut perlahan.     

"Apa kau tidak makan?"     

"Aku lebih ingin memakanmu hari ini," sahut Dae Hyun seraya terkekeh.     

Jantung Soo Yin berdebar. Bagaimana tidak, semua orang yang sudah tidak merasakannya terlalu lama pasti akan merasakan hal itu. Membuat Soo Yin meneguk salivanya kembali ketika membayangkan hubungan panas yang sudah lama tidak terjadi.     

Ceklek …     

Tanpa adanya ketukan pintu terlebih dahulu, Kim Soo Hyun tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan. Pandangannya langsung tertuju pada Dae Hyun dan Soo Yin. Ia sangat terpaku melihat pemandangan yang ada di depannya saat ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.