Istri Simpanan

Bab 281 - Tidak menyesal



Bab 281 - Tidak menyesal

0Dae Hyun memilih duduk di sisi ranjang menunggu untuk menunggu istri tercintanya selesai mandi. Hampir setengah jam lamanya, guyuran air shower terdengar tapi Soo Yin juga belum keluar. Hal itu membuat Dae Hyun khawatir jika istrinya tiba-tiba pingsan di dalam karena tadi mengeluh pusing.     

Tak dapat membendung lagi rasa penasarannya, Dae Hyun melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi. Lalu diketuknya beberapa kali pintu untuk memastikan keadaan sang istri baik-baik saja. Namun sayang sekali tidak ada jawaban sehingga Dae Hyun semakin gelisah di buatnya.     

"Soo Yin!" panggil Dae Hyun sambil membuka pintu dengan kuat. Hampir saja ia terjatuh jika tangannya tidak berpegangan pada knop pintu.      

"Ada apa?" ujar Soo Yin yang belum mengenakan handuk. Ia baru saja membilas tubuhnya setelah memakai sabun.     

Dae Hyun termangu beberapa saat sambil meneguk salivanya.     

"Dae Hyun, tutup pintunya!" seru Soo Yin sambil menutupi bagian dadanya. Ia kini sudah tersadar seperti sedia kala sehingga merasa malu jika Dae Hyun melihatnya.     

Dae Hyun tidak menutup pintu. Ia justru menutupi matanya dengan jari yang renggang.     

"Tutup sekarang juga! Atau kusiram kau dengan air!" ujar Soo Yin.     

"Cepatlah keluar, jangan terlalu lama nanti kau akan kedinginan," seru Dae Hyun yang sudah menutup pintunya kembali.     

"Sebentar lagi aku akan keluar," sahut Soo Yin sambil berteriak.     

Dae Hyun mengusap dadanya yang terus berdegup kencang. Bisa saja tadi mengambil kesempatan tapi Dae Hyun ingin melakukannya nanti di tempat dimana tidak ada orang yang akan mengganggu mereka berdua.     

Kini Dae Hyun memilih berdiri sambil melihat pemandangan di luar melalui kaca jendela. Cuaca hari ini di luar terlihat sangat cerah.     

Ceklek,     

Terdengar suara pintu terbuka membuat Dae Hyun lantas menoleh. Soo Yin keluar dengan mengenakan handuk serta menggulung rambutnya dengan handuk kecil.     

Wajah yang tadi terlihat sangat bergairah kini sudah kembali seperti semula. Soo Yin yang polos tanpa polesan make up. Kali ini Dae Hyun kembali meneguk salivanya setelah berpuasa sebulan lebih tidak menyentuh sang istri.     

Jika hanya memikirkan nafsu saja Dae Hyun bisa saja melampiaskannya kepada Aeri. Namun cintanya yang terlalu besar kepada Soo Yin menghilangkan nafsunya melihat wanita lain.     

"Apa tidak ada pakaian yang bisa kukenakan?" ujar Soo Yin sambil mengernyitkan keningnya. Lantas melangkahkan kakinya ke arah suaminya.     

Dae Hyun tetap bergeming di tempatnya. Pikirannya saat ini sangat kotor memikirkan keinginannya yang ingin terpenuhi.     

"Sayang, apa yang terjadi padamu?" ujar Soo Yin ketika melihat suaminya yang hanya diam mematung. Tatapan matanya terus ke arahnya tanpa berkedip sama sekali.     

"Ah, ini bajumu," sahut Dae Hyun dengan gugup setelah tersadar Soo Yin berbicara kepadanya. Disodorkannya paper bag itu kepada Soo Yin. Aroma sabun semerbak sangat harum menelusup indra penciumannya. Hingga membangkitkan syaraf-syaraf gairahnya semakin besar.     

Sekuat tenaga Dae Hyun mencoba menahannya karena ia tidak tahu jika Soo Yin sudah boleh disentuh atau belum. Sejenak diamatinya pipi sebelah kiri Soo Yin yang tampak memerah. Itu terlihat seperti bekas telapak tangan yang besar.     

"Kenapa pipimu?" Dae Hyun lantas mengusap pipi itu yang sejak tadi baru disadarinya terlihat berbeda.     

"Pria itu menampar pipiku," sahut Soo Yin keceplosan kemudian menutup mulutnya. Seharusnya dia tadi tidak mengatakannya karena Dae Hyun pasti akan sangat emosi kembali. Padahal tadi samar-samar dia bisa melihat Dae Hyun sudah menghajarnya.     

Dae Hyun langsung mengepalkan tinjunya mendengar sang istri di tampar. Sekarang juga ia ingin membalas semua yang telah dilakukannya.     

"Mau kemana?" ujar Soo Yin sebelum Dae Hyun hendak pergi meninggalkannya.     

"Aku ingin menghajar pria itu lagi," ucap Dae Hyun seraya menggertakan giginya kuat-kuat.     

"Tidak usah," sergah Soo Yin seraya meremas jemari Dae Hyun dengan lembut.     

"Kenapa? Dia sudah berani menampar bahkan hampir menodai istriku," sahut Dae Hyun dengan amarah yang kembali merasuk ke dalam jiwanya.     

"Ini bukan sepenuhnya salah pria itu. Aku juga bersalah karena aku telah salah masuk kamar," ucap Soo Yin.     

"Aku pikir tadi kamar itu yang tengah dibersihkan oleh Jae-hwa tapi ternyata bukan," imbuh Soo Yin.     

"Tetap saja tidak ada alasan baginya untuk menyakitimu," ucap Dae Hyun suara meninggi.     

"Luka ini akan sembuh dengan sendirinya jika kau terus berada di sisiku," ujar Soo Yin seraya menempelkan pipinya di telapak tangan Dae Hyun.     

"Sayang, lain kali cari tahu terlebih dahulu. Jangan sampai membuat keputusan seperti itu karena banyak pria jahat yang mungkin bisa menyakitimu. Aku juga tidak menyangka jika Je Ha itu sangat brengsek," ujar Dae Hyun sembari berdecak kesal.     

"Kau mengenal pria itu?" Soo Yin menautkan kedua alisnya.     

"Tentu saja, dia adalah pria yang sudah merebut dokter Mi Young dariku. Aku baru tahu jika ternyata mereka sudah berpisah," Dae Hyun menghela nafas berat. Terdengar ada sesal saat mengatakannya.     

"Benarkah?"      

"Beruntung hari ini dia belum sempat melakukan hal bejat kepadamu," ujar Dae Hyun. Lantas dipeluknya tubuh Soo Yin dengan erat.     

"Apa kau menyesal karena mengetahui jika dokter Mi Young sudah berpisah?" Ada nada sendu yang terdengar dari suara Soo Yin.     

"Menyesal untuk apa?" tanya Dae Hyun.     

"Menyesal karena mungkin kau masih menginginkannya," sahut Soo Yin lirih.     

"Tidak sama sekali karena aku hanya kasihan." Dae Hyun mengendurkan pelukannya lalu mengangkat dagu sang istri.     

"Sudah berapa kali kukatakan jika aku hanya menginginkanmu untuk sekarang dan seterusnya. Dia hanya masa lalu yang tidak mungkin menjadi masa depan. Kau lah masa depanku, Sayang," ucap Dae Hyun dengan tulus.     

Soo Yin terdiam membisu mendengar pernyataan suaminya. Seharusnya dia tidak bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Padahal Dae Hyun sudah mengatakannya sejak awal. Tapi tak dapat disangkal jika Soo Yin merasa cemburu jika Dokter Mi Young suatu saat nanti mendekati suaminya.     

"Aku hanya takut kehilanganmu," ucap Soo Yin tak mampu lagi membendung rasa cemburu yang hadir di hatinya.     

"Percayalah, hanya kau yang ada di hatiku saat ini," ucap Dae Hyun lalu memeluknya kembali dengan sangat erat. Ia selalu bahagia jika Soo Yin merasa cemburu seperti ini karena itu artinya ia benar-benar menginginkannya.     

"Sekarang pakai bajumu atau kau ingin aku yang memakaikannya?" goda Dae Hyun untuk memecah kecanggungan yang baru saja terjadi. Agar Soo Yin tidak berpikiran yang tidak-tidak tentangnya.     

Soo Yin segera mendorong tubuh Dae Hyun menjauh.     

"Sekarang menghadaplah ke arah jendela. Jangan mengintipku," ujar Soo Yin sambil menatap tajam.     

"Untuk apa kau malu begitu? Aku sudah sering melihatmu sebelumnya. Bahkan tadi aku juga melihat tubuhmu," goda Dae Hyun sembari terkekeh melihat tingkah istri kecilnya yang tidak berubah. Masih saja malu-malu padahal mereka sudah sering bersama.     

"Cepat berbalik!" seru Soo Yin sambil melotot.     

"Apa kau tidak ingat jika tadi mengatakan sangat menginginkanku?" ujar Dae Hyun sembari mengerling nakal. Melihat rona wajah Soo Yin yang memerah terlihat sangat menggemaskan.     

"Cepat berbalik!" teriak Soo Yin sambil melemparkan bantal ke wajah suaminya. Ia geram karena Dae Hyun selalu saja menggodanya. Soal apa yang terjadi tadi Soo Yin benar-benar tidak mengingatnya karena itu di bawah kesadarannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.