Istri Simpanan

Bab 282 - Keceplosan



Bab 282 - Keceplosan

0Tidak ingin membuat Soo Yin marah akhirnya Dae Hyun berbalik melihat jendela kaca sambil terus terkekeh. Ia menggelengkan kepalanya mengingat bagaimana Soo Yin menggodanya saat di kamar mandi. Ternyata tidak sesuai dengan sekarang yang sudah berubah 180 derajat. Dae Hyun sangat suka Soo Yin yang malu-malu.     

Dengan cepat Soo Yin mengenakan pakaiannya. Kini ia melangkahkan kakinya menuju meja rias untuk bercermin dan mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil.     

Dae Hyun menghampiri istrinya lantas mengambil handuk yang ada di tangannya.     

"Biarkan aku membantumu mengeringkan rambut," ujar Dae Hyun. Saat menatap kaca mereka saling beradu pandang.     

"Kembalilah bekerja, aku bisa melakukannya sendiri. Lagi pula pekerjaanmu pasti banyak," tukas Soo Yin.     

"Sudah ada Kim Soo Hyun yang akan menggantikanku. Kau tidak perlu cemas, sebentar lagi kita akan selalu tinggal serumah. Aku tidak sabar melakukannya seperti ini setiap pagi," ujar Dae Hyun seraya tersenyum. Tangannya terus bergerak untuk mengeringkan rambut Soo Yin. Diraihnya sisir yang berada di atas meja. Lalu digunakannya untuk menyisir rambut indah Soo Yin.     

"Apa rapatnya sudah selesai?" Soo Yin menatap Dae Hyun lewat pantulan cermin.     

"Sudah, aku tidak sabar karena sebentar lagi tidak perlu menyembunyikan hubungan kita." Wajah Dae Hyun tampak berbinar-binar.     

"Lalu bagaimana dengan Jo Yeon Ho dan Aeri?" tanya Soo Yin yang masih ragu.     

"Aeri akan bersedia bercerai jika Jo Yeon Ho mau menerimamu sebagai ibunya. Aku sangat yakin jika Jo Yeon Ho pasti menginginkannu." Dibelainya rambut sang istri yang sekarang sudah disisir rapi.     

"Benarkah Aeri mau berpisah denganmu?"     

"Tidak usah merasa ragu. Dia mau berpisah atau tidak itu semua adalah keputusanku. Selagi tidak ada beban berat yang harus ku pikul maka semuanya akan terasa mudah," ucap Dae Hyun.     

"Aku membiarkannya tetap tinggal di rumah itu karena aku tidak ingin Jo Yeon Ho merasa sedih jika tiba-tiba saja kehilangan ibunya."     

"Aku mengerti," ucap Soo Yin.     

"Ya sudah, sebaiknya aku keluar terlebih dahulu. Aku akan menunggumu di ruanganku. Setelah resmi Kim Soo Hyun menjadi direktur utama aku ingin kita pergi bulan madu," ujar Dae Hyun dengan tersenyum penuh arti.     

"Aku tidak mau," sahut Soo Yin dengan cepat.     

"Aku akan memaksamu," sahut Dae Hyun dengan senyum penuh kemenangan.     

"Kau menyebalkan," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Meski menyebalkan tapi juga kau sangat sayang," goda Dae Hyun.     

"Sudahlah, jika kau tidak mau keluar. Maka aku akan keluar sekarang," ujar Soo Yin lantas berdiri. Bukan kesal mendengar godaan dari suaminya tapi Soo Yin merasa malu.     

"Baiklah," ujar Dae Hyun. Dengan santai melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu sambil menoleh ke kanan dan ke kiri takut Kim Soo Hyun tiba-tiba saja muncul.     

Setelah dikira-kira Dae Hyun sudah sampai di ruangannya kini gantian Soo Yin yang keluar. Kebetulan sekali dia melihat Jae-hwa yang sedang berjalan di lorong bersama seseorang.     

"Jae-hwa!" panggil Soo Yin sambil melambaikan tangannya.     

Jae-hwa berjalan bersama dengan Mi Na. Mereka tadi bertemu dengan Dae Hyun untuk menanyakan keadaan Soo Yin. Setelah tahu baik-baik saja, mereka langsung bergegas menemuinya.     

Melihat Soo Yin melambaikan tangan. Mereka melangkahkan kakinya cepat agar segera sampai.     

"Soo Yin, kau baik-baik saja?" Mi Na langsung memeluk tubuh Soo Yin sambil tersedu-sedu tak dapat membendung rasa takutnya.     

Soo Yin hanya terpaku di tempatnya karena agak lupa dengan wajah Mi Na. Apalagi tadi belum paham mengamati wajahnya, Mi Na sudah berhambur memeluknya.     

"Soo Yin, untunglah tadi kau datang," ujar Mi Na di sela isak tangisnya karena trauma dengan apa yang hampir saja terjadi dalam hidupnya.     

Ingin Soo Yin menanyakan siapa namanya tapi tak merasa enak hati takut menyinggung perasaannya. Namun saat ini ia sungguh belum mengingatnya.     

"Tenanglah, sekarang semuanya sudah selesai," ujar Soo Yin sembari melepaskan pelukan Mi Na.     

Soo Yin terus mengamati wajah Mi Na sambil terus mengingat-ingat. Setelah beberapa saat akhirnya Soo Yin berhasil mengingat jika itu adalah Mi Na.     

"Mi Na, ternyata kau Mi Na?" ujar Soo Yin dengan wajah sumringah.     

"Kau baru mengingatku?" Mi Na mengerutkan keningnya.     

"Maaf, kita sudah lama tidak bertemu. Kupikir tadi bukan dirimu," ujar Soo Yin meringis sembari menggaruk kepalanya bagian belakang.     

"Dasar kau ini," ujar Mi Na sembari mengusap air matanya. Kesedihannya langsung sirna seketika.     

"Ayo, kita mengobrol di restoran yang ada di depan sana," ajak Soo Yin.     

"Jae-hwa, apa kau akan ikut bergabung bersama kami?" imbuh Soo Yin kepada Jae-hwa. Niatnya untuk menanyakan pengumuman masuk kampus terlupakan.     

"Terima kasih, tapi aku aku harus bekerja. Pergilah kalian berdua," ujar Jae-hwa.     

Soo Yin lantas mengajak Mi Na untuk makan di restoran yang tidak jauh letaknya dari hotel. Mereka cukup berjalan kaki saja maka sudah sampai.     

Mereka memasuki restoran yang menjual Jjajangmyeon karena tiba-tiba saja Soo Yin ingin memakannya. Jika diingat sudah lama sekali tidak menikmatinya. Mereka segera duduk sambil menunggu pesanan datang.     

"Mi Na, katakan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa kenal dengan pria seperti dia?" tanya Soo Yin penasaran.     

"Aku bertemu dengannya beberapa hari yang lalu saat aku menjadi tour guidenya. Pagi ini ia mengajakku kembali sehingga aku mau. Aku tidak merasa curiga sama sekali karena kupikir dia adalah pria baik," sahut Mi Na sembari menghela nafas panjang. Menyesali keputusannya terlalu percaya dengan pria yang baru saja dikenalnya.     

"Tidak usah dipikirkan lagi. Yang terpenting sekarang kau sudah baik-baik saja," ucap Soo Yin seraya menggenggam orang yang sudah dianggap sebagai sahabatnya meskipun Mi Na terlampau tua beberapa tahun darinya.     

"Ini semua berkatmu, jika kau tidak salah masuk kamar mungkin aku sudah …. dan itu hampir membuatmu …." Mi Na menutupi wajahnya karena tidak sanggup mengatakan apa yang selanjutnya terjadi.     

"Sudah, tidak perlu diingat-ingat karena aku sekarang baik-baik saja. Suamiku sudah mengurus pria itu," ujar Soo Yin tanpa sadar jika dirinya keceplosan.     

"Suami? Kapan kau menikah?" Mi Na mengerutkan keningnya.     

"Ah … maksudmu Tuan Dae Hyun yang mengurusnya. Aku tadi salah bicara," ucap Soo Yin dengan gugup. Bukan tidak percaya jika Mi Na bisa menjaga rahasianya tapi dia tidak ingin semakin banyak orang yang tahu. Soo Yin ingin semua orang tahu di saat sudah tiba waktunya nanti.     

"Kukira kau sudah menikah," ujar Mi Na sembari mendengus.     

"Itu tidak benar," ujar Soo Yin sambil meringis.     

Tidak lama kemudian akhirnya pesanan mereka datang juga yaitu dua porsi Jjajangmyeon beserta minumannya.     

"Sekarang kita makan," ajak Soo Yin yang langsung mengambil sumpit.     

Mereka makan dalam keadaan hening. Hanya sesekali saja Mi Na membuka percakapan. Setelah selesai mengobrol Mi Na memutuskan untuk pulang. Dirinya sudah lega karena sudah bertemu dengan Soo Yin.     

"Soo Yin, lain kali kita harus bertemu lagi," ujar Mi Na.     

"Tentu saja, kau hanya perlu memanggil namaku tiga kali maka aku akan datang," ucap Soo Yin sembari terkekeh.     

"Kalau begitu sampai jumpa." Mi Na segera masuk ke dalam taksi setelah memeluk tubuh Soo Yin sebentar.     

Soo Yin segera kembali ke hotel karena tadi lupa tidak mengirimkan pesan kepada Dae Hyun. Ia khawatir jika suaminya saat ini mencarinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.