Istri Simpanan

Bab 285 - Tidak bisa tidur



Bab 285 - Tidak bisa tidur

0Dae Hyun langsung ke kamar Jo Yeon Ho karena jika masuk ke kamarnya maka kemungkinan besar dia dan Aeri akan bertengkar. Niatnya untuk menghindar dari Aeri ternyata salah karena di dalam kamar di dalam sudah ada Aeri yang masih terjaga. Ia sedang meletakkan buku cerita di atas nakas.      

Ingin Dae Hyun pergi saja sana tapi sudah kepalang tanggung. Sehingga dengan langkah berat Dae Hyun tetap menghampirinya.     

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dae Hyun sekedar untuk basa basi.     

"Apa aku harus menjawabnya? Kau bahkan tidak tahu sekarang keinginan putramu. Setiap malam ingin aku menghubungimu agar kau pulang," sahut Aeri. Sekarang dirinya berniat mengubah strategi dalam bertahan. Tidak akan terlalu meminta-minta seperti biasanya. Ia akan bersikap cuek karena ia tahu Dae Hyun bukan tipe pria yang mudah dirayu.     

"Kenapa kau tidak menghubungiku?" Dae Hyun kini balik bertanya. Benar seperti dugaannya jika bertemu dengan Aeri pastilah mereka sering kali berseteru meskipun karena hal kecil.     

Yang paling tidak disukai Dae Hyun dari Aeri adalah karena ia selalu pandai bersilat lidah. Meskipun Aeri salah maka tidak akan pernah mau mengakuinya.     

"Bukankah kau sedang bersama wanita murahan itu? Mana mungkin aku berani mengganggu," cibir Aeri untuk memancing Dae Hyun agar emosi.     

Dae Hyun menyadari jika Aeri hanya ingin membuatnya marah sehingga memilih pergi dari kamar putranya takut Jo Yeon Ho terbangun mendengar perkataan mereka. Yang semakin lama semakin membuatnya emosi.     

Aeri hendak memanggil Dae Hyun tapi mengurungkan niatnya. Ia mulai sekarang tidak ingin bersikap seperti pengemis yang meminta belas kasihan. Ada rasa kesal karena tidak berhasil memancing kemarahan Dae Hyun.     

Aeri terus mengintip Dae Hyun yang perlahan sudah tidak tampak dari pandangannya. Sebenarnya tadi ia tanpa sengaja mengetahui jika Dae Hyun pulang. Sehingga buru-buru ke kamar Jo Yeon Ho berpura-pura baru saja membacakan dongeng untuknya. Padahal Jo Yeon Ho sudah tidur sejak sore karena kelelahan setelah bermain.     

Ternyata kehadiran Jo Yeon Ho sangat menguntungkan bagi Aeri. Mulai sekarang ia akan bersikap lebih baik lagi kepada anak itu agar Dae Hyun mengurungkan niat untuk menceraikannya. Ia akan membujuk putranya agar tidak mau dikenalkan oleh wanita asing manapun. Untuk Soo Yin dirinya belum tahu pasti jika mereka memiliki hubungan. Yang ia ketahui Kim Soo Hyun menginginkan Soo Yin sehingga tidak mungkin menggoda suaminya. Meski begitu sekarang harus tetap waspada.     

Aeri segera kembali ke kamarnya unyuk tidur dengan nyenyak. Aeri belum mengetahui jika Dae Hyun mengundurkan diri sehingga ia merasa masih aman. Dengan Dae Hyun menjadi orang nomor satu membuat hidupnya terasa lebih mudah. Itulah sebabnya Aeri mati-matian mempertahankan statusnya sebagai istri.     

Dae Hyun memilih tidur di kamar tamu malam ini. Bayangan saat Aeri memasukkan obat ke dalam minumannya masih terbayang dengan nyata. Dia tidak ingin hal itu terjadi untuk yang ketiga kalinya sehingga masuk ke dalam perangkapnya.     

Dae Hyun menghempaskan tubuhnya di ranjang yang empuk. Menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Mengamati setiap detailnya sambil terus berpikir. Jika tidak karena ibunya yang memintanya untuk pulang lebih baik jika dirinya pulang ke villa Pyeongchang-dong saja.     

Bisa memeluk erat tubuh Soo Yin. Membayangkannya menghabiskan malam bersama istri kecilnya membuat rasa rindu hadir di benak Dae Hyun ingin bertemu. Dipandanginya jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ingin ia mengirim pesan tapi takut mengganggu mengganggu istirahat sang istri yang mungkin saja sudah tertidur.     

Dae Hyun meletakkan ponselnya kembali di atas nakas. Lalu berusaha memejamkan mata agar bisa tertidur. Namun bayangan Soo Yin tersenyum menggoda seolah kini berada di depan matanya. Dae Hyun benar-benar tidak bisa tidur sehingga kembali duduk dan meraih ponselnya kembali. Diketiknya beberapa kata untuk memastikan sang istri sudah tidur atau belum.     

Tidak ada salahnya berusaha dari pada membuatnya penasaran.     

[Sayang, sudah tidur?] Dae tidak pandai dalam mengungkapkan isi hatinya lewat tulisan sehingga ia hanya mengetik seperlunya saja.     

[Belum, aku tidak bisa tidur] Tak berapa lama pesan balasan akhirnya datang.     

[Kau pasti sekarang merindukanku. Kemarilah biarkan aku memelukmu]     

[Peluk saja Aeri]     

Dae Hyun berubah masam ketika membaca balasan Soo Yin.     

"Cemburuan, tapi masih saja ingin menggodaku," gumam Dae Hyun sembari menggelengkan kepalanya.     

[Baiklah, kalau begitu selamat malam. Aku akan menghabiskan waktuku malam ini bersama Aeri] balas Dae Hyun untuk menggoda istri kecilnya.     

Setelah itu tidak ada jawaban lagi dari sang istri. Dae Hyun menduga pasti Soo saat ini sedang marah.     

Dae Hyun akhirnya turun dari ranjang lantas mengenakan mantelnya. Dari pada di sinit tidak bisa tidur maka lebih baik pulang saja ke villa Pyeongchang-dong. Benar kata orang jika cinta mengalahkan akal sehatnya.     

Baru saja melangkah kini sudah terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dae Hyun berpikir jika itu adalah Aeri sehingga ia tetap membiarkannya saja sampai beberapa saat tanpa ada niat untuk membuka pintu.     

"Dae Hyun, apa kau sudah tidur?" Sebuah suara terdengar memanggilnya dari luar.     

"Nenek?" gumam Dae Hyun. Dengan cepat ia sudah berdiri di depan pintu lalu membukanya perlahan.     

"Ada apa, Nek?" ujar Dae Hyun sembari menautkan kedua alisnya.     

"Nenek ingin bicara denganmu," sahut Hae Sok lalu mendahului melangkahkan kakinya menuju teras.     

Dae Hyun mengikuti langkah sang nenek tanpa banyak bertanya.      

"Lebih baik bicara di dalam saja, Nek. Di luar udara sangat dingin," ujar Dae Hyun.     

"Di sini anginnya sangat segar," sahut Hae Sok singkat.      

Dae Hyun menggeserkan kursi untuk tempat duduk neneknya. Ia kemudian duduk di salah satu kursi yang berseberangan dengan meja.     

Udara di luar memang cukup kencang bertiup. Hae Sok merapatkan mantelnya untuk mengurangi rasa dingin.     

Melihat neneknya yang kedinginan, Dae Hyun melepaskan mantelnya lalu memakaikannya di bahu sang nenek. Ingin mengajaknya masuk tapi percuma karena sepertinya neneknya tidak mau. Sehingga Dae Hyun kembali duduk di kursinya.     

Dae Hyun tetap diam sambil menunggu Hae Sok memulai percakapan.     

"Apa kalian memang tidak bisa berpisah?" Hae Sok memecah keheningan yang terjadi di antara mereka beberapa saat.     

Pertanyaan yang terlontar dari bibir Hae Sok benar-benar menyudutkan Dae Hyun jika neneknya meminta untuknya berpisah dengan Soo Yin.     

"Tidak akan pernah, Nek," sahut Dae Hyun karena sudah mengetahui arah pembicaraan mereka kemana.     

"Apa kau tidak bisa berkorban demi kakek dan adikmu?" Hae Sok memandang Dae Hyun yang masih memasang wajah datar.     

"Aku rasa selama ini sudah cukup mengorbankan waktuku. Untuk masalah Kim Soo Hyun, aku tidak bisa melakukannya," sahut Dae Hyun dengan pandangan lurus ke depan.     

"Apa kau tidak memikirkan perasaan adikmu jika dia mengetahui semuanya?"     

"Aku sudah memikirkannya, itu sebabnya sampai sekarang aku masih menyembunyikan hubunganku." Dae Hyun memejamkan matanya sejenak.     

"Nenek tahu jika kau tidak mencintai Aeri tapi keputusanmu untuk berpisah dengannya pasti akan melukai hati Jo Yeon Ho," ucap wanita itu.     

"Aku yakin setelah Jo Yeon Ho dekat dengannya pasti dia mau menerimanya," sahut Dae Hyun sembari memandang sang nenek dengan tatapan memohon agar mendukung hubungannya dengan Soo Yin.     

Mereka menghentikan obrolan karena melihat Kim Soo Hyun baru saja pulang dari bekerja padahal sudah hampir tengah malam.     

"Kenapa kalian belum tidur? Nenek sebaiknya ke dalam saja. Tidak baik angin malam untuk kesehatan," ujar Kim Soo Hyun.     

"Ya ampun, cucuku sangat bekerja keras sehingga tengah malam baru pulang," ujar Hae Sok seraya mengusap pundak cucu bungsunya.     

"Benar, Nek. Kakak bahkan tidak mau menungguku pulang," gerutu Kim Soo Hyun sambil melirik kakaknya.     

"Namun tidak masalah Nek, karena mulai besok aku akan mulai bekerja satu ruangan dengan Soo Yin," imbuh Kim Soo Hyun dengan wajah sumringah.     

Hae Sok menatap Dae Hyun sejenak sebelum akhirnya mengajak Kim Soo Hyun masuk. Sedangkan Dae Hyun masih diam di tempatnya. Niatnya untuk pergi ke villa Pyeongchang-dong diurungkan. Ia tetap duduk di teras hingga hampir pagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.