Istri Simpanan

Bab 286 - Penyemangat



Bab 286 - Penyemangat

0Hari ini adalah waktu yang ditunggu oleh Kim Soo Hyun karena pengangkatan jabatannya akan segera dilaksanakan. Dia mengira jika bertukar posisi berarti bertukar sekretaris juga. Itu artinya Soo Yin akan menjadi sekretarisnya.     

Meski sambil menahan kantuk yang berat karena tidur larut malam, Kim Soo Hyun tetap menyeret kakinya menuju kamar mandi. Setelah mengguyur kepalanya di bawah shower barulah kantuk itu perlahan hilang. Ditambah bayangan senyuman Soo Yin di kepalanya membuatnya jauh lebih bersemangat.     

Kim Soo Hyun mematut dirinya di cermin setelah selesai mengganti pakaiannya. Ia mengenakan pakaian berwarna putih yang dipadukan dengan celana putih pula.     

Ia lantas memakai minyak rambut untuk menata rambutnya agar terlihat sempurna. Tatanan rambut pendek dengan poni ditata ke samping. Semua wanita pasti akan tergila-gila melihatnya.     

Meski awalnya sangat menolak dengan alasan tidak percaya diri tapi setiap membayangkan Soo Yin duduk bersamanya sepanjang bekerja membuatnya jadi lebih bersemangat. Pokoknya yang dia lakukan kali ini adalah demi Soo Yin.     

Tidak ada yang mampu membuatnya lebih bersemangat dari pada pujaan hatinya.      

Kim Soo Hyun terus tersenyum sambil berulang kali melihat tubuhnya di cermin.     

"Kim Soo Hyun, apa nenek boleh masuk?" seru Hae Sok dari luar yang disertai dengan ketukan pintu.     

"Masuk saja, Nek. Aku tidak menguncinya. Lagi pula sebentar lagi aku siap," ucap Kim Soo Hyun sambil menyisir rambutnya kembali agar lebih rapi lagi.     

Hae Sok tersenyum ketika melihat cucunya yang tampak bersemangat kali ini. Meski Kim Soo Hyun sering membuat keributan tapi dia sejak dulu tipe pria yang mudah berbicara berbeda dengan Dae Hyun yang sedikit bicara meskipun ramah kepada semua orang. Itulah kenapa Dae Hyun bisa membawa hotel sampai sebesar itu karena kemampuan berkomunikasinya yang lancar.     

"Sini, biarkan nenek merapikan dasimu," ujar Hae Sok seraya berdiri di depan Kim Soo Hyun merapikan dasinya.     

"Terima kasih, Nek," sahut Kim Soo Hyun tersenyum sambil memandang sang nenek dari pantulan cermin.     

"Bagaimana dengan penampilanku? Apa Soo Yin akan terkesan dengan penampilanku, Nek?" lanjutnya sambil menggerakkan wajahnya dengan untuk melihat ekspresinya di cermin.     

"Kau sangat tampan sekali. Sudah pasti banyak wanita yang terkesan dengan penampilanmu," ucap Hae Sok.     

"Jangan terlalu berharap hanya dengan seorang wanita saja. Sebaiknya pilih beberapa untuk kau jadikan kekasih," imbuh wanita itu. Hanya sekedar mengingatkan sang cucu agar kelak tidak akan mengalami patah hati.     

"Untuk apa, Nek?" Kim Soo Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Agar kau ada pilihan," sahut Hae Sok.     

"Aku tidak butuh pilihan apapun, Nenek. Yang kuinginkan sekarang dan selamanya adalah Soo Yin yang akan menjadi kekasihku. Aku hanya tertarik kepadanya," sahut Kim Soo Hyun dengan penuh percaya diri.     

"Itu karena kau hanya bertemu dengannya saja. Setelah kau bertemu dengan banyak wanita pasti kau menginginkan mereka juga."     

"Benarkah?" Kim Soo Hyun menyipitkan matanya.     

"Sepertinya ucapan Nenek kali ini salah karena setelah bertemu Soo Yin aku tidak ingin dekat dan berkenalan dengan wanita manapun. Bagiku sekarang dia seperti nyawaku," imbuhnya.     

"Bagaimana kalau dia tidak mencintaimu?"     

"Dia pasti mencintaiku, Nek. Aku akan mengajaknya bertemu di suatu tempat pekan ini. Dia harus menjawab pernyataan cintaku," ucap Kim Soo Hyun dengan raut wajah berbinar dan penuh semangat.     

"Baiklah, semoga kau beruntung." Hae Sok menghela nafas berat kemuduan menepuk pundak cucunya.     

Mereka segera turun untuk sarapan setelah ada pelayan yang memanggil mereka.     

Di ruang makan semua orang sudah berkumpul mengitari meja makan. Hanya Kim Soo Hyun dan Hae Sok saja yang baru datang.     

"Kim Soo Hyun, kau hari ini tampak berbeda. Kau jauh lebih bersemangat dan cerah," puji Aeri.     

"Terima kasih, Kakak ipar. Hari ini adalah hari pertamaku sebagai direktur utama sehingga aku harus berpenampilan dengan sempurna," ujar Kim Soo Hyun sembari menarik kursi untuknya duduk.     

"Bagaimana penampilanku?" imbuhnya sambil terkekeh.     

"Kau akan selalu terlihat tampan, Sayang," ujar Ny. Park.     

Park Ji Hoon dan Dae Hyun yang duduk berseberangan saling menatap beberapa saat sebelum akhirnya Dae Hyun memilih menundukkan kepalanya. Ada rasa yang berkecamuk di dalam hatinya saat ini.     

"Apa maksudnya dengan menjadi direktur utama? Bukankah Dae Hyun yang masih menjadi direktur?" Raut wajah Aeri terlihat agak bingung. Ia merasa jika sepertinya ketinggalan info penting.     

"Aku mengundurkan diri," sahut Dae Hyun cuek tanpa berniat untuk memberitahukan semuanya kepada Aeri.     

"Apa?" Tanpa sadar Aeri langsung berdiri kemudian menjatuhkan alat makan yang sedang dipegangnya. Hingga menyebabkan dentingan yang cukup keras menggema di ruangan itu.     

Pernyataan itu seperti melumpuhkan otot tubuhnya yang langsung terasa lemas. Ia sepertinya sudah salah mendengar.     

"Maaf, aku hanya terkejut," ucap Aeri yang mendudukkan tubuhnya kembali di kursi.     

"Sayang, kau pasti bercanda," lanjutnya bsembari terkekeh memandang Dae Hyun.     

"Tidak ada yang dibuat lelucon dalam hidupku. Aku memang mengundurkan diri," ucap Dae Hyun dengan datar.     

"Kenapa bisa begitu?" ujar Aeri dengan tubuh yang mulai gemetar.     

"Tidak usah terlalu terkejut." Dae Hyun mendengus melihat raut wajah Aeri yang tampak syok.  Ditariknya bibirnya ke belakang untuk mengukir senyuman mengejek. Ia yakin setelah ini Aeri pasti akan meminta berpisah.     

"Maaf, aku tidak tahu mengenai hal itu. Selamat Kim Soo Hyun atas jabatan barumu. Semoga saja hotel itu tetap maju seperti sekarang ini," ucap Aeri. Ia sepertinya telah ketinggalan berita penting. Bagaimana bisa dirinya tidak mengetahui hal ini. Aeri sungguh merasa sangat bodoh.     

Semua orang sudah mulai makan dalam keadaan tenang. Berbeda dengan Aeri yang terus berpikir. Sebisa mungkin ia harus membujuk Dae Hyun agar mengurungkan niatnya.      

Dae Hyun tidak boleh mengundurkan diri. Aeri tidak bisa membayangkan jika sampai bertemu dengan teman-temannya. Ia terkenal dengan hidupnya yang begitu sempurna. Dengan Dae Hyun yang sudah tidak lagi menjadi direktur utama maka semua orang menertawakannya.     

Setelah selesai sarapan Dae Hyun berniat mengambil dasi di kamar yang biasa ditempati bersama Aeri. Baru saja membuka lemari ternyata Aeri sudah berdiri di belakangnya.     

"Dae Hyun, kenapa kau mengundurkan diri? Kim Soo Hyun itu pasti tidak bisa diandalkan. Bagaimana jika nanti tiba-tiba hotel itu hancur di tangan adikmu?" Aeri meyakinkan Dae Hyun jika kemampuan adiknya belum seberapa.     

"Itu bukanlah urusanmu. Kau tidak perlu ikut campur," ucap Dae Hyun dengan datar.     

"Tentu saja ini masih menjadi urusanku. Aku tidak ingin mereka semua kecewa jika mengetahui Kim Soo Hyun tidak bisa diandalkan," tukas Aeri.     

"Katakan saja jika semua itu tidak sesuai keinginanmu." Dae Hyun tersenyum miring.     

"Itu tidak benar," sanggah Aeri dengan gugup.     

Setelah menemukan dasinya, Dae Hyun lantas meninggalkan kamar Aeri. Ia memilih segera berangkat ke hotel. Sudah tidak sabar ingin bertemu dengan istri kecilnya. Ia berharap jika Soo Yin susah tidak marah.     

"Arghhh, kenapa dia sangat bodoh!' gerutu Aeri dengan marah. Sungguh tidak disangka jika Dae Hyun melakukan hal itu. Ia harus tetap membujuk Dae Hyun kembali sebelum beritanya tersebar ke teman-temannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.