Istri Simpanan

Bab 287 - Selalu saja cemburu



Bab 287 - Selalu saja cemburu

0Dae Hyun mengemudikan mobilnya pelan sambil beberapa kali menghubungi Soo Yin yang tidak dijawab.  Berpikir jika Soo Yin selalu saja marah jika selalu menggodanya. Padahal sudah ratusan kali menjelaskannya.     

Ketika melewati depan sebuah restoran tanpa sengaja Dae Hyun seperti melihat istri kecilnya yang baru masuk ke dalam.      

"Untuk apa Soo Yin pagi-pagi ke restoran?" gumam Dae Hyun. Biasanya jika belum sarapan dia akan memilih sarapan bersamanya di kantor. Terlalu penasaran, Dae Hyun lalu menepikan mobilnya ke sisi jalan.     

Dae Hyun tetap di dalam sambil mengamati Soo Yin dari jendela kaca restoran yang transparan. Sangat kebetulan sekali Soo Yin duduk di pinggir sehingga Dae Hyun dapat melihat wajahnya yang tengah duduk sendirian.     

Baru saja Dae Hyun hendak keluar, ternyata ada sosok Jae-hwa yang duduk di seberang Soo Yin. Dae Hyun menghirup nafas dari hidung lalu menghembuskannya dari mulut. Tidak boleh berpikir negatif dengan apa yang telah mereka lakukan. Mereka mungkin hanya bertemu karena ada hal yang harus dibicarakan. Lebih baik membiarkan mereka saja dari pada mengganggunya.     

Namun bayangan tangan Soo Yin dipegang Jae-hwa membuatnya langsung turun. Dia harus memastikan sendiri jika Soo Yin tidak bermain di belakangnya.     

Akhirnya Dae Hyun memutuskan untuk melajukan kembali mobilnya ke dalam area restoran. Kini jauh lebih jelas sehingga Dae Hyun tidak perlu turun. Cukup mengamati sang istri dari dalam mobil saja.     

Terlihat Soo Yin melambaikan tangannya kepada pelayan. Sepertinya hendak memesan makanan dan minuman. Setelah pelayan pergi terlihat Soo Yin yang tertawa, entah apa yang membuatnya lucu. Membuat hati Dae Hyun mendidih dibuatnya.     

Dae Hyun lantas mengambil ponselnya yang berada di atas dashboard. Berharap Soo Yin menjawabnya tapi lagi-lagi panggilannya tidak dijawab padahal dia sudah berulang kali mencoba menghubunginya.     

Dae Hyun jadi merasa semakin cemburu tatkala obrolan mereka tampak sangat menyenangkan karena disertai dengan keduanya yang tertawa bersama. Pria itu semakin tidak tahan ketika melihat Jae-hwa menyodorkan tisue kepada Soo Yin.     

Dengan raut wajah masam Dae Hyun langsung turun untuk memastikan kecurigaannya. Jika memang benar mereka bermain di belakang maka bersiaplah Jae-hwa akan habis olehnya.     

°     

Soo Yin tanpa sengaja tadi bertemu dengan Jae-hwa ketika di perjalanan akan berangkat ke hotel. Ingin menanyakan tentang ujian masuk universitas, Soo Yin segera turun ketika melihat Jae-hwa yang tengah menunggu bus di pinggir jalan.     

Setelah Soo Yin menanyakannya dengan Jae-hwa, ternyata hari ini adalah pengumumannya sehingga Soo Yin memutuskan untuk tidak pergi bekerja. Untuk Jae-hwa ia memang sudah meminta izin kemarin kepada manajer untuk tidak bekerja hari ini. Sedangkan Soo Yin, ternyata ponselnya tertinggal di atas nakas sehingga tidak bisa menghubungi Dae Hyun untuk meminta izin.     

Ia berniat akan mengatakannya nanti setelah pulang dari universitas. Kemungkinan mereka juga tidak lama. Hanya sekedar melihat pengumuman lalu setelah itu bisa kembali ke hotel. Berbeda dengan Jae-hwa yang ingin pergi ke toko buku untuk mencari lebih banyak buku ilmu pengetahuan tentang kedokteran.     

Perut yang kosong karena belum sarapan, akhirnya Soo Yin mengajak Jae-hwa untuk mampir terlebih dahulu di sebuah restoran. Setelah itu baru mereka akan pergi ke kampus.     

"Jae-hwa, aku sungguh berdebar," ujar Soo Yin di sela-sela menikmati makanannya.     

"Tenanglah, aku yakin kau pasti lolos," ujar Jae-hwa untuk menyemangati Soo Yin.     

Sebenarnya ada perasaan tidak enak sarapan bersama Soo Yin, dia tidak mengeluarkan uang karena Soo Yin yang mentraktirnya. Jae-hwa tidak membawa uang lebih karena uangnya harus ditabung untuk biaya kuliahnya. Ia bahkan harus ekstra hemat karena biaya masuk ke fakultas kedokteran tidaklah murah.     

"Kalau kau sudah pasti lolos karena kau sangat pintar," puji Soo Yin seraya tertawa renyah.     

Jae-hwa sangat menyukai Soo Yin karena dia adalah gadis yang ceria. Meski kepada orang lain sering marah-marah tapi jika kepadanya Soo Yin selalu bersikap manis. Itulah mengapa Jae-hwa selalu menyukai Soo Yin tapi dia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Ditambah lagi sebentar lagi mereka akan kuliah. Ia takut mengganggu konsentrasi belajar mereka berdua.     

Jae-hwa hanya memandangi makanan yang ada di depannya sambil meneguk salivanya. Perutnya juga terasa keroncongan.     

"Jae-hwa, makanlah. Tidak usah sungkan begitu. Aku mentraktirmu karena baru mendapat gaji lebih dari bosku," ujar Soo Yin berbohong agar Jae-hwa merasa enak hati.     

"Benarkah?"     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan cepat. Sehingga Jae-hwa bersedia memakannya kembali. Lagi pula sayang jika tidak dimakan padahal sudah dipesan.     

Jae-hwa meraih tisue yang berada di atas meja lalu mengulurkannya kepada Soo Yin saat melihat ada kuah yang belepotan di bibir Soo Yin.     

Soo Yin menautkan kedua alisnya karena tidak menyadari hal itu.     

"Bibirmu belepotan," ujar Jae-hwa dengan jantung berdebar. Ingin ia mengusap bibir itu secara langsung seperti di film-film romantis yang pernah di tontonnya. Tapi apalah daya Jae-hwa tidak memiliki keberanian sampai di tingkat itu.     

"Ah, terima kasih," ujar Soo Yin seraya mengulurkan tangan untuk meraih tisue yang ada di tangan Jae-hwa. Lalu mengusap bibirnya perlahan. Hingga suasana terasa canggung.      

"Ehmmm."     

Sebuah suara yang terdengar dengar khas langsung membuat jantung Soo Yin hampir mau copot. Refleks ia bangkit berdiri untuk memastikan orang yang terdengar di belakangnya.     

Soo Yin berharap itu hanyalah suara yang mirip, bukan benar-benar suara suaminya. Bukan tidak ingin bertemu tapi jika suaminya tahu pasti akan terjadi kesalahpahaman lagi.     

"Tuan," sapa Jae-hwa langsung berdiri kemudian membungkukkan tubuhnya.     

Tubuh Soo Yin langsung terasa lemas mengetahui jika Dae Hyun yang saat ini berdiri di belakangnya. Belum sempat menoleh Dae Hyun ternyata sudah berdiri di sampingnya. Lantas menarik kursi yang ada dengan ekspresi datar tanpa melirik Soo Yin sama sekali.     

Soo Yin ingin meminta maaf tapi mengurungkan niatnya karena Dae Hyun juga sudah membuatnya kesal semalam. Dengan mengatakan jika menghabiskan malam bersama Aeri sehingga membuatnya tidak bisa tidur semalaman.      

Soo Yin kembali menghempaskan bokongnya di kursi dengan sikap cuek pula. Namun karena ada Jae-hwa di sana rasanya tidak sopan jika tidak menyapa bosnya.     

"Selamat pagi, Tuan." Dengan terpaksa Soo Yin menyunggingkan senyuman tipis.     

"Enak sekali kalian berduaan sarapan di sini. Apa kalian tidak berniat pergi bekerja?" sindir Dae Hyun sambil melirik sang istri sekilas.     

Soo Yin hanya memutar bola matanya menanggapi sindiran suaminya.     

"Maaf, Tuan. Saya sudah meminta izin untuk tidak bekerja hari ini. Kami akan pergi ke universitas untuk melihat pengumuman," sahut Jae-hwa dengan sopan.     

"Sepertinya temanmu ini belum meminta izin kepadaku," ujar Dae Hyun sambil memandang Jae-hwa yang jika diamati dari dekat terlihat lebih tampan darinya. Dae Hyun jadi takut jika dia adalah pesaingnya juga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.