Istri Simpanan

Bab 288 - Kekanakan yang menular



Bab 288 - Kekanakan yang menular

0Soo Yin terperangah mendengar pernyataan suaminya. Haruskah ia meminta izin secara terus menerus jika pergi? Soo Yin berdecak kesal karena tampaknya suaminya ini memang sedang mencari gara-gara dengannya.      

'Apa tidak bisa ia bersikap manis di depan Jae-hwa?' ~ gerutu Soo Yin sambil menggigit bibir bawahnya.     

"Maaf Tuan, ponselku tertinggal sehingga aku tidak bisa menghubungi anda. Namun setelah pulang aku juga akan berangkat bekerja lagi," sahut Soo Yin sembari berusaha bersikap sopan.     

"Kau pikir itu hotel milik pacarmu sehingga bisa izin sesuka hati," ucap Dae Hyun. Dengan sengaja ia mengatakannya agar Jae-hwa tidak mengajak istrinya pergi  seenaknya sendiri.     

Soo Yin melongo mendengar ucapan suaminya yang sangat menyebalkan. Ingin ia memukulnya saat itu juga. Jika tidak ingat ada Jae-hwa sekarang, mungkin ia akan langsung pergi meninggalkannya.     

"Sekali lagi aku minta maaf, Tuan," ujar Soo Yin sambil menatap tajam ke arah suaminya.     

Melihat ekspresi kesal di wajah Soo Yin, ingin sekali rasanya Dae Hyun mencubit hidungnya.     

"Kau juga Jae-hwa jangan terlalu memaksa Soo Yin untuk mengikuti kehendakmu. Seharusnya sebagai seorang pria kau harus menyuruh Soo Yin untuk pergi ke hotel terlebih dahulu guna meminta izin. Bukan seperti ini malah mengajaknya sarapan," ucap Dae Hyun.     

'Ughh, ada apa dengannya hari ini? Kenapa sangat menyebalkan sekali?' ~ umpat Soo Yin dalam hati. Jika tidak ada Jae-hwa mungkin sekarang juga ia sudah melampiaskan semua amarahnya.     

"Baik, Tuan," sahut Jae-hwa.     

"Ini bukan salah Jae-hwa, Tuan. Aku yang mengajaknya ke restoran karena perutku lapar belum sarapan. Bukankah sudah kubilang jika aku akan meminta izin setelah aku kembali ke hotel?" ujar Soo Yin berusaha untuk tenang dan tidak terpancing emosi.     

"Kenapa kau selalu membelanya? Jae-hwa bahkan sudah bersedia tidak akan mengulangi kesalahannya," ucap Dae Hyun dengan santai dan tidak merasa bersalah sama sekali.     

Soo Yin hanya bisa mengusap dadanya.     

"Aku sudah bertemu anda di sini sehingga sekarang juga aku meminta izin. Terserah jika anda akan memecat saya untuk ke depannya," ucap Soo Yin ketus lalu menarik tangan Jae-hwa kemudian berdiri.     

"Jae-hwa, sekarang juga kita harus pergi. Kami permisi, Tuan," ujar Soo Yin seraya mengajak Jae-hwa untuk pergi dari tempat itu.     

Dae Hyun mengepalkan tinjunya karena Soo Yin tidak peka dengan rasa cemburu yang menggerogoti hatinya saat ini.     

"Lihatlah, dia justru meninggalkanku. Tampaknya dia ingin bermain-main denganku," gumam Dae Hyun. Lantas berdiri untuk mengikuti mereka.     

Kini Soo Yin dan Jae-hwa berdiri di halte untuk menunggu bus guna melanjutkan perjalanan mereka ke kampus. Soo Yin bisa saja naik taksi tapi Jae-hwa pasti merasa tidak enak hati jika dia mentraktirnya kembali. Mengingat ongkos taksi itu lebih mahal daripada bus.     

"Soo Yin, kenapa tadi kau berbicara seperti itu dengan Tuan Dae Hyun? Bagaimana jika nanti kau dipecat betulan?" ujar Jae-hwa yang justru merasa gelisah.     

"Tidak apa, nanti aku akan mencari pekerjaan lain," sahut Soo Yin dengan enteng. Lagi pula ia sangat yakin jika Dae Hyun tidak mungkin memecatnya.     

"Mencari pekerjaan itu sangat sulit. Apalagi pekerjaan sebagai sekretaris pasti sangat sulit dicari. Seharusnya tadi kau tidak mengatakan hal itu kepada tuan Dae Hyun," ujar Jae-hwa.     

"Sudah, tidak usah dipikirkan. Masih banyak pekerjaan lain di luaran sana." Soo Yin tersenyum untuk menenangkan Jae-hwa.     

Tak lama kemudian akhirnya bus pun berhenti tepat di depan mereka. Soo Yin dan Jae-hwa langsung masuk agar tidak tertinggal.     

Melihat istrinya bersama pria lain menaiki bus, Dae Hyun lantas berlari Kemudian ikut masuk. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Soo Yin yang ternyata duduk di belakang.     

Dengan santai dan tidak berpegangan, Dae Hyun berjalan ke arah Soo Yin hingga membuatnya terjerembab saat mobil perlahan melaju. Beruntung Soo Yin refleks mengulurkan tangannya. Jika tidak, maka sudah dipastikan jika Dae Hyun akan jatuh tengkurap ke lantai bus.     

Semua orang langsung memandang Dae Hyun sambil mengerutkan keningnya. Mencibir dari pakaian yang dikenakan Dae Hyun menunjukkan dia orang kaya yang tidak pernah naik bus.     

Dengan santai Dae Hyun berusaha bangkit kemudian berpegangan. Namun tetap saja ia kehilangan keseimbangan hingga hampir terjatuh lagi.     

Sejak kecil Dae Hyun terbiasa hidup dengan fasilitas orang kaya sehingga dia tidak pernah menaiki angkutan umum seperti bus. Meskipun dia terbiasa hidup mandiri tapi untuk naik bus memang belum pernah.     

Soo Yin melirik suaminya dengan rasa kesal. Untuk apa mengikutinya sampai di dalam bus segala.     

Jae-hwa yang duduk di samping Soo Yin tidak enak hati melihat bosnya berdiri. Sehingga ia lantas bangkit dari duduknya.     

"Silahkan duduk, Tuan," ujar Jae-hwa yang sudah berdiri di belakang Dae Hyun.     

Tanpa mengucapkan terima kasih, Dae Hyun akhirnya duduk di samping istri kecilnya.     

"Untuk apa kau ikut naik bus? Seharusnya kau naik mobilmu saja yang pasti jauh lebih nyaman," bisik Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Jadi, aku mengganggu kebersamaanmu dengannya?" ucap Dae Hyun seraya membenarkan posisi dasinya.     

"Dasar menyebalkan!" umpat Soo Yin dengan suara rendah sambil memutar bola matanya.     

"Kau terbiasa naik mobil mewah sehingga tidak cocok naik bus. Lebih baik kau turun saja," sindir Soo Yin kepada suaminya. Ia merasa risih juga karena beberapa wanita terus memandang ke arah mereka.     

"Aku juga dulu terbiasa naik bus," sahut Dae Hyun.     

"Jika sudah terbiasa maka tak mungkin kau hampir terjungkal," cibir Soo Yin.     

"Terserah jika kau tidak percaya," sahut Dae Hyun.     

Percuma saja Soo Yin berusaha berbicara dengan suaminya jika jawabannya selalu menyebalkan. Padahal hubungan mereka kemarin baik-baik saja.     

"Jika kau tidak ingin turun tetaplah duduk di situ," ujar Soo Yin karena suaminya diam saja di kursi sambil melipat tangan di dada.     

Terkadang Soo Yin melihat Dae Hyun bukan seorang pria berusia 35 tahun karena sikapnya kadang sangat kekanak-kanakan. Sungguh tidak sesuai dengan jika dia sedang melakukan pekerjaannya dan bertemu orang-orang penting. Jauh tampak dewasa dan berwibawa.     

Mungkin karena sikap kekanakan Soo Yin mulai menular kepadanya.     

"Memangnya sudah mau sampai?" tanya Dae Hyun dengan santai.     

"Cepatlah berdiri," ujar Soo Yin sambil merogoh uang dari tasnya.     

"Biarkan aku saja yang membayar," ujar Dae Hyun yang langsung mengeluarkan kartu.     

"Kau pikir ini belanja di mall." Soo Yin lantas memberikan uang untuknya dengan sang suami kepada kondektur karena sepertinya Dae Hyun tidak membawa uang cash.     

Pemberhentian bus dengan kampus masih berjarak beberapa meter sehingga mereka harus berjalan sebentar untuk sampai ke sana.     

Dae Hyun terus mengikuti Soo Yin yang berjalan lebih dulu bersama Jae-hwa di depannya. Inilah sebuah pengorbanan karena harus menjalin hubungan secara tersembunyi. Dae Hyun memasukkan tangannya pada saku celana.     

Sesekali Soo Yin melirik Dae Hyun yang berada di belakangnya. Ada rasa kasihan bercampur tidak rela karena beberapa mahasiswi tampak memandang Dae Hyun sambil senyum-senyum hingga Soo Yin ingin mencungkil bola mata mereka.     

"Soo Yin, apa yang bos lakukan sehingga mengikuti kita?" bisik Jae-hwa.     

"Mungkin dia ingin mengenang masa lalunya ketika kuliah di sini," bisik Soo Yin.     

"Kau pergilah terlebih dahulu, aku ingin berbicara kepadanya agar lebih baik dia pulang ke hotel saja," imbuh Soo Yin.     

"Baiklah," sahut Jae-hwa. Sebelum pergi terlebih dahulu ia pamit kepada bosnya sebagai rasa sopan santun.     

==================================     

Terima kasih untuk readers semua yang sudah memberikan dukungannya melalui power stone, review, komentar dan giftnya.     

Untuk ke depannya saya membuat versi Inggris Istri Simpanan dengan judul Hidden Wife : Best Husband.     

Saya mohon dukungan power stone untuk novel versi Inggris agar bisa masuk new ranking...     

Sekali lagi saya mohon dukungannya..:face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.