Istri Simpanan

Bab 290 - Kabar baik



Bab 290 - Kabar baik

0Li Sa menghampiri Dae Hyun dan Soo Yin karena gerak gerik mereka sangat mencurigakan. Untuk apa seorang bos besar mau mengantarkan sekretarisnya ke kampus.     

"Tuan Dae Hyun, apa yang anda lakukan di sini?" tanya Li Sa dengan dahi yang berkerut.     

"Aku hanya kebetulan mampir sambil mengantarkan Soo Yin," sahut Dae Hyun datar.     

"Maaf Tuan, sepupuku memang selalu merepotkan orang lain," ucap Aeri dengan sikap lembutnya. Hingga Soo Yin ingin muntah melihatnya bersikap seperti itu.     

"Itu tidak merepotkan sama sekali. Kalau begitu aku sekarang kembali ke hotel," pamit Dae Hyun tanpa basa-basi kepada Li Sa.     

"Kenapa anda begitu terburu-buru, Tuan?" ujar Li Sa.     

"Aku ada urusan," sahut pria itu singkat.     

"Soo Yin, kau harus ingat setelah selesai urusannya segera kembali ke hotel," imbuhnya sambil memandangi wajah cantik sang istri.     

"Iya, Tuan," sahut Soo Yin. Dipandanginya terus punggung sang suami yang telah perlahan tidak tampak lagi     

"Itu pasti karena rayuanmu sehingga Tuan Dae Hyun mau mengantarkanmu kemari," cibir Li Sa sembari mengamati mata Soo Yin yang berkantung berwarna hitam seperti mata panda.     

"Itu bukan urusanmu," sahut Soo Yin.     

"Lihatlah matamu yang memiliki kantung. Kau pasti semalam habis bermalam dengan pria hidung belang sehingga tidak tidur." Li Sa tampak jijik melihat Soo Yin seperti sampah yang teronggok di pinggir jalan.     

"Kalau memang iya memangnya kenapa? Apa kau ingin ikut bersamaku?" tantang Soo Yin sembari mendengus. Menjelaskan secara baik-baik juga percuma saja karena Li Sa tidak mungkin percaya ucapannya.     

Percuma menjelaskan kepada seseorang yang membenci kita. Sebaik apapun kita, di matanya tetap saja akan buruk.     

"Dasar tidak tahu malu!" cibir Li Sa.     

"Tentu saja kau harus melakukan itu karena jika mengandalkan gajimu pasti tidaklah cukup untuk membiayai kuliahmu di sini. Ah, aku hampir saja lupa jika kau belum tentu diterima," ejek Li Sa sambil terkekeh meremehkan.     

Soo Yin hanya mengusap dada mendengar hinaan yang selalu Li Sa lontarkan. Bukan tidak ingin membalas tapi dirinya sudah cukup kebal. Dari pada menanggapinya lebih baik mengalah saja.     

"Jika kau sudah selesai berbicara maka aku akan pergi sekarang," ucap Soo Yin lantas melangkahkan kakinya menjauh dari Li Sa. Ucapan orang seperti dia tidak perlu di dengarkan.     

Jae-hwa melambaikan tangannya ketika melihat Soo Yin berjalan ke arahnya. Soo Yin tengah merogoh sesuatu dari tasnya sehingga tidak melihat Jae-hwa melambaikan tangannya.     

Papan pengumuman baru saja ditempel di dekat lapangan terbuka agar memudahkan para calon mahasiswa untuk membaca hasilnya.     

"Soo Yin, cepat kita lihat!" Jae-hwa bergegas menghampiri Soo Yin lalu menarik pergelangan tangannya agar mengikutinya.     

"Jae-hwa, ada apa?" tanya Soo Yin sambil mengikutinya dengan langkah terseok-seok.      

"Pengumumannya sudah dipasang, ayo kita melihatnya," ajak Jae-hwa dengan begitu bersemangat menggenggam tangan Soo Yin dengan erat.     

Soo Yin berusaha melepaskan tangannya tapi tidak semudah itu hingga akhirnya menyerah. Yang penting tidak ada Dae Hyun maka semuanya tidak akan menjadi masalah.     

Jae-hwa mengajak Soo Yin untuk berdesakkan dengan para calon mahasiswa lain yang ingin melihat nama mereka terpampang di papan.      

Jantung Soo Yin semakin berdebar ketika melihat beberapa dari mereka yang tampak memasang wajah muram. Sepertinya mereka tidak lulus ujian. Bahkan ada juga yang menangis histeris karena terlalu senang akibat diterima.     

Jae-hwa mulai mencari namanya dengan nama Soo Yin. Mereka mendaftar di fakultas yang sama sehingga sangat mudah mencarinya.     

Sedangkan Soo Yin hanya mengamati yang lain sambari meneguk salivanya. Ia akan sangat bersyukur jika sampai dirinya diterima meski terasa sangat tidak mungkin.     

Soo Yin mengerutkan keningnya ketika Jae-hwa berbalik ke arahnya dengan mata berbinar. Lalu didekapnya tubuh Soo Yin dengan erat ke dalam pelukannya. Ini pertama kalinya Jae-hwa berani sampai sedekat itu.     

"Akhirnya kita bisa bersama lagi," ucap Jae-hwa dengan rasa bahagia yang menerpa hatinya.     

"Apa maksudmu?" tanya Soo Yin yang tidak mengerti maksud dari ucapan pria itu sambil berusaha melepaskan dirinya. Karena tubuhnya terasa sesak.     

Li Sa yang melihat Soo Yin berpelukan dengan pria lain lantas mengambil gambar mereka dengan ponselnya. Berniat ingin memperlihatkannya kepada Kim Soo Hyun jika nanti mereka bertemu.     

"Soo Yin, bersiaplah semua orang akan mengetahui keburukanmu," ucap Li Sa dengan bibir yang tertarik ke belakang. Merasa senang karena tidak perlu melakukan kekerasan untuk membuat Soo Yin menjauh dari Kim Soo Hyun. Setelah mengambil beberapa foto Li Sa segera melangkahkan kakinya menjauh.     

"Soo Yin, kita berdua diterima di kampus ini," ujar Jae-hwa dengan sorot mata berbinar.     

"Benarkah? Kau tidak berbohong?" Soo Yin Kemudian mencari namanya yang ternyata tertera di papan pengumuman. Dia lantas berjingkrak ria karena terlalu senang. Ingin rasanya Soo Yin saat ini menghubungi Dae Hyun tapi sayang sekali tidak membawa ponselnya.     

"Jae-hwa, aku rasanya seperti bermimpi," ucap Soo Yin dengan mata berkaca-kaca karena terlalu merasakan kebahagiaan. Berulang kali ditepuknya kedua pipinya secara bergantian.     

"Aku bilang juga apa kita pasti berhasil," ujar Jae-hwa.     

Mereka berdua sungguh merasa sangat bahagia hari ini. Rasanya sudah tidak sabar untuk segera menimba ilmu dan mengejar impian mereka.     

"Apa kau setelah ini akan pergi kembali ke hotel?" tanya Jae-hwa.     

"Sepertinya begitu, kau tahu jika bos kita itu kadang payah. Dari pada aku terkena masalah sebaiknya aku kembali ke hotel," ucap Soo Yin.     

"Baiklah, kupikir kau akan ikut aku pergi ke toko buku." Ada rasa berharap jika Soo Yin mau ikut bersamanya walaupun ia tak mengajaknya secara langsung.     

"Lain kali saja, untuk sekarang aku benar-benar sibuk," ujar Soo Yin dengan senyuman manis yang terukir di bibirnya.     

Mereka akhirnya berpisah dengan tujuan masing-masing. Soo Yin pergi ke hotel menggunakan taksi. Wajahnya terus memancarkan keceriaan. Sungguh sudah tidak sabar ingin bertemu suaminya untuk mengatakan kabar baik itu.     

Setelah dua puluh menit perjalanan akhirnya Soo Yin sudah sampai di area hotel. Beberapa karyawan wanita terdengar mencibirnya ketika mereka berada di lift.     

"Ternyata enak sekali jadi seseorang yang suka merayu. Bisa seenaknya sendiri pergi bekerja," ucap salah seorang di antara mereka sambil melirik sinis Soo Yin.     

"Dia bahkan tidak ikut bosnya pergi ke pulau terpencil."     

"Enak sekali hidupnya gaji dibayar penuh tapi tidak kerjaannya sangat santai."     

Soo Yin hanya diam menanggapi perkataan mereka. Ia menyadari memang keadaannya seperti itu sehingga wajar jika mereka membicarakannya.     

Soo Yin tetap bersikap cuek sampai akhirnya lift terbuka. Dengan ceria segera ke ruangannya, tanpa mengetuk ia lantas masuk ke dalam. Dilihatnya Dae Hyun yang tengah duduk di kursi kebesarannya dengan posisi membelakangi meja.     

"Sayang, aku membawa kabar baik hari ini!" seru Soo Yin dengan raut berbinar lantas berjalan menghampiri suaminya.     

=================================     

Untuk para readers tercinta saya mohon dukungan power stone untuk novel ini yang versi English judulnya, Hidden Wife : Best Husband...     

semoga para readers berkenan vote agar novel ini masuk new Ranking global..     

terima kasih :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.