Istri Simpanan

Bab 293 - beruntung menemukannya



Bab 293 - beruntung menemukannya

0Begitu Soo Yin sampai di villa, yang pertama dicarinya adalah ponselnya. Dengan langkah tergesa-gesa Soo Yin lantas menaiki tangga menuju kamarnya. Ternyata benar jika ponsel itu tergeletak di atas nakas.     

Begitu Soo Yin membuka layar ponsel ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak ada satupun pesan dari sang suami. Yang ada hanya beberapa panggilan yang dilakukannya pagi tadi.     

"Menyebalkan!" gerutu Soo Yin lantas melemparkan ponselnya ke atas ranjang. Ia mencebikkan bibirnya sambil berjalan ke kamar mandi.     

Di sela guyuran shower, Soo Yin teringat  teringat jika harus mencari kalung yang milik Kim Soo Hyun. Semoga saja tidak hilang karena kalung itu pasti harganya sangat mahal. Pikiran itu membuatnya kembali tergesa-gesa untuk mandi agar segera menemukan kalung itu. Sungguh membuatnya tidak tenang.     

Setelah mengganti pakaiannya, Soo Yin segera membuka hampir setiap laci yang ada di kamarnya. Namun sayang sekali kalung itu belum ditemukan.     

Tangan Soo Yin sampai gemetar sehingga ia meminta Bibi Xia untuk membantu mencarinya.     

"Nona, seperti apa bentuk liontinnya?" tanya bibi Xia yang sudah bersiap-siap membantu Soo Yin. Padahal ia tadi baru saja ingin istirahat setelah menunggu Soo Yin pulang.     

"Bentuknya seperti love, Bibi," ujar Soo Yin dengan tangan yang terus mengacak-acak laci.     

Mereka berdua lantas mengacak-acak hampir semua tempat yang kira-kira mungkin saja kalung itu berada. Kini kamar Soo Yin berantakan dengan adanya barang yang di keluarkan. Hingga Soo Yin teringat baju yang dikenakannya saat malam itu.     

Dengan cepat Soo Yin segera mencari di lemari lalu merogoh sakunya dan ternyata kalung itu berada di sana. Beruntung ternyata kalung itu tidak hilang.     

"Bibi, sudah ketemu!" sorak Soo Yin seperti baru saja menemukan harta karun.     

"Syukurlah, apa itu pemberian dari Tuan Dae Hyun?" tanya bibi Xia.     

"Bukan, ini adalah milik adiknya. Tidak usah membicarakan Dae Hyun." Wajah Soo Yin kini kembali ditekuk lagi mengingat sang suami yang tidak memberikan pesan apapun.     

"Memangnya kenapa?" ujar bibi Xia dengan dahi berkerut.     

"Bibi, dia pergi ke luar kota tapi bahkan tidak mengabariku," sahut Soo Yin dengan bibir yang sudah maju ke depan.     

"Kenapa Nona tidak menghubungi tuan terlebih dahulu?" cetus bibi Xia barang kali Soo Yin mau mendengarkannya.     

"Seharusnya pria yang mengirimkan pesan terlebih dahulu bukan wanita," gerutu Soo Yin dengan mata yang berkaca-kaca. Mungkin saja sebentar lagi tangisannya akan pecah.     

Bibi Xia berjalan ke sisi ranjang menghampiri Soo Yin lalu merangkul pundaknya untuk bisa sedikit mengurangi kegelisahan yang dia rasakan.     

"Bibi, kenapa dia menyebalkan sekali! Apa dia tidak mengerti apa yang aku rasakan saat ini? Pagi tadi ketika bertemu ia bahkan tidak mengatakan apapun jika dirinya akan pergi," ucap Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya di bahu bibi Xia yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Tanpa sadar butiran kristal mengalir juga di pipinya.     

"Mungkin besok Tuan juga akan pulang," ujar Bibi Xia. Diusapnya pundak Soo Yin dengan pelan. Itulah perasaan seorang wanita yang ketika berada jauh dari pria yang dicintainya. Akan merasakan kesedihan dan hatinya terasa hampa jika tak ada kabar berita.     

"Dia besok belum pulang , akhir pekan ini baru pulang dan itu masih 6 hari lagi." Soo Yin kini terisak-isak untuk menuangkan semua keresahan yang dia rasakan.     

"Tenanglah, mungkin saja ponsel Tuan habis baterai. Sekarang lebih baik Nona istirahat saja, bibi yakin mungkin besok Tuan akan menghubungi Nona," ujar bibi Xia.     

Soo Yin menganggukan kepalanya lalu beringsut naik ke atas ranjang. Sungguh hatinya pilu menahan rindu yang baru saja beberapa jam tidak bertemu.     

"Bibi, maaf aku merepotkan," ujar Soo Yin lirih sambil mengamati barang-barang yang tergeletak di lantai. Ia mengusap air matanya karena sudah jauh merasa lebih tenang setelah bercerita dengan bibi Xia.     

"Tidak apa," ujar wanita paruh baya itu sambil tersenyum.      

Soo Yin membaringkan kepalanya di bantal berharap bisa menutup mata agar sejenak bisa melupakan tentang suaminya.     

Bibi Xia melanjutkan pekerjaannya untuk menata kembali barang-barang yang tadi dikeluarkan. Tidak butuh waktu lama karena setengah jam semuanya sudah rapi.     

Diliriknya Soo Yin yang berada di ranjang yang dipikir sudah tertidur karena tampak memejamkan matanya. Bibi Xia lantas membentangkan selimut untuk menutupi tubuh Soo Yin.     

"Bersabarlah Nona, Tuan Dae Hyun itu sangat mencintai Nona sehingga mungkin ada alasan lain kenapa tidak menghubungi," ucap bibi Xia sambil mengusap rambut Soo Yin. Setelah itu lantas ia pergi meninggalkan kamar.     

Soo Yin membuka matanya kembali karena memang tidak bisa tidur. Sekuat apapun untuk membuat matanya terpejam tetap saja tidak bisa. Hingga ia lelah dan memilih duduk bersandar di sisi ranjang.     

Diraihnya ponsel yang berada di atas nakas yang tiba-tiba saja berdering. Namun sayang sekali itu hanyalah sebuah operator seluler yang mengirim pesan.     

Soo Yin memilih melihat-lihat foto mereka saat berada di festival Horizon Gimje beberapa waktu yang lalu. Sungguh mereka seperti keluarga yang bahagia.     

"Apa kau tidak merindukanku?" gumam Soo Yin seraya memandang wajah Dae Hyun dengan seksama.     

"Sebenarnya kau berada dimana saat ini?" ujar Soo Yin. Ada rasa ingin menghubungi Dae Hyun terlebih dahulu tapi sayang sekali rasanya malu jika seorang wanita menghubungi pria terlebih dahulu di saat dia sedang marah.     

Soo Yin mengusap gusar wajahnya. Lalu menekuk lututnya untuk membenamkan kepala di antara kedua kakinya. Soo Yin ingin sekali sekarang menyusul suaminya.     

Hari semakin larut dan menjelang pagi barulah Soo Yin bisa memejamkan matanya. Ia terbangun setelah tidur hanya dua jam saja.     

================================     

Soo Yin berangkat ke hotel dengan mulut yang terus menguap menahan rasa kantuk yang teramat menyiksanya. lingkaran matanya berwarna hitam seperti panda. Ia sampai terhuyung saat memasuki lift. Beruntung sekali Kim Soo Hyun berada di sana sehingga segera menopangnya.     

"Soo Yin, apa kau sakit?" ujar Kim Soo Hyun sembari memegang pundak Soo Yin.     

"Tidak, aku hanya mengantuk," sahut Soo Yin sambil kembali menguap.     

"Jika kau mengantuk maka tidurlah. Kau tidak usah bekerja hari ini," ujar Kim Soo Hyun yang sangat khawatir dengan kondisi Soo Yin.     

Kim Soo Hyun terus menuntun Soo Yin sampai masuk ke dalam ruangannya. Membuat para karyawan wanita yang berpapasan dengannya menjadi sangat iri. Mereka cemburu melihat sang bos sangat dekat dengan seorang sekretaris. Terlebih lagi mereka mengetahui jika cara melihat dan memperlakukan Soo Yin sangat berbeda dengan karyawan lainnya.     

Lagi-lagi Kim Soo Hyun yang membuatkan secangkir kopi cappucino yang membuat mata Soo Yin lebih melek dan bisa bekerja seperti biasa meski harus dipaksakan.     

Soo Yin tidak ingin orang mengira jika pekerjaannya sangat mudah karena kebaikan bosnya. Ia harus bekerja keras agar tidak diremehkan meskipun dengan sekuat tenaga harus membuka matanya.     

Setelah selesai bekerja seperti biasa Kim Soo Hyun selalu memintanya untuk mengantarkan pulang meskipun sudah berulang kali menolak. Soo Yin hanya pasrah meminta diantar ke tempat biasanya.     

=====================     

Sekali lagi mohon dukungannya untuk novel ini yg versi English... judulnya Hidden Wife : best husband :face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss::face_blowing_a_kiss:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.