Istri Simpanan

Bab 348 - Siapa yang datang?



Bab 348 - Siapa yang datang?

0Soo Yin masih berbaring melepas lelah dengan lengan Dae Hyun yang digunakan sebagai bantalan. Otaknya belum bisa berpikir jernih dengan apa yang baru saja mereka lakukan di pagi hari.     

"Bagaimana dengan hukuman yang aku berikan? Apa kau menyukainya?" Dae Hyun mengubah posisinya dari telentang menjadi miring. Tangannya terulur menyingkirkan anak rambut yang berantakan di wajah cantik yang mampu membuatnya selalu menginginkannya.     

"Mana ada hukuman semacam ini?" Soo Yin mencebikkan bibirnya tapi sorot matanya bersinar, menunjukkan jika dia menikmati pagi ini.     

"Itu adalah hukuman terbaru yang akan aku berikan jika kau nakal," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Kalau begitu aku akan membuatmu marah sepanjang waktu," ujar Soo Yin sambil mencubit pinggang Dae Hyun yang pura-pura merintih kesakitan.     

"Tidak masalah, sepanjang waktu aku akan menghukummu." Dae mencubit hidung Soo Yin karena merasa gemas.     

Soo Yin memandang ke arah jendela. Samar-samar terlihat matahari yang semakin cerah bersinar.     

"Pergilah mandi terlebih dahulu. Ini sudah siang, aku tidak ingin ada yang datang," ujar Soo Yin.     

"Baiklah, kenapa kita tidak mandi bersama agar mempersingkat waktu?"      

"Tidak, aku tidak akan melakukannya." Soo Yin segera menjauhkan tubuhnya.     

"Maksudku, kau mandi di dalam dan aku di luar," ujar Dae Hyun. Menggelengkan kepalanya karena istri kecilnya pasti sudah berpikiran yang tidak-tidak.     

"Baiklah." Soo Yin beringsut menepi ke sisi      

ranjang sambil menahan nyeri bagian tertentu di tubuhnya.     

Tanpa pikir panjang Soo Yin segera masuk ke kamar mandi sebelum Dae Hyun menginginkannya kembali. Dirinya harus cepat mengganti pakaiannya.     

Setelah lima belas menit kemudian, mereka sudah selesai mandi. Dae Hyun sudah mengenakan bajunya Sedangkan Soo Yin masih duduk di depan cermin untuk mengeringkan rambutnya yang basah.     

"Sepertinya setiap pagi harus seperti ini agar membuatku lebih bersemangat," ujar Dae Hyun sembari menatap Soo Yin di pantulan cermin.     

"Aku tidak mau lagi," ucap Soo Yin sambil mengulum senyum.     

Tok … tok … tok ….     

Terdengar bunyi ketukan pintu dari luar ruangan.     

"Siapa itu?" Soo Yin sontak bangkit berdiri. Mengambil bajunya yang berserakan di ranjang. Dengan cepat memakai semuanya karena ketakutan.     

"Tidak usah terburu-buru, tidak akan ada yang berani masuk," ujar Dae Hyun dengan santai. Ia meraih ponselnya yang berada di atas meja. Lalu mencari nomor yang akan dihubungi olehnya.     

"Asisten Chang, tolong lihat siapa yang berada di luar. Katakan padanya jika aku sedang sibuk sehingga tidak ingin diganggu," ujar Dae Hyun yang berbicara dengan seseorang di telepon.     

"Baik, Tuan."     

Setelah berbicara singkat, Dae Hyun mematikan sambungan telepon.     

Ketukan pintu terus terdengar hingga Soo Yin merasa khawatir jika itu adalah Park Ji Hoon. Ia merasa malu jika ketahuan oleh ayah mertuanya.     

"Sayang, siapa sebenarnya yang berada di luar? Kenapa tidak berhenti juga?" ujar Soo Yin yang sedang mengeringkan rambutnya. Bajunya sudah dipakai meskipun kusut dan berantakan.     

"Bagaimana jika yang berada di luar adalah ayah?" imbuhnya sambil membalikkan tubuhnya ke arah Dae Hyun.     

"Tidak mungkin, itu pasti hanya seorang karyawan saja," ujar Dae Hyun.     

"Tidak mungkin jika itu adalah karyawan. Mereka tidak akan berani mengetuk pintu sesering itu," ujar Soo Yin sembari menggigit bibir bawahnya. Ia memiliki firasat buruk tentang ini.     

"Tetaplah di sini, aku akan keluar sebentar." Dae Hyun mengusap pundak Soo Yin terlebih dahulu sebelum melangkahkan keluar dan menutup pintu rapat-rapat.     

"Sebenarnya dimana Asisten Chang? Bukankah aku sudah mengatakan jika sedang sibuk," gerutu Dae Hyun sambil terus melangkah. Dilihatnya benda yang melingkar di tangannya. Sekarang sudah pukul sembilan. Ternyata lumayan lama mereka di dalam hingga tidak sadar.     

Dae Hyun merogoh kunci dari saku celananya kemudian segera membuka pintu.     

"Ibu?"     

Dae Hyun begitu terkejut melihat ibunya dan Aeri ada di depan pintu. Ada juga Chang Yuan yang berada di belakang mereka, sepertinya sudah berusaha mengatakan tapi tidak berhasil.     

"Dae Hyun, sebenarnya apa yang kau lakukan? Kenapa lama sekali keluarnya?" ujar Ny. Park sembari menautkan kedua alisnya.     

"Aku memang sedang agak sibuk memeriksa laporan keuangan bulanan, Bu. Itu membutuhkan konsentrasi tinggi sehingga aku tidak ingin diganggu," ujar Dae Hyun.     

"Ada apa kalian datang kemar?" Dae Hyun merasa curiga dengan kedatangan mereka.     

"Memangnya kenapa? Apakah tidak boleh ibu berkunjung ke hotel ini? Kami tadi hanya kebetulan lewat dan tiba-tiba kami ingin mampir. Apa kau tidak mengizinkan kami masuk?" ujar Ny. Park karena Dae Hyun justru menutup pintu dari luar.     

"Tidak, hanya tidak biasanya saja berkunjung kemari." Sebisa mungkin Dae Hyun bersikap santai dan tidak gugup. Jangan sampai ibunya merasa curiga.     

"Dimana Soo Yin? Apa dia sedang sibuk? Hari ini ibu ingin mengajaknya berbelanja," ujar Ny. Park.     

Dae Hyun menggaruk kepalanya bagian belakang dengan jantung yang berdebar. Ragu mengatakan apa yang sedang dilakukan Soo Yin saat ini.     

"Dia ada di dalam, Bu. Sedang membantuku memeriksa laporan."     

"Kalau begitu biarkan ibu masuk dan bertemu dengannya. Semalam dia sangat terburu-buru sehingga ibu belum sempat berbicara dengannya." Ny. Park melangkahkan kakinya tidak peduli dengan Dae Hyun yang berada tepat di depan pintu untuk menghalanginya. Lalu membuka pintu, sedangkan Aeri terus mengikutinya di belakang.     

"Soo Yin, apa kau sibuk?" Begitu masuk pandangan Ny. Park langsung tertuju kepada seorang gadis yang tengah duduk di sofa sambil memeriksa beberapa kertas di tangannya.     

Soo Yin lantas berdiri dan membungkukkan tubuhnya sedikit.     

"Aku hanya membantu Tuan Dae Hyun memeriksa semua berkasnya agar tidak terlewatkan," ujar Soo Yin sambil tersenyum tipis.     

"Kau tampak sangat sibuk sekali," timpal Aeri. Dengan santai memandang ke arah Soo Yin. Tak dapat dipungkiri setiap melihat Soo Yin entah kenapa ingin marah.      

Dae Hyun mengikuti mereka masuk karena takut jika sampai mereka membuat masalah. Aeri kerap melakukan sesuatu yang menimbulkan masalah. Namun ia bisa bernafas dengan lega karena Soo Yin ternyata sudah keluar dari kamar.     

Sepertinya Chang Yuan yang meletakkan tumpukan berkas di sana karena seingatnya, Dae Hyun tidak menaruh apapun di meja. Memang Chang Yuan sangat bisa diandalkan dalam segala hal.     

Soo Yin menyembunyikan tangannya yang gemetar di balik punggungnya. Jantungnya berdetak kencang kali ini. Ini rasanya lebih mengerikan dari pada ketahuan Dae Hyun ketika semalam melihatnya memapah Kim Soo Hyun. Untunglah Soo Yin tadi cepat-cepat keluar meskipun kakinya masih bertelanjang. Ia tadi terburu-buru sehingga tidak sempat  mengenakan sepatu.     

"Soo Yin, dimana sepatumu?" ujar Aeri sambil menyipitkan matanya ketika melihat kaki Soo Yin yang tanpa alas. Sebisa mungkin berusaha untuk tidak emosi sesuai permintaan Ny. Park kepadanya.     

=========================     

Terima kasih buat readers semuanya yang sudah memberikan komentar, review dan power stone…     

I love you, all...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.