Istri Simpanan

Bab 350 - Ingin cucu perempuan



Bab 350 - Ingin cucu perempuan

0Daegu Moda Outlet,     

Setelah 30 menit perjalanan akhirnya mereka tiba di pusat perbelanjaan barang-barang mewah. Mereka tidak menggunakan supir karena Aeri mengemudikan sendiri mobilnya.     

Soo Yin dan Ny. Park duduk di kursi belakang. Membuat Aeri merasa kesal karena sudah seperti supir. Bahkan sepertinya ibu mertuanya tadi lupa kenapa mereka datang ke hotel.     

Niatnya hanyalah untuk sekedar mencari tahu. Tapi sebaliknya Ny. Park malah mengajaknya ikut berbelanja. Padahal gadis kampungan itu sangat tidak cocok datang bersama mereka. Namun Aeri hanya bisa menggerutu di dalam hatinya.     

Aeri sejak tadi mengamati pakaian yang dikenakan Soo Yin dari kaca spion. Modelnya memang terlihat biasa, tapi Aeri tahu jika bajunya cukup mahal. Tidak mungkin gadis seperti Soo Yin yang sedang menempuh pendidikan menghamburkan uang banyak hanya untuk membeli baju.     

Sungguh membuat Aeri semakin merasa curiga. Ia tidak pernah percaya jika Soo Yin mencintai Kim Soo Hyun.     

Sebelum Dae Hyun menceraikannya, ia akan mencari tahu segalanya. Harus membuktikan jika apa yang dikhawatirkannya memang benar sebelum dirinya terhempas dari keluarga itu.     

"Sekarang sudah sampai, ayo keluar," ajak Ny. Park pada Soo Yin yang duduk di sebelahnya. Ia terlebih dahulu keluar dari mobil.     

Soo Yin menggeser bokongnya yang terasa nyeri perlahan. Air mata mulai mengembun dari kedua bola matanya. Namun sebisa mungkin ditahan agar tidak keluar.     

Aeri keluar sambil melepas kaca hitam yang tadi bertengger di matanya sambil terus melangkah.     

"Soo Yin, cepatlah. Kenapa jalanmu lambat sekali seperti siput?" gerutu Aeri yang sudah mulai emosi karena Soo Yin tertinggal beberapa meter di belakang mereka.     

"Aeri, sabarlah. Mungkin kaki Soo Yin memang sakit sehingga tidak bisa berjalan dengan cepat," ujar Ny. Park.     

"Maaf," ujar Soo Yin sembari meringis menahan nyeri di selangkangannya.     

"Tidak usah buru-buru." Ny. Park berhenti lalu mengulurkan tangannya untuk menggandeng pergelangan tangan Soo Yin.     

Sekuat tenaga Soo Yin berusaha untuk bisa berjalan dengan cepat dan sebisa mungkin biasa saja agar tidak ketahuan.     

Soo Yin rasanya ingin membuat perhitungan kepada suaminya. Jika saja suaminya sabar menunggu hingga sampai mereka di rumah, tidak mungkin dirinya akan bermasalah seperti ini.     

Ny. Park memang sengaja mengajak Soo Yin bersama mereka karena menurutnya dia sangat menyenangkan jika diajak berbelanja. Selalu memberikan bagaimana saran yang cocok mengenai model baju yang dikenakan wanita seusianya.     

"Soo Yin, dimana kau tinggal? Ibu dengar kau hanya memiliki seorang ayah tapi sekarang sudah ke Pulau Jeju?" ujar Ny. Park di sela memilih toko yang akan mereka kunjungi.     

"Aku tinggal di kontrakan, Bu," sahut Soo Yin terbata. Ia kerap merasa bingung jika ditanyakan mengenai tempat tinggalnya saat ini.     

"Kenapa kau tidak tinggal di hotel saja? Kim Soo Hyun pasti tidak akan masalah jika kau mau," ujar Ny. Park.     

"Tidak perlu, Bu. Jika aku tinggal di hotel maka aku merasa tidak enak kepada karyawan lain. Rasanya kebaikan Tuan Dae Hyun sudah terlalu banyak. Aku sangat bersyukur sekarang menjadi sekretarisnya dan diizinkan untuk kuliah lagi," ungkap Soo Yin dengan senyuman tipisnya.     

'Bukan hanya itu saja, aku juga sudah menjadi istrinya,' ~ imbuh Soo Yin dalam hati. Mana mungkin berani mengatakannya secara terus terang.     

"Tentu saja tidak masalah. Kau sebentar lagi akan menjadi adik iparnya sehingga tidak usah merasa sungkan. Jika dia suka marah-marah tolong maafkan dia. Dia memang tipe pria yang lebih pendiam dari pada Kim Soo Hyun. Susah jika diajak bercanda." Ny. Park menceritakan sedikit bagaimana sifat Dae Hyun.     

Kepala Soo Yin terasa pusing ketika mendengar Ny. Park mengatakan dirinya selalu calon menantu.     

"Bu, kita masuk ke sini dulu," seru Aeri yang sudah masuk ke dalam toko baju yang branded dan harganya bernilai fantastis. Ia masuk terlebih dahulu karena tidak tahan mendengar obrolan mereka yang membuatnya semakin muak.     

Ny. Park terus menggandeng lengan Soo Yin sampai memasuki toko.      

Jujur saja ketika melihat siapa pakaian yang terlihat bagus ingin sekali Soo Yin memilikinya. Tapi dirinya sadar membawa uang pun tidak. Meski ada kartu ATM yang diberikan padanya untuk berbelanja dan keperluan kuliah, mana berani Soo Yin mengeluarkannya di depan ibu mertuanya. Tak akan ada orang yang percaya jika Soo Yin memiliki uang yang banyak.     

"Soo Yin, pilihlah yang kau mau." Ny. Park menyadarkan Soo Yin dari lamunannya.     

"Tidak usah, Bu," tolak Soo Yin. Ini adalah kedua kalinya diajak berbelanja oleh ibu mertuanya. Soo Yin merasa tidak enak hati jika selalu membelikan barang-barang mewah.     

"Tidak usah sungkan karena kau sudah ibu anggap seperti putri ibu sendiri. Dulu ibu sangat memimpikan seorang putri ketika Kim Soo Hyun lahir. Namun ternyata dia adalah seorang pria," ujar Ny. Park sembari terkekeh.     

"Semoga saja kelak ibu memiliki cucu seorang perempuan," ucap Soo Yin.     

"Kalau begitu segeralah menikah dengan Kim Soo Hyun agar ibu segera mendapatkan cucu perempuan," bisik Ny. Park di telinga Soo Yin.     

Soo Yin termangu mendengarnya. Ia menyesal karena sudah salah bicara. Seharusnya tadi tidak usah mengatakan hal itu sehingga Ny. Park tidak akan terpancing.     

Soo Yin bahkan lupa jika belum menjawab pernyataan cinta Kim Soo Hyun. Untuk menolaknya rasanya tidak sanggup karena tidak ingin menyakitinya. Tapi jika terlalu lama hubungan mereka seperti ini maka kemungkinan Kim Soo Hyun kelak akan merasa lebih tersakiti.     

Soo Yin sungguh merasa pusing jika memikirkannya. Andaikan saja tidak terjadi kecelakaan itu, pastilah sekarang Kim Soo Hyun sudah mengetahui jawabannya. Bibir Soo Yin terasa kelu jika harus mengatakannya lagi.     

"Soo Yin, kenapa kau melamun terus? Apa kau merasa tidak enak badan?" ujar Ny. Park karena sejak tadi mengamati Soo Yin selalu termenung.     

"Tidak, Bu. Aku baik-baik saja," sanggah Soo Yin dengan cepat. Segera berdiri dari duduknya kemudian mengikuti langkah Ny. Park.     

"Kalau begitu segeralah menikah agar kau tidak perlu bekerja dan ada yang mengurusmu," ujar Ny. Park dengan sengaja memancing reaksi Soo Yin.     

"Tentu saja nanti …  aku akan menikah," balas Soo Yin dengan terbata. Sungguh terasa berat lidahnya ketika harus mengatakannya. Ia bahkan sudah menikah dan dalam hidupnya Soo Yin hanya ingin menikah sekali. Menua bersama orang yang dicintainya.     

"Kalau begitu akhir pekan ini ibu akan mengajakmu untuk makan malam," ujar Ny. Park dengan senyuman penuh arti.     

Soo Yin hanya menautkan kedua alisnya tanpa menjawab atau pun menolaknya. Ia tidak ingin memikirkan apapun yang direncanakan ibu mertuanya. Jika memang benar nanti akan mengundangnya, Soo Yin akan mencari alasan untuk tidak datang.     

Mereka kemudian melanjutkan memilih baju ke berbagai toko yang ada di sana. Ny. Park juga mengajak Aeri dan Soo Yin untuk berbelanja tas dan sepatu.     

      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.