Istri Simpanan

Bab 351 - Tidak boleh ada yang mendekatinya



Bab 351 - Tidak boleh ada yang mendekatinya

0Soo Yin kini sudah kembali lagi ke hotel dengan tangan yang penuh tas belanjaan. Ny. Park yang sudah memberikan semuanya. Padahal Soo Yin sudah menolak keras jika dirinya tidak menginginkan apapun. Namun penolakan itu tidak akan artinya jika di mata ibu mertuanya.     

Soo Yin memang sengaja meminta diantarkan ke hotel dengan alasan masih ada barang-barangnya yang tertinggal di sana. Alasan sebenarnya Soo Yin bingung tidak tahu harus diantarkan kemana.      

Jika berbohong lagi, Soo Yin takut suatu hari ini mereka akan mengunjungi tempat palsu yang ditunjukkannya. Ia juga lelah jika harus selalu berbohong.     

Dengan langkah sempoyongan, Soo Yin keluar Dari lift. Kakinya letih dan ngilu, untuk menopang beban tubuhnya saja hampir tak mampu. Ditambah perutnya yang terasa perih, rasanya untuk berdiri dengan tegak sangat susah.     

Tidak berada jauh dari sana, Jae-hwa berjalan ke arah Soo Yin ingin menyapanya. Begitu melihat keanehan Soo Yin, Jae-hwa lantas mempercepat langkahnya.     

"Soo Yin, apa yang terjadi padamu?" Dengan gerakan cepat Jae-hwa menopang tubuh Soo Yin yang hampir saja tersungkur ke lantai.     

"Aku tidak apa-apa," sahut Soo Yin tersenyum pahit berusaha untuk berdiri tegak sendiri. Menggelengkan kepalanya beberapa kali agar terasa ringan.     

"Mari kubantu." Jae-hwa merasa tidak tega melihat bibir Soo Yin yang tampak pucat. Ia menuntun Soo Yin untuk duduk di bangku yang letaknya tidak terlalu jauh.     

"Soo Yin, kau dari mana saja?" tanya Jae-hwa ketika melihat paper bag yang berada di tangan Soo Yin. Lalu membantu meletakkannya di lantai.     

"Aku … Nyonya Park mengajakku pergi berbelanja," ujar Soo Yin sambil menyandarkan tubuhnya di kursi dan memijat kepalanya.     

"Nyonya Park sangat baik kepadamu. Beruntung kau dekat dengannya," ucap Jae-hwa dengan tulus. Tak ada nada menyinggung yang terdengar dari ucapannya.     

"Hmmm." Soo Yin tersenyum masam mendengar pernyataan Jae-hwa. Seandainya saja dia tahu semua yang terjadi, tak mungkin dia akan berkata seperti itu.     

"Sebaiknya aku kembali ke ruanganku," pamit Soo Yin. Setelah dirasakan kepalanya sekarang sudah merasa baikan.     

"Biarkan aku membawakan semua ini," ujar Jae-hwa. Tanpa persetujuan Soo Yin, Ia lantas mengambil tali paper bag kemudian menggantungkan di tangannya.     

"Terima kasih, sudah membantuku," ujar Soo Yin. Baru saja berdiri, Soo Yin melihat ada tatapan tajam ke arahnya. Namun Soo Yin bersikap biasa saja karena tidak melakukan apapun dengan Jae-hwa.      

Jae-hwa hanya sekedar membantunya.     

Dae Hyun memasukkan tangan di saku celananya.     

"Apa dia selalu ingin dihukum sehingga sudah membuatku ingin marah," gumam Dae Hyun pelan sambil berdecak. Menaikkan sudut bibirnya ke atas.     

Tiba-tiba saja kepala Soo Yin terasa berputar dan berkunang-kunang. Keseimbangan tubuhnya mulai tidak stabil. Sebisa mungkin Soo Yin tetap berdiri dengan berpegangan pada dinding ketika berjalan.     

Dae Hyun menautkan kedua alisnya melihat istri kecilnya yang sepertinya hendak terjatuh.     

Jae-hwa berjalan terlebih dahulu ke depan sehingga tidak tahu dengan keadaan Soo Yin saat ini yang berada di belakangnya.     

"Selamat siang, Tuan," sapa Jae-hwa ketika sudah berada di dekat pintu masuk ruangan Dae Hyun.     

Tanpa menjawab sapaan Jae-hwa, Dae Hyun terus mengamati Soo Yin. Dengan gerakan cepat, menopang tubuh istrinya ketika hampir tersungkur ke lantai.     

Jae-hwa menolehkan kepalanya untuk melihat Soo Yin.     

"Soo Yin, kau tidak apa-apa kan?" ucap Dae Hyun dan Jae-hwa secara bersamaan.     

Mereka saling berpandangan sebentar sebelum akhirnya membuang muka.     

"Aku baik-baik saja," ujar Soo Yin. Tangannya terulur ke depan jika dirinya bisa berjalan sendiri. Ia tidak ingin mengambil resiko dengan gosip yang akan beredar.     

Brukkk …     

Kini Soo Yin tak mampu lagi menopang beban tubuhnya hingga akhirnya benar-benar jatuh ke lantai dan tidak sadarkan diri.     

"Tuan, biarkan aku saja membawanya," ujar Jae-hwa yang panik.     

"Tidak!" ucap Dae Hyun dengan tegas. Selama Soo Yin ada di dekatnya. Dirinya tidak akan membiarkan siapapun mendekati dan menyentuhnya.     

"Tapi … Tuan," bantah  Jae-hwa. Tak bisa dipungkiri ada rasa ketidakrelaan di hatinya melihat tubuh Soo Yin diangkat pria lain.     

Itukah yang namanya cinta? Jae-hwa memang selalu merasakannya beberapa bulan terakhir tapi meskipun begitu mana mungkin mengatakannya.     

"Diamlah jika tidak ingin dipecat!" ucap Dae Hyun dengan nada dingin. Ia tidak suka ada orang yang membantah perkataannya.     

Jae-hwa akhirnya membungkam mulutnya. Ia tidak mungkin pergi dari hotel itu karena akan jarang bertemu dengan Soo Yin. Ditambah gajinya yang cukup besar membuat Jae-hwa mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri.      

Dae Hyun lantas membawa Soo Yin ke dalam ruangannya dan membaringkannya di sofa.      

Sedangkan Jae-hwa mengikuti langkah bosnya dari belakang membawa barang Soo Yin. Lalu meletakkannya di atas meja.     

"Pergilah, biarkan aku yang mengurusnya," usir Dae Hyun secara halus ketika melihat ada kekhawatiran di mata Jae-hwa saat melihat Soo Yin. Jae-hwa juga sepertinya tidak ada niat untuk pergi.     

Jae-hwa segera tersadar dari pandangannya yang terus melihat wajah Soo Yin.     

"Baik, Tuan." Tanpa membantah lagi, Jae-hwa akhirnya meninggalkan ruangan meskipun dengan langkah berat. Tapi ia yakin jika bosnya pasti akan mengurus Soo Yin dengan benar.     

Dae Hyun segera menghubungi Dokter Kang agar segera datang ke hotel untuk memeriksa keadaan Soo Yin.     

"Soo Yin, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Dae Hyun menggenggam jemari Soo Yin lalu mengusapnya pelan.      

Diambilnya minyak angin yang berada di dalam laci kemudian menghirupkannya di hidung sang istri. Karena di sofa membuat tubuh Soo Yin tidak nyaman, Dae Hyun memindahkannya di kamar yang sudah rapi. Seprai dan selimut juga sudah diganti dengan yang baru oleh pelayan.     

Selang beberapa waktu, akhirnya Dokter Kang sudah datang. Ia mulai mengeluarkan peralatan yang dibawanya untuk memeriksa kondisi Soo Yin kali ini.     

"Bagaimana keadaannya? Apakah dia baik-baik saja?" tanya Dae Hyun dengan perasaan cemas yang sejak tadi dirasakannya.     

"Kalau dia sampai pingsan artinya dia tidak baik-baik saja," celoteh Dokter Kang sambil mendengus.     

Ekspresi Dae Hyun langsung berubah masam. Ingin sekali rasanya membungkam mulut sahabatnya dengan bantal agar tidak berbicara seenaknya. Ia juga tahu jika keadaan istrinya tidak baik-baik saja.     

Dae Hyun tidak menanyakannya lagi karena sudah terlalu kesal dibuatnya.     

Setelah diperiksa oleh dokter Kang, tak lama kemudian Soo Yin tersadar.      

Soo Yin mengerjapkan kedua kelopak matanya berkali-kali. Samar-samar langit kamar hotel mulai tampak dalam pandangannya.     

"Sayang, syukurlah kau sudah bangun," ucap Dae Hyun dengan perasaan lega. Karena dia pikir Soo Yin kenapa-kenapa.     

"Ada apa denganku?" Soo Yin menggeser tubuhnya untuk duduk bersandar di sisi ranjang. Memegangi kepala dan perutnya yang terasa sakit.     

"Nona Soo Yin, apa suamimu yang kaya raya ini tidak membawamu makan bersamanya?" ujar dokter Kang dengan terus terang sambil melirik sinis Dae Hyun. Ia memang terbiasa berbicara sesuka hatinya jika bersama Dae Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.