Istri Simpanan

Bab 354 - Tidak akan mengganggu



Bab 354 - Tidak akan mengganggu

0Setelah selesai makan yang dipenuhi dengan keromantisan makan sepiring berdua dan bagi Soo Yin terasa romantis, Dae Hyun memutuskan membawa Soo Yin pulang ke villa Pyeongchang-dong saja. Agar Soo Yin bisa beristirahat dengan nyaman karena ia pasti akan terganggu dengan karyawan yang datang ke ruangannya.     

Pekerjaan Dae Hyun juga sudah diselesaikan semuanya karena hari ini tidak ingin membawa pekerjaannya pulang ke rumah. Nanti akan digunakan Dae Hyun untuk menemani Soo Yin istirahat tanpa dibayangi pekerjaan yang membuntutinya.     

"Sayang, biarkan aku menggendongmu," ujar Dae Hyun.     

"Jangan!" sergah Soo Yin sembari mengulurkan tangannya ke depan. Menolak keras apa yang akan dilakukan oleh suaminya.     

"Memangnya kenapa?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Apa kau ingin karyawan hotel ini membicarakan tentang kita? Aku tidak ingin mendapatkan masalah," tukas Soo Yin.     

"Tidak akan ada yang tahu. Kita lewat lift yang langsung menuju basement saja. Lagi pula kau juga tidak perlu khawatir dengan mereka. Tidak akan ada yang berani membicarakan kita. Jika ada yang melakukannya maka bersiaplah akan dipecat," tukas Dae Hyun untuk meyakinkan sang istri agar tidak ada yang perlu dicemaskan.     

"Aku masih sanggup berjalan sendiri. Aku tidak selemah yang kau pikirkan," tukas Soo Yin sembari membungkuk hendak meraih sepatunya yang berada di bawah ranjang.     

Belum sampai Soo Yin meraihnya, Dae Hyun sudah berjongkok di depannya.     

Dae Hyun membantu mengenakan sepatu di kaki Istri kecilnya.     

Hati Soo Yin sungguh tersentuh dengan apa yang Dae Hyun lakukan. Meski hanya sebuah tindakan kecil.     

 "Terima kasih," ucap Soo Yin dengan raut wajah yang gembira.     

Dae Hyun menengadahkan wajahnya lalu menganggukan kepalanya sebelum akhirnya berdiri kembali. Itu hanyalah tindakan kecil yang Dae Hyun lakukan untuk istri kecilnya     

Dae Hyun refleks mengulurkan tangannya menopang tubuh Soo Yin. Dengan gerakan cepat melingkarkan tangan di bahu Soo Yin ketika melihatnya hendak berdiri.     

"Sayang, aku sudah sembuh," gerutu Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Maaf, aku hanya khawatir kau masih pusing," tukas Dae Hyun. Sorot rasa khawatir tersirat pada kedua bola matanya.     

"Aku sudah baik-baik saja," ungkap Soo Yin sembari bergelayut manja di lengan suaminya.     

Sebelum keluar dari ruangan mereka bisa melakukannya.     

Dae Hyun terus menuntun Soo Yin sampai mereka di depan pintu. Ia mengajak Soo Yin untuk naik lift yang langsung membawa mereka ke basemen. Sehingga tidak perlu bertemu dengan karyawan lain.     

================================     

Villa Pyeongchang-dong,     

Dae Hyun membopong tubuh Soo Yin ketika mereka sudah sampai di villa, meskipun Soo Yin sudah berulang kali menolak.     

"Sayang, bukankah kau bilang waktu itu akan mencarikanku guru bela diri?" ucap Soo Yin, masih berada di gendongan sang suami dengan melingkarkan tangan di leher Dae Hyun.     

"Tidak untuk sekarang!" ucap Dae Hyun dengan tegas. Ia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi     

Soo Yin langsung terdiam tanpa membantah ketika melihat raut wajah Dae Hyun yang serius. Dulu seingatnya ketika baru mengenalnya dia adalah tipe pria yang sangat menyenangkan. Tidak seperti sekarang yang terlalu lebih posesif.     

"Sayang, kenapa kau begitu posesif sekarang? Dulu kau tidak pernah membatasiku untuk melakukan apapun," ungkap Soo Yin sambil menyipitkan mata.     

"Karena sekarang aku tidak ingin kau terluka. Dulu tidak ada pria lain yang mencoba merebutmu dariku. Berbeda dengan sekarang, terlalu banyak pria muda yang menginginkanmu," keluh Dae Hyun dengan wajah datar.     

"Apa kau merasa tidak percaya diri bersaing dengan mereka?" goda Soo Yin sambil mengerjapkan matanya beberapa kali.     

Dae Hyun menghela nafas panjang mendengarnya. Tak dapat dipungkiri dirinya merasa tidak percaya diri. Itulah sebabnya sebisa mungkin menghalangi pria manapun agar tidak mendekati istri kecilnya.     

"Suami manapun akan melakukan seperti diriku. Jika banyak pria yang menggoda istrinya. Apalagi umurmu masih sangat muda. Aku jadi ingin lahir kembali di usia tidak terlalu jauh darimu." Dae Hyun mendesah panjang.     

Soo Yin terkekeh mendengar alasan Dae Hyun, kenapa bisa bersikap posesif seperti itu.     

"Sudah berapa kali aku katakan, jika aku tidak akan berpaling darimu?" tukas Soo Yin.     

"Aku tahu akan hal itu. Tapi aku sungguh tidak bisa menghilangkan pikiran burukku tentangmu jika kau berada jauh dariku. Bayangan kau digoda pria lain selalu menghantuiku." Dae Hyun menghentikan langkahnya ketika menaiki anak tangga. Memejamkan kedua matanya sejenak sambil menghirup udara dalam-dalam.     

"Aku minta maaf jika hal itu membuatmu tidak nyaman," ucap Dae Hyun. Kini pandangannya tertuju pada dua bola mata indah sejernih air Soo Yin. Mata yang mampu meluluhkan hatinya hanya dengan sekali pertemuan.      

Bibir Soo Yin tertarik ke belakang, mengukir senyuman seindah purnama di malam hari. Yang mampu membuat pria manapun tergoda dengan kecantikan wajahnya.     

"Aku senang kau melakukannya. Itu tandanya kau memang tidak ingin kehilanganku," ucap Soo Yin dengan bibirnya yang digerakkan.     

"Maka dari itu setelah perceraianku dengan Aeri selesai. Aku ingin mengajakmu pergi jauh dari pria yang mencoba mendekatimu."     

Soo Yin menganggukan kepalanya dengan antusias. Ia tidak marah sama sekali dengan sikap posesif Dae Hyun. Meskipun terkadang memang sangat mengganggunya.     

Mereka saat ini sudah sampai di dalam kamar. Dae Hyun lantas membaringkan tubuh Soo Yin dengan sangat lembut di ranjang. Seolah dia adalah benda rapuh yang mudah hancur.     

"Apa kau tidak ingin tahu, apa yang tadi ibu ucapkan?" Soo Yin menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. Menarik pergelangan tangan Dae Hyun ketika hendak melangkah pergi.     

"Apa memangnya?" Dahi Dae Hyun berkerut karena merasa penasaran.     

"Ibu memintaku menikah dengan Kim Soo Hyun dan memberikan cucu perempuan untuknya. Aku baru tahu jika ternyata ibu sangat menginginkan anak perempuan." Soo Yin menggenggam jemari Dae Hyun yang terlihat mengepal hingga otot-otot tangannya tampak begitu jelas.     

Soo Yin tahu jika Dae Hyun emosi ketika mendengarnya.     

"Sepertinya ibuku memang sangat menginginkanmu menjadikan menantu," keluh Dae Hyun.     

Sebenarnya hal itu sangat bagus untuk Soo Yin, tapi jika mengetahui mereka sudah menikah, ibunya pasti akan syok.     

"Lalu kau menjawab apa?" tanya Dae Hyun.     

"Aku tidak mengatakan apapun. Memangnya apa yang harus aku katakan? Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya kita sudah menikah." Soo Yin kembali terkekeh.     

"Kau bisa menjawabnya nanti setelah aku resmi bercerai dengan Aeri," ucap Dae Hyun.     

"Sekarang istirahatlah. Aku berjanji tidak akan mengganggumu," imbuh Dae Hyun. Mendorong tubuh Soo Yin dengan lembut agar berbaring saja.     

Dae Hyun mengusap rambutnya dengan pelan dengan bibir tertarik ke belakang sedikit mengukir senyuman tipis.     

"Jangan pergi," larang Soo Yin dengan wajah cemberut ketika Dae Hyun hendak bangkit berdiri.     

"Aku tidak akan kemana-mana. Aku hanya ingin mandi sebentar," tukas Dae Hyun.     

Soo Yin mau tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Membiarkan suaminya perlahan menghilang di balik pintu kamar mandi.     

Soo Yin menyesal karena sudah membuat Dae Hyun merasa bersalah. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik dirinya tadi langsung pulang saja. Namun semuanya sudah terlambat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.