Istri Simpanan

Bab 363 - Menikah malam ini juga



Bab 363 - Menikah malam ini juga

0Para warga terus berteriak dengan sangat keras hingga kini banyak warga yang semakin datang meskipun salju belum juga reda. Mereka berbondong-bondong datang bersama anak istri.     

"Bagaimana ini?" Tubuh Soo Yin sangat gemetar ketakutan. Takut jika sampai warga berbuat yang tidak-tidak. Ia merapatkan sweater yang membalut tubuhnya.     

"Tenanglah." Meski Kim Soo Hyun panik tapi sebisa mungkin menenangkan Soo Yin.     

'Dae Hyun, tolong aku. Aku merindukanmu,' ~ batin Soo Yin. Air mata perlahan menetes dari pipinya. Ia sangat menyesal karena sudah tidak patuh.     

"Cepat seret mereka!" teriak warga secara ramai-ramai.     

"Kim Soo Hyun, aku takut," isak Soo Yin semakin keras lagi.     

"Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja." Kim Soo Hyun terus berpikir positif meskipun saat ini dirinya sama-sama ketakutan. Dirinya harus bisa meyakinkan bahwa mereka pasti akan terlepas dari masalah ini.     

Kim Soo Hyun merentangkan kedua tangannya tatkala para warga hendak menyeret mereka. Berusaha menghalangi agar mereka tidak bisa menyentuh Soo Yin.     

"Cukup, tolong jangan main hakim sendiri," sergah Kim Soo Hyun.     

Namun sayang sekali karena para warga bahkan tidak mendengarkannya.     

Para warga seperti tidak mempunyai belas kasihan sama sekali. Tak peduli dengan Soo Yin yang kesulitan berjalan. Mereka terus menyeret Soo Yin dan Kim Soo Hyun ke tempat kepala desa di sana. Para warga mengarak hingga tubuh Soo Yin terasa sakit semua.     

Kim Soo Hyun tidak dapat melakukan apapun karena semakin menolak, maka para warga akan semakin memukul mereka. Jika kaki Soo Yin baik-baik saja, mungkin mereka bisa berlari untuk kabur.     

Kim Soo Hyun dan Soo Yin didorong hingga jatuh ke tanah di depan sebuah rumah. Beberapa dari warga bahkan melempari mereka dengan botol air mineral dan batu.      

Kim Soo Hyun berusaha menutupi tubuh Soo Yin dari amukan warga. Dia tidak tega jika membiarkan Soo Yin terkena lemparan batu.     

Suasana semakin ramai namun sangat mencekam bagi Soo Yin. Warga semakin banyak yang datang seolah mereka adalah sebuah pertunjukan yang harus ditonton.     

Soo Yin meringkuk di bawah tubuh Kim Soo Hyun. Ia terus menangis tersedu-sedu, jika saja kakinya tidak terluka mungkin sudah melawan mereka sejak tadi.     

"Ada apa ini ramai-ramai?" Seorang pria paruh baya keluar dari rumah bersama seorang wanita. Tubuhnya tinggi dan dadanya tegap sempurna.     

"Tuan, hukum mereka sekarang juga!" teriak salah seorang warga hingga menggema di seluruh area terbuka.     

"Betul, hukum mereka sekarang juga!"     

Suasana semakin riuh dan tidak terkendali. Mereka terus saja melempari kerikil hingga mengenai kepala Kim Soo Hyun. Sebisa mungkin Kim Soo Hyun menutupi tubuh Soo Yin agar tidak terkena lemparan mereka.     

Kim Soo Hyun harus menunduk karena kepalanya cukup sakit terkena batu.     

"Kim Soo Hyun, menyingkirlah. Jangan berada di atasku terus karena kau akan terluka," tukas Soo Yin.     

"Tidak masalah sama sekali. Keselamatanmu jauh lebih penting. Berada sedekat ini denganmu sudah cukup membuatku senang," ucap Kim Soo Hyun sembari tersenyum. Padahal keadaan mereka saat ini tengah genting.     

Soo Yin hanya menghela nafas pasrah mendengar gombalan Kim Soo Hyun.     

"Aku mohon tenang semuanya," ujar seorang pria yang tampak berwibawa dan tampilannya sangat tenang.     

Dia adalah seorang kepala desa.     

Soo Yin sedikit bisa bernafas lega karena ucapan tenang pria itu mampu membuat warga diam meskipun hanya sebentar.     

"Tolong jelaskan, kenapa ribut-ribut seperti ini? Lalu siapa mereka?" ucap Kepala Desa. Pandangannya berkeliling menatap para warga sebelum akhirnya memandang kedua insan yang masih meringkuk di tanah.     

Merasa jika sudah cukup aman, Kim Soo Hyun menggeser tubuhnya. Ia membantu Soo Yin untuk bangkit berdiri.     

"Mereka adalah pasangan yang hendak berbuat mesum di desa kita, Tuan," ujar salah satu warga dengan begitu lantang.     

"Tidak, Tuan. Mereka semua salah paham kepada kami." Soo Yin terus menyanggah apa yang mereka katakan. Air mata kini semakin deras membasahi pipinya.     

"Mana ada maling teriak maling! Sudah jelas-jelas kami melihat mereka sedang berciuman."     

Soo Yin melotot mendengar ucapan warga. Ciuman apa? Mereka berpegangan saja tidak. Soo Yin tidak habis pikir jika para warga berpikiran serendah itu terhadapnya.     

Desa di kaki gunung itu memang masih terlalu tradisional. Mereka masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai dan adat di desa mereka. Para warga memang tidak suka jika ada pasangan berbuat sesuatu sebelum menikah. Kelakuan mereka membawa dampak buruk bagi warga desa.     

Mereka juga beranggapan bahwa jika desa mereka dibuat untuk mesum maka desa akan terkena musibah.     

Kim Soo Hyun merogoh ponselnya tapi belum sempat membuka layar, ponsel itu sudah ditebut oleh warga.     

Kim Soo Hyun bisa saja melawan, tapi jumlah warga terlalu banyak. Di sisi lain kaki Soo Yin sakit sehingga ia tidak ingin mengambil resiko yang besar.     

"Kami tidak berciuman!" sanggah Soo Yin sebisa mungkin mengeluarkan suaranya dengan keras. Meskipun suara itu terdengar lirih.     

"Kim Soo Hyun, kenapa kau diam saja? Kita tidak melakukan apapun." Soo Yin menggoyangkan lengan Kim Soo Hyun sambil terus menangis.     

"Percuma saja kita menyanggah karena warga tidak akan percaya. Mereka sudah sangat emosi." Kim Soo Hyun mendesah pasrah. Ia percaya dengan adanya kepala desa, warga tidak akan melakukan apapun.     

"Hai anak muda, tolong kalian jelaskan?" Kepala desa itu memandang rumit ke arah Kim Soo Hyun dan Soo Yin. Ada rasa belas kasihan ketika melihat wajah Soo Yin yang terlihat kusut dan berantakan.     

"Tuan, aku mohon tolong kami. Para warga hanya salah paham. Kami hanya menumpang berteduh di pondok itu. Kami bersumpah tidak melakukan apapun." Soo Yin berlari menghampiri Kepala Desa, lalu bersimpuh di hadapannya. Sekuat tenaga melupakan rasa nyeri di kakinya.     

"Bangunlah, Nona." Kepala Desa itu membantu Soo Yin untuk berdiri.     

Kim Soo Hyun segera mendekati Soo Yin. Sungguh tidak bisa dipercaya Soo Yin melakukan hal itu.     

"Benar, Tuan. Kami sungguh tidak melakukan apapun." Kim Soo Hyun mencoba untuk berbicara tapi para warga tampak tidak sabar akan menghukum mereka.     

"Hukum mereka sekarang! setelah itu kita nikahkan mereka di desa malam ini juga. Itu lebih baik daripada mereka berbuat yang tidak senonoh lagi di tempat lain."     

Warga terus bersorak mengatakan jika mereka harus dihukum lalu dinikahkan.     

"Menikah?" gumam Soo Yin dengan tubuh yang sudah bergetar hebat. Ia menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pikirannya limbung dan hampir ambruk jika Kim Soo Hyun tidak menopangnya.     

Entah kenapa ketika para warga ingin menikahkan mereka, Kim Soo Hyun justru merasa sangat senang. Dengan senang hati dirinya akan menikahi Soo Yin sekarang juga karena memang itulah yang diinginkannya sejak lama.     

Kekacauan semakin tidak terbendung karena kini para warga melemparkan batu dan kayu kembali.     

Soo Yin berusaha menutupi kepalanya dengan tangan karena dahinya sudah terasa memar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.