Istri Simpanan

Bab 364 - Akan bertanggung jawab



Bab 364 - Akan bertanggung jawab

0Kepala desa akhirnya membawa Soo Yin Dan Kim Soo Hyun masuk ke dalam rumahnya. Ia ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sebagai seorang kepala desa, dirinya tidak boleh hanya mendengarkan sebelah pihak saja.     

"Sebaiknya kalian tetap di sini, biarkan aku yang mengurus mereka," ujar Kepala Desa kepada warganya yang hendak ikut masuk ke dalam rumah.     

"Cepatlah, kami sudah tidak sabar ingin menghukum mereka!"     

Kepala Desa meminta anak buahnya untuk berjaga di pintu. Menghalangi para warga yang bersikeras ingin masuk.     

"Nona, duduklah," ujar seorang wanita paruh baya. Ia tersenyum dengan lembut menuntun Soo Yin untuk duduk di lesehan.     

Kim Soo Hyun juga ikut duduk. Dengan tekad yang sudah bulat ia akan bertanggung jawab untuk menikahi Soo Yin, jika memang hal itu harus dilakukan. Itu bukanlah hal sulit baginya. Justru kesempatan yang sangat baik.     

Kini Kepala desa sudah duduk di hadapan mereka. Sebagai seorang pemimpin dia memang sangat berwibawa dan tenang. Bisa dilihat dari raut wajahnya serta ketika ia berbicara.     

"Tolong jelaskan, apa benar kalian berbuat apa yang warga katakan?" ujar Kepala Desa dengan wajah datar.     

"Kami tidak melakukan apapun, Tuan," sanggah Kim Soo. Kemudian ia mulai menceritakan sedikit, bagaimana mereka sampai kepergok oleh warga sekitar.     

Kepala Desa mencoba mencari sorot kebohongan dari mata Kim Soo Hyun tapi tidak menemukannya. Ia berpikir jika mereka sudah jujur.     

"Apa kau bisa menghubungi seseorang untuk datang kemari? Itu digunakan sebagai saksi jika kalian memang tidak berbohong," tukas Kepala Desa. Warganya sudah terlanjur marah sehingga sulit untuk meredamnya.     

"Bisa, Tuan. Tapi ponselku direbut oleh warga," sahut Kim Soo Hyun.     

"Tunggu sebentar." Kepala Desa lantas bertepuk tangan beberapa kali hingga ada anak buahnya yang masuk ke dalam.      

Kepala Desa membisikkan sesuatu ke anak buahnya sebelum akhirnya pergi.     

"Kenapa kalian pulang sampai malam dari tempat guru Cheon? Bukankah kalian bisa melewati jalan yang pintas yang jaraknya tidak terlalu jauh?" tanya Kepala Desa.     

Perguruan bela diri guru Cheon bukanlah tempat yang asing sehingga sudah pasti para warg yang berada di kaki gunung mengetahuinya.     

"Saat kami hendak pulang salju turun cukup deras. Tangganya pasti akan sangat licin sehingga kami memutuskan untuk melewati jalan ini," sahut Kim Soo Hyun.     

"Hmmm, aku sebenarnya yakin jika kalian tidak melakukan apapun. Namun para warga memang tidak suka jika ada pasangan yang berada di tempat sepi," tukas Kepala Desa sembari menghela nafas panjang. Memikirkan warganya yang memang suka main hakim sendiri.     

Soo Yin Hanya mendengarkan sambil tertunduk lesu. Ia merapatkan tubuhnya dengan sweater yang sudah basah.     

"Nona, minumlah agar tubuhmu menjadi lebih hangat," ujar Istri Kepala Desa dengan sangat ramah.     

"Terima kasih, Nyonya," sahut Soo Yin. Lalu meraih cangkir dan menyesap minuman yang baru saja dibawakan oleh pelayan.     

Kim Soo Hyun memandang wajah Soo Yin yang berantakan dengan tatapan iba. Ternyata pilihannya melewati jalan lain justru berakibat seperti ini.     

Wajahnya yang cantik tertutup helaian rambut yang berantakan. Kelopak matanya sembab karena sejak tadi menangis. Bajunya kotor karena para warga mendorong mereka ke tanah.     

'Soo Yin, aku berjanji akan bertanggung jawab untuk semua ini,' ~ ucap Kim Soo Hyun dengan ekspresi sendu.     

"Apa kalian memang menjalin hubungan spesial?" tanya Kepala Desa tiba-tiba.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …." Tenggorokan Soo terasa tercekat mendengarnya. Air yang berada di dalam mulutnya menyembur untunglah hanya mengenai bajunya bukan orang lain.     

"Soo Yin, apa kau tidak apa-apa." Kim Soo Hyun membantu mengusap baju Soo Yin yang basah.     

"Tidak apa-apa, minumannya hanya sedikit terlalu panas di lidahku," tukas Soo Yin.     

"Nona, mari ikut aku ke dalam. Sebaiknya mengganti pakaianmu yang basah. Kebetulan sekali aku memiliki anak perempuan seusiamu," ajak wanita paruh baya itu dengan seulas senyum terukir di bibirnya. Melihat Soo Yin sedikit bisa menghapus rindu dengan putrinya yang sedang kuliah di luar negeri.     

"Terima kasih, Nyonya." Dengan patuh Soo Yin berdiri dan mengikuti langkah istri kepala desa. Meski lukanya sudah mengering tapi kakinya masih terasa nyeri.     

Di ruang tamu Kim Soo Hyun melanjutkan obrolan dengan Kepala Desa. Hingga tidak lama kemudian ada seorang pria yang masuk. Lalu menyerahkan ponsel Kim Soo Hyun.     

================================     

Villa Pyeongchang-dong.     

Dae Hyun baru saja pulang dari hotel. Banyak pekerjaan yang menumpuk sehingga harus pulang telat. Ia juga tidak sempat menghubungi istri kecilnya seharian ini. Yang semakin membuatnya kesal Kim Soo Hyun datang namun pergi lagi.     

"Tuan, anda baru pulang," sapa bibi Xia yang juga baru masuk ke dalam rumah. Ia belum lama pulang dari tempat saudaranya yang sedang berduka.     

"Apakah Bibi baru pulang juga?" ujar Dae Hyun.     

"Sudah satu jam yang lalu, ini baru saja hendak mengantarkan makanan untuk Nona Soo Yin," sahut bibi Xia yang sudah ada nampan berisi makanan di tangannya.     

"Biarkan aku saja yang membawanya ke atas," pinta Dae Hyun sembari meraih nampan yang dibawa bibi Xia.     

Wanita paruh baya itu sebenarnya ingin menyanggah namun Dae Hyun sudah melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.     

Dae Hyun memutar knop pintu, keadaan kamar gelap. Ia lantas meraba dinding untuk mencari keberadaan saklar guna menghidupkan lampu.     

Sepi, tidak ada Soo Yin yang biasanya tengah berbaring di ranjang ketika ia pulang.      

Dae Hyun lantas meletakkan nampan di atas meja. Jantungnya langsung berdetak tidak karuan. cemas dan khawatir langsung merasuk ke dalam pikirannya.      

Buru-buru ia pergi ke kamar mandi untuk memastikan Soo Yin ada di sana. Istrinya bisa saja terpeleset di kamar mandi dan tidak ada yang mengetahuinya.     

Brakk …     

Pintu kamar mandi terbuka dengan sangat keras ketika berbenturan dengan dinding. Lagi-lagi tidak ada siapapun di dalam kamar mandi.     

"Soo Yin, dimana kau saat ini." Dae Hyun mengusap gusar wajahnya karena merasa sangat frustasi.     

Diambilnya ponsel di saku celananya. Mencari nomor ponsel Soo Yin.     

Tring … tring … tring …     

Terdengar suara nada dering yang berasal dari atas ranjang.     

"Kenapa ponselnya ada di sini? Sial!" umpat Dae Hyun sambil mematikan sambungan telepon.     

Dengan langkah tergesa-gesa kini Dae Hyun menuruni tangga untuk bertemu bibi Xia yang masih di dapur.     

"Bibi, Soo Yin tidak ada di kamarnya," ujar Dae Hyun dengan nafas terengah-engah.     

"Apa Soo Yin pamit kepada Bibi akan pergi kemana?" imbuhnya lagi.     

"Tidak, Tuan. Sebelum berangkat, bibi masih bertemu dengan Nona di kamarnya," sahut bibi Xia.     

"Suruh Chung Ho untuk mencarinya di rumah ini. Aku akan mencarinya di luar," perintah Dae Hyun.     

Dae Hyun segera keluar dari rumah kemudian menuju garasi dimana mobilnya sudah terparkir. Pikirannya saat ini benar-benar kacau.     

Dae Hyun mengingat jika tadi malam Soo Yin merengek meminta izin untuk pergi ke kampus. Tapi ia tidak mengizinkan dengan alasan kondisi tubuhnya masih sangat lemah.      

"Dasar gadis ceroboh," ujar Dae Hyun sambil memukul kemudinya.     

Pria itu lantas melajukan mobilnya dengan sangat cepat menembus gelapnya malam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.