Istri Simpanan

Bab 365 - Ragu dan Bimbang



Bab 365 - Ragu dan Bimbang

0Dae Hyun mencari Soo Yin ke kampus. Tak peduli dengan hawa dingin yang menembus masuk pori-pori kulitnya yang menghujam masuk ke dalam ulu hatinya.     

Keadaan kampus belum sepi karena ada yang masuk jam malam untuk kuliah.      

Dae Hyun masih berdiri mengamati gedung fakultas kedokteran di bawah turunnya salju yang semakin deras.     

"Dae Hyun, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mi Young sambil membawa payung di tangannya. Lalu berbagi payung untuk menutupi kepala Dae Hyun yang sudah penuh salju.     

"Aku sedang mencari Soo Yin," sahut Dae Hyun. Hendak melangkah pergi tapi Mi Young menahan dengan memegang lengannya.     

"Apa dia belum pulang?" Mi Young mengerutkan keningnya.     

"Kau bertemu dengannya?" Dae Hyun menghentikan langkah kakinya. Melirik lengannya yang dipegang Mi Young dengan tatapan tidak suka.     

Mi Young lantas melepaskannya.     

"Tadi siang kami bertemu karena kebetulan aku yang mengisi mata kuliah," sahut Mi Young gugup karena Dae Hyun masih menatapnya dengan pandangan tidak suka.     

"Sebaiknya aku pergi," ujar Dae Hyun. Firasatnya mengatakan jika Soo Yin tidak berada di sana.     

"Tunggu," sergah Mi Young.     

"Pakailah agar lebih tubuhmu hangat. Kau bahkan tidak menggunakan mantel di tengah turunnya salju," imbuhnya sambil menyerahkan syall ke tangan Dae Hyun.     

"Tidak perlu, kau jauh lebih membutuhkannya," tolak Dae Hyun secara terang-terangan. Ia masih sangat ingat jika syall itu adalah pemberian darinya ketika pulang berlibur dari Jepang.     

Sudah puluhan tahun tapi tak disangka Mi Young masih menyimpannya.     

Mi Young meremas syall yang ada di tangannya. Tadi ia memang sengaja ingin memberikannya kepada Dae Hyun. Ada sedikit harapan jika pria yang pernah menjadi kekasihnya masih mengingat kenangan mereka.     

"Dae Hyun, salahkah jika aku masih mencintaimu." Mi Young tersenyum pahit ketika melihat Dae Hyun yang perlahan sudah tak nampak lagi. Ia berdecak mengingat bagaimana Dae Hyun sangat mencemaskan Soo Yin. Pikiran jahat terlintas dalam benaknya ingin merebut Dae Hyun kembali.     

"Mi Young, sadarlah. Kau tidak boleh merusak rumah tangga orang lain." Mi Young memukul kepalanya sendiri karena sudah memikirkan hal bodoh yang seharusnya tidak dipikirkan.     

Mi Young memilih masuk karena ingin mengambil barangnya yang siang tadi tertinggal.     

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°     

Dae Hyun kembali menyusuri jalanan yang sudah mulai licin. Ia baru saja menghubungi seseorang untuk menanyakan keberadaan Soo Yin. Namun hasilnya nihil. Ia mengatakan jika Soo Yin sudah pulang sejak siang.     

Dae Hyun memijat pelipisnya dengan sebelah tangan agar bisa berpikir jernih.     

"Sayang, dimana sebenarnya kau saat ini?" Setitik air jatuh sudut matanya.     

Derttt … dertt … dertt …     

Dae Hyu melirik ponselnya yang berada di atas dashboard. Ada nama Kim Soo Hyun yang terpampang jelas di layar.     

"Ada apa?" ujar Dae Hyun dengan suara yang sangat lesu.      

"Kakak, tolong datang kemari sekarang juga!" teriak Kim Soo Hyun dari seberang telepon.      

Dae Hyun dapat mendengar suara keributan yang tampaknya sedang terjadi. Terdengar suara teriakan hukuman, meskipun tidak terlalu jelas karena sangat riuh.     

"Apa lagi? Apa kau membuat masalah?" Kini kepalanya ingin meledak, masalah Soo Yin belum ditemukan. Kini Kim Soo Hyun menghubunginya, karena membuat keributan padahal baru saja keluar dari rumah.     

"Tolong aku, Kak. Kami sekarang sedang mendapatkan masalah," tukas Kim Soo Hyun.     

"Aku sibuk, urus saja sendiri!" tukas Dae Hyun dengan dingin.     

"Tuan, tolong kami. Cepatlah datang kemari."     

Suara isak tangis itu langsung menghujam jantung Dae Hyun. Suara gadis yang sejak tadi dicarinya.      

"Soo Yin, dimana sekarang kalian berada?" ucap Dae Hyun tanpa menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Ia yakin jika keadaan mereka saat ini tidak baik-baik saja.     

"Kami … kami …," ucap Soo Yin terbata karena tidak tahu nama tempatnya.     

Ternyata Kepala Desa yang mengambil alih telepon, menunjukkan kemana Dae Hyun agar bisa cepat ke sana.     

"Baiklah, aku akan segera ke sana."     

Dae Hyun benar-benar syok mendengar apa yang terjadi dengan adik dan istrinya. Bagaimana mungkin mereka bisa bersama? Apakah mereka berselingkuh di belakangnya? Marah dan bimbang bercampur menjadi satu.     

Dae Hyun tidak peduli lagi dengan jalanan yang licin. Ia terus melajukan mobilnya meliuk-liuk melewati jalan yang berkelok-kelok.     

Dadanya terasa sangat sesak dan perih. Bayangan mereka telah berbuat yang tidak-tidak seketika menghantui kepalanya.     

"Arghhhh!" teriak Dae Hyun. Kembali ia memukul stir kemudi lebih keras lagi. Ia sangat marah hingga hampir saja beberapa kali hendak menabrak pembatas jalan.     

Satu jam perjalanan akhirnya kini Dae Hyun sudah sampai ke tempat tujuan. Jalanan masuk ke desa sempit sehingga Dae Hyun memutuskan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan raya.     

Dae Hyun lantas berlari dengan langkah lebar. Ia ingin mengetahui bagaimana keadaan Soo Yin kali ini. Ingin segera mengetahui apakah mereka melakukan apa yang saat ini bersemayam dalam pikirannya.     

Di depan rumah kepala desa sangat ramai karena para warga mendobrak pintu. Mereka sudah tidak sabar melihat Soo Yin dan Kim Soo Hyun di hukum.     

Soo Yin terus terisak ketakutan. Kepala Desa tak mampu lagi membendung kemarahan warganya karena sudah terlalu lama mengulur waktu di dalam.     

"Tenanglah, sebentar lagi keluarganya akan datang." Sebisa mungkin Kepala Desa mengulur waktu sampai Dae Hyun datang.     

Para warga sudah tidak sabar tangan Soo Yin dicekal dengan sangat erat. Hendak menyeretnya kembali keluar.     

"Tunggu!" sergah suara pria dengan sangat lantang. Suaranya mampu membungkam para warga desa yang terus berteriak.     

"Lepaskan dia!" seru Dae Hyun memandang ke arah para warga yang hendak menarik pergelangan tangan Soo Yin. Tatapannya tajam dan berapi-api.     

"Siapa kau berani memerintahkan kami?" ujar salah seorang warga.     

"Aku adalah kekasihnya," sahut Dae Hyu sembari memandang Soo Yin.     

"Dan dia adalah adikku," lanjutnya sambil menunjuk Kim Soo Hyun.     

Semua orang terdiam. Kim Soo Hyun yang paling syok di antara yang lain ketika mendengarnya. Namun ia yakin jika Dae Hyun hanya pura-pura mengatakannya.     

Setelah Dae Hyun menjelaskan panjang lebar akhirnya Soo Yin dan Kim Soo Hyun dibebaskan. Para warga tampak kecewa karena tidak bisa menghukum mereka.     

Mereka kini menyusuri jalan keluar menuju mobil dalam keadaan diam. Suasana hening tanpa ada yang ingin mengucapkan apapun. Hanya terdengar suara isak tangis Soo Yin yang masih tertinggal.     

Ternyata Chang Yuan sudah berada di jalan raya bersama beberapa anak-buahnya. Dae Hyun memang sengaja menghubunginya barang kali mereka dibutuhkan.     

"Masuklah." Dae Hyun membukakan pintu untuk Soo Yin dengan wajah datar.     

"Kakak, biarkan Soo Yin pulang bersamaku," ujar Kim Soo Hyun.     

"Kau bersama Chang Yuan dan ambil mobilmu," tukas Dae Hyun dengan pandangan lurus ke depan tanpa memandang wajah saudaranya.     

"Tapi …," sanggah Dae Hyun.     

"Cepat pulang bersama Asisten Chang!" perintah Dae Hyun dengan sangat marah. Tangannya terus mengepal dengan dada yang menggebu.     

Soo Yin yang sudah berada di dalam mobil dapat mendengar jika suaminya sangat marah saat ini. Ia hanya bisa pasrah dengan kebodohannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.