Istri Simpanan

Bab 366 - Diam



Bab 366 - Diam

0Villa Pyeongchang-dong,     

Dae Hyun membopong tubuh Soo Yin untuk sampai ke kamar. Mana mungkin dia tega membiarkan Soo Yin berjalan sendiri di saat kondisinya berantakan.     

Sejak dalam perjalanan, tak ada sepatah katapun yang terucap di bibir Dae Hyun. Bisa dibilang jika Dae Hyun saat ini sangat marah sehingga lebih baik diam. Karena diam adalah tingkatan tertinggi dari rasa marah.     

Sedangkan Soo Yin tampak syok dengan apa yang baru saja terjadi. Ia meringkuk di dada Dae Hyun sambil melingkarkan tangan di lehernya. Ia seperti bermimpi karena hampir saja dinikahkan secara paksa dengan Kim Soo Hyun. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan dalam benaknya.     

Setelah sampai di kamar, Dae Hyun segera merebahkan Soo Yin di ranjang.     

"Mau kemana?" Soo Yin menahan lengan Dae Hyun ketika pria itu hendak beranjak pergi.     

"Aku akan mengobati lukamu terlebih dahulu," sahut Dae Hyun, dengan pelan melepaskan cengkraman Soo Yin dari tangannya.     

Sebenarnya Dae Hyun saat ini sangat ingin marah dan membanting semua yang ada di depan matanya. Namun sebisa mungkin menahan amarahnya agar tidak menakuti istri kecilnya. Ia tidak tega jika harus membuatnya menangis lagi. Biarlah batinnya yang tersiksa untuk sementara waktu.     

Dae Hyun pergi ke kamar mandi untuk mengambil air hangat. Kemudian mencari kotak obat di dalam laci.     

Soo Yin duduk di sisi ranjang hendak bangkit untuk mengganti bajunya. Baju yang tadi dipakai sudah kotor dan berkeringat. Soo Yin tidak nyaman untuk memakainya.     

"Tetaplah di situ, katakan apa yang kau butuhkan," tukas Dae Hyun ketika melihat Soo Yin hendak melangkah. Ia lantas meletakkan baskom berisi air hangat di lantai bersama kotak obat di sampingnya.     

"Tidak usah, aku bisa mengambilnya sendiri." Soo Yin merasa sangat tidak enak hati karena selalu saja menyusahkan Dae Hyun. Terlebih lagi saat ini tatapan Dae Hyun begitu dingin kepadanya. Sangat jauh berbeda dengan biasanya yang hangat dan penuh kasih sayang.     

Meski Dae Hyun tidak berkata kasar dan mengomel seperti biasanya jika ia berbuat salah. Tapi Soo Yin tahu jika suaminya saat ini sangat terluka.     

Dae Hyun mendudukkan Soo Yin kembali di tepi ranjang dengan pelan. Lalu segera pergi mencari pakaian untuknya.     

Setelah mendapatkannya, Dae Hyun mulai membantu mengenakan pakaian untuk Soo Yin dalam keadaan diam. Tak ada candaan atau pun godaan yang biasanya diucapkan.     

Suasana kamar itu sangat hening. Hanya terdengar suara nafas mereka yang saling bersahutan.     

Kini Dae Hyun sedang mengobati luka Soo Yin dengan antiseptik agar tidak semakin parah. Pria itu merasa iba sekaligus ingin mengumpat dan memarahi kecerobohan istri kecilnya. Namun sekuat tenaga menahannya agar jangan sampai keceplosan.     

Setelah selesai, Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di ranjang. Menutupi tubuhnya dengan selimut agar lebih hangat. Ingin rasanya ikut berbaring di sampingnya. Tapi rasa marah masih bersemayam di hatinya Sehingga Dae Hyun memutuskan untuk tidur di luar.     

"Sayang, mau kemana?" rengek Soo Yin dengan nada manja. Tangannya mencekal pergelangan tangan Dae Hyun yang menggantung pada kedua sisinya.     

"Tidurlah, aku akan keluar sebentar." Dae Hyun berusaha berbicara dengan nada selembut mungkin. Bibirnya terangkat sedikit mengukir senyuman tipis meski terasa berat.     

Soo Yin terduduk. Sebelum Dae Hyun melangkahkan kakinya, ia terlebih dahulu melingkarkan tangan begitu erat di pinggang suaminya.     

"Jangan pergi," ucap Soo Yin lirih. Air mata tak mampu lagi terbendung dari sudut matanya. Soo Yin merasakan kesedihan yang teramat dalam.     

Dae Hyun menghela nafas panjang. Terdiam dengan tangan yang mengepal erat menggantungkan pada kedua sisinya.     

"Aku mohon, jangan diam saja. Aku tahu jika kau sangat marah kepadaku. Pukul saja aku, agar kau bisa menumpahkan semua amarah yang kau rasakan saat ini," tukas Soo Yin berusaha menahan air mata agar tidak turun.     

"Sayang, jangan diam saja. Katakan apa yang harus aku lakukan agar kau bisa memaafkanku?" Soo Yin tersedu-sedu tak kuasa lagi membendung rasa bersalah di hatinya.     

Dae Hyun masih termangu di tempatnya.     

'Maaf Soo Yin, Aku memang tidak seperti pria lain yang bisa memaafkan dengan mudah suatu kesalahan. Pikiran burukku tentang kalian saat ini masih bersemayam di dalam pikiranku,' ~ batin Dae Hyun sambil memejamkan kedua matanya.     

Bukannya Dae Hyun tidak percaya tapi dirinya ningin menenangkan diri terlebih dahulu.     

Soo Yin menapakkan kakinya di lantai, kemudian perlahan bangkit berdiri. Tangannya tidak terlepas dari pinggang Dae Hyun. Takut jika pria itu akan meninggalkannya.     

Jujur saja jika Soo Yin merindukan keposesifan Dae Hyun kepadanya. Rindu omelannya yang tidak boleh dekat dengan pria manapun.     

Malam ini Soo Yin merasa jika ada jarak yang tercipta di antara mereka. Ia takut jika suaminya percaya dengan apa yang telah warga katakan.     

Soo Yin memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan lelaki yang berdiri tegap itu. Ia ingin melihat tatapan lembut yang biasa tercipta untuknya.     

"Sayang, pukul aku jika memang hal itu bisa memaafkanku." Soo Yin meletakkan tangan besar Dae Hyun ke pipinya. Berharap pria itu memukul wajahnya. Itu akan terasa jauh lebih baik dari pada diam saja. Tatapan matanya juga terlihat hampa.     

"Apa yang kau bicarakan? Aku sudah memaafkanmu." Dae Hyun mengusap pipi Soo Yin dengan lembut. Namun sorot matanya tidak dapat berbohong jika ia memendam rasa marah.     

"Lalu kenapa kau ingin pergi keluar jika sudah memaafkanku," tukas Soo Yin dengan mata berkaca-kaca.     

"Aku hanya ingin keluar sebentar karena takut melukaimu." Dae Hyun menangkup kedua pipi Soo Yin. Dikecupnya sebentar bibir ranum yang terlihat pucat beberapa detik.     

"Jangan pergi." Soo Yin kembali memeluk erat tubuh suaminya. Kini isak tangisnya jauh lebih keras lagi. Membenamkan kepalanya di dada bidang yang selalu memanjakannya.     

Dae Hyun tak membalas pelukan Soo Yin, tangannya mengepal di belakang punggung istrinya. Sungguh ia merasa cemburunya saat ini angat berlebihan.     

"Sekarang tidurlah karena hari sudah malam. Aku lelah dan sangat mengantuk. Sebaiknya kita bicara besok pagi." Dae Hyun melepaskan tangan Soo Yin pelan-pelan lalu menuntunnya kembali naik ke atas ranjang.     

Soo Yin menurut, meski hatinya masih sesak tapi ia ingin Dae Hyun beristirahat juga.     

"Tidurlah di sini dan jangan kemana-mana," ucap Soo Yin.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya seraya tersenyum pahit     

"Aku tidak akan pergi," sahut Dae Hyun.     

Lima menit kemudian Soo Yin sudah terlelap dalam tidurnya setelah mendapatkan kecupan manis dari suaminya.     

Dae Hyun berusaha untuk memejamkan mata. Namun amarah yang merasuk di dalam hatinya belum hilang sempurna sehingga ia memilih bangkit dari ranjang.      

Dae Hyun segera menuruni anak tangga kemudian untuk keluar dari villa. Ia masuk ke dalam mobil kemudian melajukan mobilnya tanpa ada tujuan yang pasti. Saat ini dirinya ingin menenangkan diri terlebih dahulu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.