Istri Simpanan

Bab 367 - Akan melamarnya



Bab 367 - Akan melamarnya

0UN Village,     

Dengan langkah lesu Kim Soo Hyun memasuki rumahnya. Pikirannya masih berkelana mengingat kejadian yang baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu. Sepanjang perjalanan Kim Soo Hyun terus mengumpat dan menggerutu atas kebodohannya.     

"Soo Hyun, akhirnya kau pulang," ujar Ny. Park yang sejak tadi mencemaskan keadaan putra bungsunya. Wajahnya tampak khawatir karena seharian tidak mendapatkan kabar dari putranya. Ia mencemaskannya karena baru saja keluar.     

"Hmmm." Kim Soo Hyun menjawabnya dengan lemah dan tidak bersemangat. Perasaan bersalah kini tengah menyelimuti hatinya karena tidak bisa melindungi gadis pujaannya.     

Kim Soo Hyun menyesal karena tidak melawan para warga padahal seharusnya bisa melakukannya. Malah meminta bantuan kepada saudaranya. Sakit dan sesak saat ini ia rasakan. Harapan bisa menjadi seseorang yang bisa menjaga orang yang dicintainya kini sirna sudah.     

Soo Yin pasti berpikiran jika dirinya pria yang penakut dan tidak bertanggung jawab. Kim Soo Hyun merasa seperti seorang pecundang.     

"Kim Soo Hyun, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian bisa terjebak di sana bersama Soo Yin?" tanya Ny. Park yang tak mampu lagi menyembunyikan rasa penasarannya.      

Ketika matahari tenggelam, Ny. Park menanyakan keberadaan Kim Soo Hyun kepada Dae Hyun karena ponselnya tidak aktif. Benar saja dugaannya jika Kim Soo Hyun tidak berada di hotel.     

"Ceritanya panjang, Bu." Kim Soo Hyun seraya menatap wanita paruh baya yang sudah merawatnya hingga sekarang. Ingin mengatakan sesuatu tapi mengurungkan niatnya.     

"Cepat katakan sekarang juga." Ny. Park tampak sudah tidak sabar ingin mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.     

Kim Soo Hyun menghela nafas berat. Merasa ragu untuk mengatakan semuanya. Namun jika tidak jujur, Dae Hyun pasti mengatakan semuanya.     

"Aku pergi ke tempat guru Cheon namun pulang ketika matahari tenggelam …." Kim Soo Hyun mulai menceritakan sedikit bagaimana mereka yang hampir saja dipaksa menikah oleh warga desa. Serta warga yang memperlakukan mereka dengan kasar.     

"Kasihan Soo Yin, pasti sekarang dia sangat syok dan trauma," ujar Ny. Park dengan wajah sendu. Sebagai seorang ibu, ia bisa merasakan kejadian yang menimpa putranya.     

"Kenapa kau tidak membawanya kemari?" imbuh Ny. Park.     

"Kakak tidak memperbolehkannya, Bu," sahut Kim Soo Hyun sembari tersenyum pahit.     

"Ya ampun seharusnya Dae Hyun membawanya ke rumah kita, sehingga ibu bisa menghiburnya." Ny. Park berdecak kesal.     

Mana mungkin Kim Soo Hyun membantah perkataan saudaranya. Sorot matanya begitu tajam dan berapi-api sehingga bisa saja membakarnya hidup-hidup.     

"Mungkin besok aku akan mengunjunginya," ucap Kim Soo Hyun. Bibirnya terangkat sedikit mengukir senyuman untuk menenangkan sang ibu jika Soo Yin baik-baik saja.     

"Bagaimana kalau besok kita langsung melamarnya?" tukas Ny. Park. Mengeluarkan semua pikiran yang sudah terpendam sejak lama.     

Wajah Kim Soo Hyun seketika langsung merekah. Sepertinya ibunya memiliki keinginan yang sama dengannya. Padahal tadi ia takut jika ibunya akan menolak permintaannya.     

"Apakah ibu setuju?" Raut wajah Kim Soo Hyun semakin cerah, tak dapat menyembunyikan kegembiraan di hatinya.     

"Tentu saja, tidak ada alasan untuk menolak gadis sebaik Soo Yin. Bukankah sejak pertama ibu sudah mendukung kalian?" ujar Ny. Park dengan raut berbinar. Sepertinya keinginannya untuk menjadikan Soo Yin sebagai menantu akan terkabul dalam waktu dekat.     

"Sebaiknya bicarakan terlebih dahulu dengan ayah, Bu. Apakah ayah sudah istirahat?" ujar Kim Soo Hyun. Pasalnya ia ingin secepatnya melamar Soo Yin kalau bisa besok atau paling lambat seminggu ke depan.     

"Belum, ayahmu masih berada di ruang kerjanya. Sekarang duduklah, biarkan ibu yang memanggilnya," tukas Ny. Park sambil berlalu meninggalkan ruang tamu untuk memanggil suaminya. Tak peduli saat ini yang sudah larut malam.     

Kim Soo Hyun ingin meminta pendapat ayahnya terlebih dahulu agar malam ini bisa tidur. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Tubuhnya saat ini benar-benar terasa remuk.     

Mata Kim Soo Hyun langsung melebar ketika melihat saudaranya pulang. Ingin mengetahui barang kali Dae Hyun membawa Soo Yin pulang je rumah mereka.     

"Kakak, akhirnya kau pulang juga." Kim Soo Hyun mengedarkan pandangannya ke belakang Dae Hyun tapi tidak menemukan siapapun.     

"Bagaimana keadaan Soo Yin? Kenapa tidak membawanya kesini? Aku sangat mencemaskannya," imbuh Kim Soo Hyun.     

Dae Hyun mencoba untuk bersabar agar tidak mengeluarkan kata-kata kasar. Ingin sekali ia memaki saudaranya yang hampir saja membuat istrinya kembali terluka. Jika tadi sampai terjadi sesuatu mungkin Dae Hyun akan membunuhnya.     

"Kakak, tolong jawab pertanyaanku," tukas Kim Soo Hyun karena saudaranya hanya terdiam membisu.     

Mendengar Kim Soo Hyun menyebutkan nama Soo Yin membuat Dae Hyun tidak sabar. Hingga begitu sampai di depan adiknya, Dae Hyun menghentikan langkah. Tatapannya seperti raja iblis.     

"Kenapa kau begitu ceroboh mengajaknya ke tempat guru Cheon? Apa kau tidak bisa berpikir jika terjadi sesuatu kepadanya? Pria macam apa kau sebenarnya, membawa seorang gadis menaiki gunung hingga malam?" Dada Dae Hyun menggebu ingin meluapkan semua amarahnya yang sejak tadi tertahan.     

"Aku hanya ingin membantu mencarikannya guru bela diri. Soo Yin mengatakan ingin berlatih untuk berjaga-jaga," sahut Kim Soo Hyun dengan sangat jujur sekaligus sebagai upaya pembelaan diri.     

Dae Hyun mengusap gusar wajahnya, mengingat Soo Yin yang sangat tidak sabaran ingin berlatih. Padahal ia sudah menemukan orang yang tepat tadi pagi. Ia tidak mengizinkan karena kemarin belum menemukan pelatih yang tepat untuknya.     

"Seharusnya kau tidak perlu mengajaknya ke sana. Kau bisa membawanya ke tempat bela diri yang ada di sekitar Seoul. Kau hampir saja membuatnya celaka." Dae Hyun ingin mengucapkan kata-kata kasar tapi tidak tega.     

"Kebetulan sekali aku ingin pergi ke tempat guru Cheon sehingga aku mengajaknya," sahut Kim Soo Hyun seraya merendahkan suaranya.     

Baru kali ini Kim Soo Hyun takut kepada saudaranya. Biasanya dirinya akan membantah dan melawannya.     

"Apakah kau tahu akibatnya jika sampai aku datang terlambat sedikit saja? Kalian mungkin akan dipermalukan di depan umum dan langsung dinikahkan secara paksa," ucap Dae Hyun dengan nada tinggi sambil mencengkram kerah Kim Soo Hyun hingga terangkat berdiri.     

"Aku tidak masalah sama sekali jika harus menikah dengan Soo Yin. Aku berjanji akan membahagiakannya," ucap Kim Soo Hyun sambil memegang lehernya karena merasa tercekik. Baru kali ini melihat Dae Hyun sangat marah, bahkan ia tangan saudaranya kini sangat terasa gemetar.     

Kim Soo Hyun mencoba untuk berpikir positif jika tidak mungkin Dae Hyun memiliki perasaan kepada Soo Yin. Seperti yang diucapkannya kepada warga.     

"Kau memang pria tidak berguna!" Hati Dae Hyun semakin memanas mendengar pernyataan Kim Soo Hyun. Nafasnya terasa menggebu karena amarah yang ia rasakan.     

"Dae Hyun, ada apa ini?" Aeri sontak terkejut melihat suaminya seperti hendak memukul Kim Soo Hyun.     

Dae Hyun mencoba menghela nafas panjang ketika mendengar suara Aeri yang tiba-tiba saja datang. Ia lantas melepaskan kerah baju saudaranya, lantas mendorongnya hingga terhempas ke sofa kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.