Istri Simpanan

Bab 368 - Sulit menolak



Bab 368 - Sulit menolak

0Tanpa terucap sepatah katapun, Dae Hyun lantas menaiki tangga menuju Kat putranya. Jo Yeon Ho adalah satu-satunya yang bisa membuatnya tenang saat ini. Semoga saja saat ini putranya sudah tidak marah lagi.     

Setelah sampai Dae Hyun lantas berbaring di samping Jo Yeon Ho, memeluknya hingga perlahan putranya bergerak menggeliatkan tubuhnya.     

"Ayah?" ucapnya dengan kedua bola mata yang langsung terbelalak lebar. Sesuai perintah ibunya, Jo Yeon Ho harus tetap marah sebelum Dae Hyun berjanji untuk tidak menyakiti ibunya.     

"Maaf, ayah membangunkan tidur nyenyakmu." Dae Hyun hendak mengusap puncak kepala Jo Yeon Ho namun anak itu justru menggeser tubuhnya untuk menjauh.     

"Pergi dari sini!" tukas Jo Yeon Ho. Ada perasaan rindu yang mendalam dengan ayahnya tapi anak itu harus melakukan perintah ibunya agar mereka selalu bersama.     

"Yeon Ho, apa kau masih marah kepada ayah?" tukas Dae Hyun dengan dahi berkerut. Tak disangka jika putranya masih mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Ia belum sempat meminta bantuan seseorang karena sibuk dan beberapa masalah selalu muncul.     

"Aku tidak suka mempunyai ayah pemarah," tukas Jo Yeon Ho seraya meletakkan bantal guling di antara mereka sebagai pembatas.     

"Yeon Ho, ayah sungguh minta maaf. Memaafkan kesalahan ayah kali ini saja," bujuk Dae Hyun.     

"Aku akan memaafkan, jika Ayah meminta maaf kepada ibu dan berjanji tidak akan membuatnya menangis," pinta Jo Yeon Ho.     

Dae Hyun terbungkam dengan permintaan putranya. Permintaan itu tidaklah sulit tapi sangat berat untuk dilakukan. Jika meminta maaf maka ia sangat yakin jika Aeri akan merasa menang.     

Ceklek …     

Terdengar suara pintu terbuka, tanpa menoleh pun Dae Hyun sudah tahu siapa yang masuk ke dalam kamar.     

"Yeon Ho, kau belum tidur?" ujar Aeri seraya menghampiri putranya lalu duduk di sampingnya.     

"Cepatlah jika Ayah ingin meminta maaf," tukas Jo Yeon Ho sembari bangkit duduk menyandarkan tubuhnya di bahu Aeri.     

Dae Hyun memijat pelipisnya, ini adalah hal paling sulit untuk ditolak. Padahal sebentar lagi Dae Hyun ingin bercerai dengan Aeri. Jika tidak mau meminta maaf kepada Aeri maka putranya akan semakin membenci.     

Dae Hyun memang selalu lemah dengan permintaan putranya.     

"Aeri, aku minta maaf," ucap Dae Hyun dengan nada datar.     

Senyuman lebar langsung tersungging di bibir Aeri. Ini adalah kesempatan yang sangat ditunggu agar Dae Hyun meminta maaf kepadanya.     

"Apakah kau sungguh tidak akan mengulangi perbuatanmu?" Aeri memang sengaja mengatakannya di depan Jo Yeon Jo agar Dae Hyun tidak bisa berkutik.     

"Hmmm," sahut Dae Hyun cuek.     

"Lihatlah, ayah sudah meminta maaf kepada ibu. Sebaiknya sekarang kau juga harus memaafkan ayahmu." Aeri mengusap pundak putranya dengan lembut. Hatinya teramat bergembira hari ini.     

"Baiklah." Jo Yeon Ho menggeser tubuhnya lalu memeluk tubuh ayahnya dengan erat. Sudah beberapa hari ini tidak merasakan pelukan hangat yang membuatnya merasa sangat rindu.     

Dae Hyun mendekap putranya seraya mengecup puncak kepalanya. Memeluknya seperti ini sungguh membuatnya merasa sangat tenang. Rasa marah kini perlahan sirna meski tergantikan oleh rasa kesal dengan Aeri.     

"Sayang, tadi ibu memintamu untuk turun. Mereka ingin membicarakan sesuatu," tukas Aeri sambil memandang Dae Hyun.     

"Ini sudah tengah malam, besok saja karena aku sudah lelah," ujar Dae Hyun.     

"Mereka sepertinya ingin meminta pendapatmu tentang Soo Yin. Kim Soo Hyun berencana untuk melamar gadis itu secepatnya," tukas Aeri dengan santai.     

"Apa?" seru Dae Hyun, seperti sedang mendengar bom atom yang langsung meledak di kepalanya. Rahangnya seketika langsung mengeras.     

"Mereka saat ini sedang membicarakannya," terang Aeri. Kecurigaannya semakin kuat saat ini ketika melihat wajah Dae Hyun yang seketika langsung dipenuhi dengan amarah. Wajahnya tegang dan tatapannya begitu tajam meski tidak melihat ke arahnya.     

"Yeon Ho, sekarang tidurlah. Ayah akan turun sebentar kemudian kembali menemanimu lagi." Dae Hyun melepaskan Yeon Ho dari dekapannya.     

Dengan langkah tergesa-gesa, Dae Hyun segera menuruni anak tangga.     

Soo Yin menarik sebelah bibirnya ke atas. Tampaknya hari ini adalah keberuntungannya. Dengan Kim Soo Hyun menikahi Soo Yin maka gadis itu tidak akan mengganggu Dae Hyun lagi.     

Aeri menidurkan Jo Yeon Ho terlebih dahulu sebelum mengikuti Dae Hyun turun. Ia ingin tahu apa yang akan Dae Hyun lakukan.     

Jika bersikeras menolak maka sudah bisa dipastikan memang Dae Hyun memiliki hubungan dengan sekretarisnya. Namun sayang sekali karena Aeri tidak memiliki bukti.     

Terdengar suara orang yang tengah mengobrol sehingga Dae Hyun langsung melangkahkan kakinya ke sana.     

"Ada apa ini? Apa tidak bisa membicarakan sesuatu besok pagi saja," ucap Dae Hyun yang sudah diliputi emosi kembali. Padahal baru saja hatinya merasa tenang.     

"Dae Hyun, kau ini kenapa emosi seperti itu?" ujar Ny. Park dengan dahi berkerut.     

Park Ji Hoon memandang Dae Hyun dengan perasaan rumit. Akhirnya apa yang ditakutkannya selama ini akan terjadi juga. Dari sorot matanya ingin mengatakan jika Dae Hyun harus tenang.     

"Ini sudah malam, Bu," sahut Dae Hyun dengan helaan nafas panjang.     

"Tidak apa-apa karena kami semua belum mengantuk. Kim Soo Hyun mengatakan jika tidak akan bisa tidur sebelum mengatakan semuanya," ujar Ny. Park.     

"Menurutmu bagaimana sifat Soo Yin selama bekerja denganmu? Ibu lihat dia anak yang sangat  rajin,' ungkap Ny. Park.     

"Emangnya kenapa, Bu?" Dae Hyun mencoba memancing, pura-pura tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan.     

"Kami akan melamar Soo Yin secepatnya. Ibu ingin dia tinggal di rumah ini agar tidak merasa kesepian. Kata Kim Soo Hyun dia tinggal di rumah yang kecil." Ny. Park mengatakan perihal keinginannya.     

"Apa kau yakin ingin melamarnya?" Dae Hyun mengerutkan keningnya sambil memutar otak agar bisa menghentikan niat Kim Soo Hyun.     

"Tentu saja aku sangat yakin. Aku akan membahagiakannya dengan sepenuh jiwa dan raga," ucap Kim Soo Hyun dengan begitu mantap. Bayangan mereka berjalan di atas altar membuat jantungnya berdegup kencang.     

"Kau bahkan baru beberapa hari mengenalnya. Tidak usah tergesa-gesa." Dae Hyun berusaha berbicara dengan kepala dingin karena semakin menentang maka mereka akan semakin curiga.     

"Aku sudah menyatakan cinta cukup lama kepadanya namun belum ada jawaban. Mungkin dia malu untuk menjawabnya." Kim Soo Hyun tidak mengatakan kejadian malam itu karena ada ibunya.     

"Kau yakin dia mau menerima perasaanmu?" cibir Dae Hyun dengan penuh percaya diri.     

"Tentu saja aku sangat yakin," tukas Kim Soo Hyun.     

"Soo Hyun, sebaiknya kau pastikan terlebih dahulu. Ayah tidak mau jika kau terburu-buru," ujar Park Ji Hoon untuk menengahi perdebatan yang mungkin akan berujung dengan percekcokan.     

"Ji Hoon, kenapa kau sepertinya tidak suka jika Kim Soo Hyun bersama Soo Yin?" Ny. Park menyipitkan matanya memandang sang suami.     

"Sekarang istirahatlah, ini sudah larut malam." Tanpa menjawab pertanyaan istrinya, Park Ji Hoon segera meninggalkan ruang itu.     

Yang lainnya juga ikut bubar. Kini Dae Hyun bisa sedikit bisa bernafas lega karena ayahnya seperti mendukungnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.