Istri Simpanan

Bab 369 - Istri Pembangkang



Bab 369 - Istri Pembangkang

0Setelah malam itu, Dae Hyun tidak kembali ke villa padahal kejadian sudah berlalu dua hari.     

Soo Yin sudah  sangat merindukannya. Hanya ada sebuah pesan masuk beberapa detik yang lalu dari Dae Hyun.     

[Jika kau ingin keluar dari rumah tidak masalah. Jangan memaksakan diri berada di rumah terus jika sudah sehat. Aku yakin kau merasa bosan]      

Ini pertama kalinya pesan yang Dae Hyun kirimkan terbaca begitu dingin oleh Soo Yin. Sudut matanya kini mulai mengembun. Memikirkan suaminya yang masih marah membuat Soo Yin sangat stress.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di kursi, matanya memandang jauh menerawang kejadian malam itu. Merutuki betapa bodoh pemikirannya.     

"Nona?" panggil bibi Xia.     

Soo Yin masih tetap pada posisinya karena tidak mendengar suara bibi Xia yang memanggilnya dengan suara lirih. Wajahnya terlihat kusut, tidak ada pancaran sinar dari matanya.     

"Nona." Bibi Xia menepuk pundak Soo Yin dengan lembut takut mengagetkannya.     

Soo Yin menolehkan wajahnya ke belakang.     

"Ada apa, Bibi?"     

"Ini sudah gelap, sebaiknya Nona masuk ke dalam. Jika sakit tuan Dae Hyun pasti akan sangat mencemaskan Nona," bujuk Bibi Xia untuk yang kesekian kalinya meminta Soo Yin masuk ke dalam.     

Wanita paruh baya itu merasa sedih melihatnya terus termenung.     

"Dia sangat marah kepadaku, Bibi. Aku memang istri pembangkang yang tidak pernah menurut dengan perkataan suamiku. Dia pantas untuk marah dan mungkin tidak akan memaafkanku," tukas Soo Yin sembari tersenyum pahit.     

"Itu tidak benar. Saat ini mungkin saja tuan Dae Hyun sedang sibuk sehingga tidak bisa datang kemari." Bibi Xia ingin menghibur hati Soo Yin agar tidak berpikiran buruk.     

"Biasanya dia tidak seperti itu, Bibi. Sekarang sikapnya begitu dingin. Bahkan pesan yang dikirimkannya tidak seperti biasanya." Soo Yin menghela nafas berat.     

"Sudah, jangan berpikir yang tidak-tidak. Sekarang sebaiknya berpikir positif jika tuan hanya sedang sibuk," ujar bibi Xia dengan lembut sehingga bisa memberikan efek ketenangan untuk Soo Yin.     

Soo Yin menghela nafas panjang lalu menganggukan kepalanya. Menyetujui ucapan bibi Xia untuk berpikir positif tentang suaminya. Meskipun tidak dapat dipungkiri pikiran buruk tentangnya selalu hadir.     

"Sekarang sebaiknya Nona makan terlebih dahulu," ajak bibi Xia.     

Soo Yin akhirnya mengikuti langkah bibi Xia untuk masuk ke dalam rumah. Tidak ada lagi minuman di ruang kerja Dae Hyun padahal Soo Yin ingin sejenak melupakan kerinduannya karena sudah beberapa hari tidak bertemu.     

Rindu itu sangat menyakitkan.     

Setelah selesai makan Soo Yin kembali ke kamarnya. Ingin menghabiskan waktu untuk membaca lebih banyak buku karena sejak kemarin hanya termenung tanpa melakukan sesuatu yang bermanfaat.     

Dering ponsel mengalihkan Soo Yin dari buku yang sedang dibaca. Dahinya berkerut ketika melihat nama Kim Soo Hyun tertera di layar ponsel. Namun itu hanyalah sebuah pesan singkat.     

[Soo Yin, 15 menit lagi aku akan sampai di depan rumahmu. Aku akan menjemputmu untuk pergi makan malam. Bersiap-siaplah] tulis Kim Soo Hyun.     

Keringat dingin seketika keluar dari kulitnya. Soo Yin sangat panik saat ini.     

"Bagaimana ini? Kim Soo Hyun pasti datang ke rumah itu," gumam Soo Yin sambil menepuk jidatnya.     

Soo Yin melangkahkan kakinya menuju balkon. Mondar-mandir mencari cara bagaimana agar jangan sampai Kim Soo Hyun datang. Pria itu pasti akan tahu jika sebenarnya tidak tinggal di sana     

Dengan tekad yang bulat akhirnya Soo Yin menghubungi Kim Soo Hyun.     

"Selamat malam, Sayang." Suara Kim Soo Hyun terdengar begitu ceria malam ini.     

Soo Yin meneguk salivanya tatkala mendengar sebutan Kim Soo Hyun untuknya. Namun sebisa mungkin Soo Yin bersikap biasa saja tanpa mendengarkannya.     

"Aku hanya ingin bertanya apa kau memang mengirim pesan?" ujar Soo Yin dengan gugup.     

"Benar, aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu. Kita harus bertemu malam ini juga," tukas Kim Soo Hyun.     

"Tak bisakah kau mengatakannya di telepon saja? Karena saat ini aku sedang tidak ada di rumah." Jika Kim Soo Hyun berniat ingin menanyakan perihal jawabannya, Soo Yin ingin menjawabnya dengan jujur meskipun itu akan menyakitkan baginya.     

"Ini sangat penting sehingga aku ingin mengatakannya langsung. Memangnya kau dimana, biarkan aku menjemputmu?"     

"Maaf aku sekarang sedang berada di rumah teman untuk mengerjakan tugas." Soo Yin memikirkan cara agar Kim Soo Hyun tidak datang ke rumah itu.     

"Apa kau sibuk?" Terdengar nada kecewa dari Kim Soo Hyun.     

"Hmmm, aku bahkan menginap di sini," tukas Soo Yin.     

"Sayang sekali, kalau begitu lain kali saja aku menjemputmu,"tukas Kim Soo Hyun.     

Soo Yin bisa bernafas lega setelah mematikan sambungan telepon. Bisa saja Soo Yin datang ke depan rumah itu, tapi saat ini sedang tidak ingin pergi kemanapun. Terlebih lagi Bibi Xia pasti tidak akan membiarkannya pergi.     

°     

°     

Hari sudah mulai pagi menjelang siang, sebelum Soo Yin turun dari ranjang. Terlebih dahulu dilihatnya ponsel, barang kali ada sebuah pesan yang dikirimkan Dae Hyun.     

Kosong, tidak ada satu pesan pun yang masuk. Soo Yin merasa frustasi dibuatnya. Agar pikirannya tidak selalu memikirkannya, Soo Yin hari ini akan pergi kuliah. Mungkin berkumpul bersama teman-teman bisa mendinginkan pikirannya.     

Setelah bersiap-siap, Soo Yin segera berangkat. Hari ini jadwal masuk agak siang sehingga bersantai sedikit.     

Soo Yin meminta Chung Ho menurunkannya agak jauh dari gerbang kampus dengan alasan ingin berjalan karena sudah beberapa hari hanya berdiam diri.     

Wajahnya tak dapat menyembunyikan kekecewaan yang sedang dirasakannya. Sepanjang berjalan kaki, Soo Yin terus berpikir mungkin Dae Hyun butuh waktu untuk memaafkan semua kesalahannya.      

Berharap jika Dae Hyun tidak akan bosan karena sikapnya belum juga dewasa. Masih selalu terburu-buru tanpa memikirkan dampak yang terjadi.     

Soo Yin memang berada di kelas tampak sedang mendengarkan dosen yang sedang memberikan mata kuliah. Namun pikirannya menerawang jauh entah kemana.     

Jae-hwa yang duduk tepat di sampingnya sesekali menyenggol ketika Dosen mengajukan pertanyaan untuknya. Beruntung semalam sudah mempelajarinya sedikit sehingga tidak terlalu sulit untuk Soo Yin menjawabnya.     

"Soo Yin, ada apa denganmu hari ini? Apa kau sakit?" Jae-hwa menautkan kedua alisnya dengan rasa khawatir melihatnya hari ini sangat murung dan tidak bersemangat.     

"Tidak, aku baik-baik saja," sahut Soo Yin berusaha menyunggingkan senyum tipis.     

"Namun, kau tampak tidak sehat hari ini. Sebaiknya kita meminta izin pulang, biarkan aku mengantarkanmu ke rumah," ujar Jae-hwa.     

"Terima kasih, tapi aku sungguh baik-baik saja. Kau tidak perlu cemas." Soo Yin berusaha membuat wajahnya seceria mungkin agar Jae-hwa tidak mengajaknya pulang.     

"Baiklah." Jae-hwa merasa lega melihat Soo Yin yang sudah mulai mengikuti mata kuliah meskipun tampak dipaksakan.     

Tak terasa kini hari sudah sore. Ada rasa enggan untuk Soo Yin pulang terlalu cepat. Kebetulan sekali saat hendak keluar dari kampus bertemu dengan Hyo Rin dan yang lainnya.     

"Soo Yin, ayo kita pergi menonton. Sore ini ada film bagus. Sekalian kita pergi jalan-jalan," ajak Hyo Rin.     

"Aku ikut," sahut Soo Yin tanpa pikir panjang. Sepertinya menonton adalah ide yang bagus. Sudah lama juga tidak pergi semenjak jarang bertemu Jean.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.