Istri Simpanan

Bab 370 - Melihatnya bahagia



Bab 370 - Melihatnya bahagia

0Mereka pergi ke salah satu Mal terbesar yang ada di Seoul. Sekalian ingin makan sebelum menonton. Jadwal film masih lama sehingga mereka memutuskan untuk berkeliling mencari pernak-pernik khas yang biasa digemari anak muda.     

"Soo Yin, kenapa kau terlihat tidak bersemangat?" tukas Mi Na penasaran.      

Sejak tadi wajah Soo Yin tertunduk lesu dengan bibir yang cemberut.     

"Apa ada masalah?" lanjut Mi Na.     

"Tidak sama sekali," sahut Soo Yin dengan cepat.     

"Tampaknya kau perlu minum atau makan dengan bahan cokelat agar lebih bersemangat," tukas Yoon-ah.     

"Benar, aku juga ingin memakannya," timpal Hyo Rin.     

Soo Yin hanya pasrah ketika mereka menarik pergelangan tangannya. Mereka terus berjalan menuju cafe yang menjual makanan dan minuman yang berbahan cokelat.     

Mereka kini sudah duduk melingkar di depan meja sambil menunggu pesanan datang.     

"Soo Yin, ayolah jangan bersedih seperti itu. Katakan apa kau bertengkar dengan kekasihmu?" tanya Yoon-ah.     

"Ti … tidak," sahut Soo Yin terbata. Baginya ini lebih menyeramkan dari pada pertengkaran yang mereka lakukan.     

"Tidak mungkin mereka bertengkar. Kekasih Soo Yin sangat baik," timpal Hyo Rin.     

Soo Yin mengerutkan keningnya. Merasa curiga dengan Hyo Rin yang mengetahui hubungannya dengan Dae Hyun.     

"Apakah kau tahu siapa dia?" tanya Mi Na kepada Hyo Rin dengan wajah berbinar.     

"Aku hanya mengira-ngira saja," sahut Hyo Rin sambil meringis.     

Obrolan mereka terhenti ketika pelayan datang membawakan pesanan.     

Soo Yin memesan satu Parfait cokelat dengan potongan buah di dalamnya. Ia mulai menikmatinya, memang memakan sesuatu berbahan cokelat membuat suasana hatinya membaik. Mungkin sebaiknya Soo Yin harus meminta bibi Xia menyiapkan makanan tersebut ketika dibutuhkan.     

Mereka menikmati pesanan sambil mengobrol. Soo Yin kini sudah bisa mulai berbaur dengan obrolan mereka.     

Setengah jam sudah berlalu, sekarang saatnya menonton film di bioskop.     

"Kalian masuk saja terlebih dahulu, aku ingin ke toilet sebentar," ujar Soo Yin.     

"Baiklah, jangan terlalu lama."     

Soo Yin menganggukan kepalanya, lalu bergegas ke toilet yang ada di mal. Ketika melewati tempat bermain anak, sekilas Soo Yin seperti melihat Dae Hyun tengah bermain permainan dengan Jo Yeon Ho.     

Soo Yin segera menyembunyikan diri untuk mengintipnya di balik tembok agar tidak terlihat.     

Di sana Dae Hyun tengah bermain balapan mobil dengan putranya. Wajahnya tampak berbinar dengan diselingi tawa renyah. Pria itu tampak bahagia, tidak seperti biasanya yang bersikap datar.     

Dada Soo Yin semakin sesak rasanya. Rongga dadanya yang sudah berlubang terbakar dengan api cemburu ketika melihat ternyata ada Aeri bersama mereka.     

Soo Yin tersenyum pahit melihat mereka yang tampak seperti keluarga yang sangat bahagia. Jo Yeon Ho tertawa begitu riang ketika naik mobil bersama ayahnya.     

"Pantas saja kau tidak menghubungiku," ujar Soo Yin sembari berdecak. Ingin ia mempercayai setiap apa yang Dae Hyun ucapkan. Namun kenyataannya Soo Yin belum sanggup melihat mereka tertawa bersama.     

15 menit sudah Soo Yin berdiri di sana. Mengamati mereka, Dae Hyun terlihat akrab dengan Aeri. Kepercayaan yang sudah dibangun kini runtuh seketika.     

Soo Yin tidak tahan lagi melihat raut wajah bahagia yang terpancar dari wajah mereka.     

Tanpa sengaja Aeri menoleh ke arah Soo Yin hingga pandangan mereka bertemu beberapa saat. Soo Yin lantas mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia kemudian segera pergi karena tak ingin jika Dae Hyun melihatnya.     

Soo Yin mencuci wajahnya sebelum keluar dari kamar mandi. Matanya terpejam beberapa saat agar pikiran buruk hilang dari ingatannya.     

"Hmmmm."     

Soo Yin membuka matanya ketika mendengar suara wanita yang tidak asing terdengar di telinganya.     

"Hai, apa kau sengaja mengikuti kami?" sindir Aeri dengan perasaan sangat senang.     

"Untuk apa aku mengikuti kalian? Apakah itu penting untukku?" Soo Yin berbicara dengan tenang sambil memandang wajahnya di cermin. Mengusap sisa-sisa air yang menempel di kulitnya dengan tisu.     

"Tidak usah berpura-pura. Berapa uang yang diberikan Dae Hyun kepadamu?" ucap Aeri dengan sarkas.     

"Apa maksudmu?" Soo Yin menyipitkan matanya seraya memandang Aeri dari pantulan cermin karena wanita itu kini berdiri tepat di belakangnya.     

"Tidak usah pura-pura. Bukankah kau dan Dae Hyun memiliki hubungan? Aku ingin tahu berapa uang yang suamiku berikan kepadamu sehingga kau mau menghabiskan malam bersamanya," cibir Aeri sambil tersenyum miring.     

Soo Yin ternganga, tidak menyangka jika Aeri mengetahui hubungannya dengan Dae Hyun. Namun sepertinya dia tidak mengetahui pernikahan mereka. Soo Yin menjadi gugup, tapi sebisa mungkin berusaha untuk tenang. Ia tidak ingin terpancing oleh jebakan Aeri.     

"Omong kosong apa yang kau ucapkan?" sanggah Soo Yin. Jika mengatakan yang sebenarnya pun Aeri tidak akan percaya dan mungkin bahkan dirinya akan ditertawakan oleh banyak orang.     

"Kau pikir aku bodoh. Mana mungkin ada gadis miskin yang jarang bekerja bisa kuliah di fakultas kedokteran. Aku yakin jika semua itu adalah uang suamiku." Aeri berdecak sambil melipat tangannya di dada.      

Soo Yin terdiam sambil berpikir untuk melakukan pembelaan.     

"Kau juga tidak lebih buruk dariku. Berselingkuh dengan manajer Han di belakang tuan Dae Hyun," tukas Soo Yin dengan berani untuk mengalihkan pembicaraan mereka.     

"Meskipun Dae Hyun tahu jika aku berselingkuh. Namun selamanya kami tidak akan berpisah sehingga jangan harap kau bisa merebutnya dariku. Aku memiliki Jo Yeon Ho yang sangat disayang olehnya. Dae Hyun tidak akan pernah tega untuk menyakiti putranya. Sedangkan kau hanyalah serangga kecil yang malang." Aeri terkekeh, menertawakan Soo Yin yang sudah tampak emosi.     

"Dasar perempuan gila!" tukas Soo Yin. Sungguh tidak dipercaya jika ia memiliki madu seorang psikopat.     

"Aku memang sudah gila ketika memutuskan untuk menikah dengan Dae Hyun," ucap Aeri di sela tertawanya.     

"Sudahlah, aku tidak ada urusan denganmu," ujar Soo Yin hendak melangkah pergi meninggalkan toilet namun Aeri menahannya.     

"Sebaiknya kau segera menikah dengan Kim Soo Hyun agar tidak mengganggu suamiku lagi. Meskipun sebenarnya aku kasihan dengan adik iparku yang rela mendapatkan seorang gadis yang ternyata bekas dari banyak pria hidung belang," ujar Aeri seraya tertawa renyah.     

"Jaga ucapanmu!" seru Soo Yin yang tidak terima dikatakan gadis bekas hidung belang.     

"Asalkan kau tahu jika Dae Hyun itu juga melakukannya dengan banyak wanita. Setelah dia bersenang-senang bersamamu, dia juga bercerita tentang dirimu yang sangat payah ketika berada di atas ranjang. Sangat tidak berpengalaman," pancing Aeri.     

Soo Yin semakin mendidih ketika mendengarnya. Tak disangka jika suaminya mengatakan hal itu kepada istri tuanya.     

Plak …     

Ketika Aeri lengah, Soo Yin lantas mendaratkan telapak tangan di pipinya untuk meluapkan semua amarah.     

"Beraninya kau," ujar Aeri sembari memegang pipinya karena tamparan Soo Yin cukup keras.     

"Itu akibatnya karena kau sudah berbicara omong kosong," tukas Soo Yin. Lalu melangkah meninggalkan kamar mandi dengan wajah yang sudah memerah terbakar amarah.     

Selepas kepergian Soo Yin, Aeri tertawa renyah karena sudah berhasil mengancam Soo Yin. Ia yakin setelah ini Soo Yin akan menjaga jarak dengan suaminya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.