Istri Simpanan

Bab 371 - Payah di Ranjang



Bab 371 - Payah di Ranjang

0Soo Yin melangkah dengan hentakan kaki yang cukup kuat menapaki lantai. Teringat bagaimana ucapan Aeri yang mengatakan dirinya payah di ranjang. Itu seperti sebuah tamparan untuknya. Karena hal itu merupakan sesuatu yang seharusnya tidak diumbar tapi sayang sekali suaminya mengatakan, meskipun Soo Yin merasa tidak yakin akan hal itu.     

"Haruskah aku berlatih dahulu agar lebih berpengalaman? Mungkin aku mulai sekarang harus banyak menontonnya agar tidak diremehkan," gumam Soo Yin sambil bersungut-sungut.     

Keinginannya untuk nonton film romantis sirna sudah dalam bayangannya. Mulai sekarang mungkin harus menonton banyak blue film agar tidak direndahkan.     

Pikiran Soo Yin sangat kacau kali karena seperti sebuah penghinaan baginya. Tak dapat dipungkiri jika memang tidak memiliki pengalaman seperti wanita lain yang sudah dewasa darinya.     

Wajah Soo Yin sangat memanas. Kali ini ia sudah berada di luar Mal hendak menghentikan taksi. Sebelumnya sudah mengirimkan pesan kepada teman-temannya karena tidak bisa ikut nonton dengan alasan mendadak sakit perut.     

Soo Yin tidak tahu harus kemana malam ini. Hanya kalimat singkat yang Aeri ucapkan mampu membuatnya frustasi.     

"Payah di ranjang." Kata-kata itu masih terngiang-ngiang di telinganya.     

Ketika dalam perjalanan, pandangan Soo Yin tertuju pada sebuah bar mewah yang berada di Seoul. Soo Yin ingat jika Jean pernah mengatakan dia bekerja di sana sebagai pelayan.     

Jean memang memilih bekerja di bar dari pada kembali ke hotel dengan alasan tidak ingin bertemu dengan Kim Soo Hyun. Ia mengatakan ingin berusaha melupakan pria itu.     

Sekarang Soo Yin sudah memiliki arah dan tujuan. Ia tidak ingin membuat khawatir bibi Xia sehingga mengirimkan pesan untuknya. Mengatakan jika dirinya menginap di rumah teman karena ada tugas yang harus dikerjakan. Soo Yin tidak tahu malam ini pulang atau tidak. Untuk berjaga-jaga lebih baik ia mengatakannya seperti itu.     

Soo Yin meminta supir taksi untuk menurunkannya di depan gedung Griffin Bar. Dipandanginya tempat itu hingga beberapa menit lamanya. Hatinya berdegup kencang, karena ini adalah pertama kalinya datang ke sebuah tempat seperti itu.     

Ia memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya memberanikan diri untuk masuk. Soo Yin mengeratkan pegangan tangannya pada tali tas yang tersampir di bahunya. Ada ketakutan tersendiri masuk ke sana.     

Gugup saat ini dirasakannya ketika baru saja melangkah masuk. Meski lampu remang-remang tapi Soo Yin bisa merasakan beberapa pasang mata tertuju padanya. Bulu kuduknya merinding ketika mengedarkan pandangannya ada pria yang memandangnya dengan begitu intens.     

Suara musik cukup membuat gendang telinganya seperti mau pecah karena Soo Yin memang tidak terlalu suka mendengarkan musik dengan suara keras.     

Soo Yin tersenyum lebar ketika melihat Jean tengah mengantarkan pesanan ke meja tamu. Dengan langkah cepat ia segera menghampiri sahabatnya.     

Meski bekerja di bar tapi pakaian Jean masih bisa dibilang sopan. Ia tidak memakai pakaian seksi seperti yang lainnya. Lagi pula pekerjaannya di sana hanyalah sebagai pelayan biasa bukan pelayan plus-plus yang biasa melayani pria hidung belang.     

"Hai, Jean," sapa Soo Yin. Namun sepertinya Jean tak mendengarnya, karena terhalang oleh suara musik disko yang cukup memekakan telinganya.     

Soo Yin melangkah lebih dekat menuju barista dimana Jean tengah berada di sana bersamanya.      

Ketika Jean memandang Soo Yin, ia seperti bermimpi melihat seseorang yang mirip dengan sahabatnya. Karena meyakini tidak mungkin Soo Yin datang ke tempat seperti itu.     

Namun setelah diamati lebih dekat ternyata itu memang benar Soo Yin.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan di sini?" ujar Jean dengan alis yang saling bertautan.     

"Aku … aku  …." Soo Yin juga bingung apa sebenarnya tujuannya ke sana. Yang jelas dirinya ingin sejenak melupakan rasa panas yang memburu di dada.     

"Duduklah, aku akan mengantarkan pesanan dulu," ujar Jean sembari menarik kursi untuk Soo Yin duduk. Lalu pergi mengantarkan pesanan para tamu kembali.     

Seorang pria berkaca mata hitam, sejak tadi mengamati Soo Yin ketika baru saja masuk. Ada rasa ketertarikan pada Soo Yin saat melihat wajahnya yang begitu cantik dan polos.     

"Nona, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" ujarnya kepada Jean yang baru saja menyuguhkan pesanannya.     

"Silahkan, Tuan," sahut Jean dengan sopan.     

"Bolehkah aku tahu siapa gadis itu? Apakah kau mengenalnya?" Pria itu memandang ke arah Soo Yin di balik kaca mata hitamnya.     

Jean termangu, bingung antara jujur atau berbohong. Ia memiliki firasat buruk tentang hal itu. Biasanya jika seorang pria yang datang ke sana menanyakan tentang seorang wanita maka sudah dipastikan ada ketertarikan dengannya.     

"Dia … dia adalah temanku, Tuan. Namun dia bukan pelayan atau pekerja di bar ini. Dia datang kemari hanyalah sebagai tamu," terang Jean. Sebelum terjadi kesalahpahaman maka sebaiknya menjelaskan semuanya.     

"Hmmm." Pria itu mengangguk kemudian menyuruh Jean untuk pergi.     

Jean melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menghampiri Soo Yin. Sebelum mendapatkan masalah besar sebaiknya membawa keluar Soo Yin dari bar.     

"Soo Yin, katakan apa sebenarnya tujuanmu ke tempat ini? Tidak usah macam-macam. Bagaimana jika suamimu tahu? Dia pasti akan marah besar," celoteh Jean panjang lebar, secara halus ingin mengusir sahabatnya dari tempat itu.     

"Aku hanya ingin minum sedikit. Antarkan aku ke kamar khusus karena aku ingin menyewanya," tukas Soo Yin yang sudah menghabiskan satu gelas wine. Tampak gelas yang ada di tangannya sudah kosong.     

"Soo Yin, ada apa denganmu? Cepat berikan ponselmu biarkan aku menghubungi tuan Dae Hyun." Jean menengadahkan tangannya meminta ponsel.     

"Jean, tidak usah mengadu kepadanya. Dia saat ini sedang pergi jalan-jalan dengan Aeri. Cepatlah tunjukkan aku kamarnya," tukas Soo Yin yang sudah tidak sabar. Niatnya untuk menonton blue film demi mencari referensi ingin segera tersalurkan.     

"Ya sudah, cepat ikut aku," ajak Jean sembari menarik pergelangan tangan Soo Yin agar mereka cepat pergi. Karena pandangan pria yang tadi menanyakan Soo Yin sejak tadi tidak teralihkan.     

Jean membawa Soo Yin ke dalam sebuah kamar yang biasanya di pesan oleh para pengunjung bersama pasangannya. Di sana bisa untuk karaoke dan bisa untuk menonton blue film juga.     

"Tetaplah di sini, tutup pintunya dari dalam. Aku tidak ingin terjadi sesuatu padamu," saran Jean dengan ekspresi datar. Bukan tidak senang bertemu Soo Yin, tapi mereka bertemu di saat yang tidak tepat.     

"Tenanglah, aku di sini hanya ingin sekedar numpang nonton saja," sahut Soo Yin dengan enteng.     

"Jean, bawakan aku wine," imbuh Soo Yin seraya meringis karena tidak mengatakannya sejak tadi.     

"Tidak, aku tidak mau kau mabuk. Jika ada masalah sebaiknya jangan dibiasakan mabuk," tukas Jean dengan tegas.     

"Aku mohon sedikit saja," rengek Soo Yin sambil memegang lengan Jean.     

"Kenapa kau tidak menonton di rumah saja?" ujar Jean.     

"Tidak seru," sahut Soo Yin seraya menghempaskan tubuhnya di sofa empuk.     

Jean menggelengkan kepalanya menanggapi kelakuan sahabatnya kali ini. Ia mencurigai ada kesalahpahaman yang terjadi di antara dia dan suaminya. Soo Yin sering mengambil keputusan yang salah karena selalu tergesa-gesa.     

"Sebentar lagi jadwal kerjaku selesai. Setelah ini aku akan menemanimu," ujar Jean. Kemudian bergegas pergi meninggalkan Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.