Istri Simpanan

Bab 374 - Sangat Agresif



Bab 374 - Sangat Agresif

0Villa Pyeongchang-dong,     

Begitu masuk, mereka langsung disambut Bibi Xia yang tampak terkejut melihat Dae Hyun yang membopong tubuh Soo Yin.     

"Tuan, apa yang terjadi dengan nona muda?" ujarnya dengan perasaan cemas.     

"Dia sepertinya mabuk berat, Bibi," sahut Dae Hyun sambil melangkah melewati ruang tamu.     

"Saya pikir nona benar-benar menginap di rumah temannya karena sedang mengerjakan tugas." Bibi Xia menghela nafas berat.     

"Tidak apa-apa ini bukan salah Bibi." Dae Hyun tidak ingin menyalahkan siapapun karena mungkin ini adalah salahnya.     

Bibi Xia lantas menceritakan sedikit bagaimana sikap Soo Yin beberapa hari ini yang tampak sangat murung. Mengatakan jika Dae Hyun tidak lagi peduli padanya.     

Bibi Xia hanya mengikuti Dae Hyun sampai depan pintu kamar. Pria itu tidak menginginkannya membantu membersihkan tubuh Soo Yin karena akan melakukannya sendiri.     

Dae Hyun mulai menggantikan pakaian Soo Yin dengan yang bersih karena aroma wine sukup menusuk hidungnya. Setelah itu membasuh tangannya yang terasa lengket dengan handuk kecil. Tak disangka keinginannya untuk membuat Soo Yin merasa nyaman justru berakhir seperti ini.     

Dae Hyun mengusap wajah Soo Yin pelan karena takut jika membangunkannya. Pedih, teramat perih melihat gadis yang begitu dicintainya berbuat nekad. Beruntunglah pria yang membawanya pulang tidak berbuat sesuatu kepadanya. Jika sampai bertemu orang yang salah sudah bisa dipastikan Soo Yin tidak akan baik-baik saja saat ini.     

"Sayang, kenapa kau selalu bertindak ceroboh?" gumam Dae Hyun lirih sambil memandangnya dengan masam.     

Setelah selesai Dae Hyun hanya berbaring tanpa memejamkan mata di samping Soo Yin hingga pagi. Rasa kantuk seakan tak ingin hadir di matanya.     

Sejak semalam Dae Hyun hanya memandang wajah Soo Yin yang baru beberapa hari tidak dilihatnya. Biasanya Dae Hyun akan melihatnya secara diam-diam meski mereka tidak bertemu. Namun kemaren memang tidak melakukannya karena sibuk.     

Ada sedikit masalah yang terjadi di hotel. Kontraktor yang akan membangun gedung mendadak mengundurkan diri padahal semuanya sudah dipersiapkan. Terpaksa Dae Hyun harus bekerja keras untuk mrncari kontraktor baru yang sesuai.     

Kim Soo Hyun belum bisa juga diandalkan. Malah memikirkan ingin segera melamar Soo Yin.     

Soo Yin semakin merapatkan tubuhnya memeluk Dae Hyun. Matanya masih terpejam karena kepalanya masih agak pusing.     

"Sayang, bangunlah," bisik Dae Hyun dengan lembut sambil menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahnya.     

Hari sudah siang, Dae Hyun tidak ingin jika Soo Yin sampai kelaparan. Takut lambungnya kambuh seperti kemarin.     

Bisikan itu terdengar begitu merdu di telinga Soo Yin sehingga membuatnya berpikir jika itu adalah mimpi manisnya. Soo Yin tidak ingin bangun jika itu adalah sebuah mimpi.     

"Sayang," panggil Dae Hyun kembali.     

"Hmmm," ujar Soo Yin. Malah semakin mengeratkan pelukannya.     

"Ayo bangun, jangan sampai kau terlambat makan seperti kemarin. Aku tidak ingin kau sakit," ujar Dae Hyun.     

"Apakah ini benar-benar dirimu? Apakah aku tidak bermimpi jika yang menjemputku semalam di bar adalah kau?" ucap Soo Yin perlahan membuka matanya.     

Dae Hyun menghela nafas berat mengetahui jika semalam Soo Yin ternyata ke bar dan pria itu yang membawanya pulang.      

'Payah di ranjang.'     

Kalimat itu kembali terngiang dalam benaknya, sehingga Soo Yin melebarkan matanya. Menggeser tubuhnya mendekati wajah Dae Hyun. Diusapnya dagu pria itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus.      

Soo Yin menempelkan bibirnya ke bibir Dae Hyun. Lalu melumatnya dengan begitu agresif dan menggebu. Akan ia buktikan jika dirinya tidak payah di ranjang. Akan ia mempraktekkan apapun yang ditontonnya semalam.     

Dae Hyun cukup terkejut dengan tingkah Dae Hyun saat ini yang sangat berbeda dari biasanya. Ini bukanlah Soo Yin yang biasa ia kenal. Soo Yin biasanya akan malu-malu.     

Dengan gerakan cepat kini Soo Yin sudah berada di atas Dae Hyun. Hasratnya semakin bergelora tatkala mengingat setiap adegan film yang ditontonnya.     

Kancing baju Dae Hyun satu per satu sudah dilepaskan olehnya. Ketika hendak meraih resleting celana, Dae Hyun segera menahan tangannya. Ia merasa kali ini ada yang salah dengan Soo Yin.     

"Ada apa?" ujar Soo Yin dengan bibir cemberut dan mata yang sayu.     

"Katakan apa yang sebenarnya terjadi padamu? Kenapa kau seperti ini?" Bukannya Dae Hyun tidak menginginkannya tapi sepertinya memang ada yang salah dengan istri kecilnya.     

"Bukankah kau suka wanita yang berpengalaman? Semalam aku sudah menonton banyak video, sehingga dipastikan kau akan sangat puas," ucap Soo Yin sambil mengerling nakal di bawah kesadarannya yang belum pulih.     

"Apa maksudmu?" Dae Hyun semakin tidak mengerti dengan ucapan Soo Yin. Dicekalnya pergelangan Soo Yin yang hendak kembali mengusap perutnya.     

"Kenapa kau menghentikanku? Kau mengatakan jika aku sangat payah di ranjang. Apa yang harus aku lakukan agar kau tidak meninggalkanku?" Soo Yin mulai terisak kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Posisinya kali ini masih berada di atas Dae Hyun.     

"Siapa yang mengatakannya? Apakah aku pernah mengatakan hal itu? Memang siapa yang akan meninggalkanmu?" Dengan gerakan cepat Dae Hyun sudah berhasil mengungkung Soo Yin di bawah tubuhnya. Ia harus tahu apa yang membuat Soo Yin berkata seperti itu.     

"Aeri yang mengatakannya. Aeri mengatakan jika kau menceritakan hal itu padanya," ujar Soo Yin yang sesenggukan merasakan lara hati yang mendalam.     

"Ya ampun, kenapa kau begitu percaya kepadanya? Katakan dimana kalian bertemu?" Dae Hyun mengusap gusar rambutnya dengan sebelah tangan.     

"Semalam aku bertemu dengannya ketika di mal. Aku juga bisa melihat kau tampak bahagia bersama mereka," ucap Soo Yin  yang sudah membuka telapak tangannya. Kini menatap pria yang ada di depannya dengan tatapan sendu.     

Dae Hyun memejamkan matanya sejenak untuk menahan emosinya agar jangan sampai keluar kata-kata kasar di depan Soo Yin. Kemudian ditatapnya bola mata Soo Yin dalam-dalam hingga pandangan mereka saling terkunci satu sama lain.     

"Sayang, kenapa kau begitu percaya kata-katanya? Dia mengatakannya karena hanya ingin kau menjauhiku," tukas Dae Hyun dengan lembut. Berarti benar dugaannya jika Aeri mulai mencurigai hubungan mereka.     

"Benarkah begitu?" ujar Soo Yin yang hatinya mulai gerasa lega.     

"Mulai sekarang jangan berbuat ceroboh lagi dan jangan terlalu percaya dengan ucapan musuhmu." Dae Hyun mengepalkan tinjunya ingin membuat perhitungan dengan Aeri.     

"Aku hanya kesal karena kau tidak menghubungiku beberapa hari ini. Kupikir kau sudah melupakanku," terang Soo Yin dengan air mata yang mulai mengembun kembali.     

"Aku hanya mencoba menenangkan diri agar tidak marah kepadamu. Kau tahu, aku hampir gila mengetahui kau bersama Kim Soo Hyun malam itu. Jika aku terus bersamamu, aku khawatir akan membuat hatimu terluka dengan kata-kataku." Dae Hyun menangkup pipi Soo Yin.     

"Aku berjanji akan menurut. Aku sungguh minta maaf karena sudah menjadi istri pembakang," ucap Soo Yin dengan pilu.     

"Aku sudah memaafkanmu. Aku yang seharusnya minta maaf karena belum menepati janjiku."     

Dae Hyun sudah merasa lega karena sudah mengatakan semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.