Istri Simpanan

Bab 375 - Nakal dan berpengalaman



Bab 375 - Nakal dan berpengalaman

0Soo Yin terus tersenyum karena semuanya sudah jelas. Wajahnya selalu mengembang seperti bunga yang merekah di pagi hari.     

Apa yang dikatakan Aeri ternyata bohong tentangnya. Meski begitu Soo Yin bersyukur karena berkat semua itu Soo Yin belajar banyak hal. Rasa cintanya kepada Dae Hyun semakin besar.     

Rasa rindu yang menggebu-gebu kini sudah tersalurkan. Sejak tadi Soo Yin terus memeluk tubuh Dae Hyun, enggan untuk melepaskannya.     

Dae Hyun juga tidak membahas pria yang sudah membawa Soo Yin pulang. Biarlah Soo Yin mengira jika dirinya yang menjemput.     

"Sayang, sekarang sebaiknya kita mandi. Ini sudah siang, kau harus makan," ujar Dae Hyun sembari mengusap lembut punggung Soo Yin.      

"Tidak mau, aku ingin memakanmu terlebih dahulu," ucap Soo Yin sambil mengerucutkan bibirnya.     

Dae Hyun mengulum senyum mendengar penuturan Soo Yin, sekarang tidak malu-malu untuk mengatakannya. Haruskah ia berterima kasih pada Aeri?     

"Nanti kita akan melakukannya seberapa lama yang kau inginkan. Sekarang isi energimu sebelum bertempur." Dae Hyun mengerling nakal sembari terkekeh.     

"Katakan kau ingin gaya seperti apa?" Soo Yin tersenyum nakal sembari membayangkan film yang berputar ulang dalam pikirannya.     

"Aku menginginkan semua gaya yang kau punya. Sekarang mandi dan makan terlebih dahulu." Dae Hyun mencubit hidung Soo Yin karena semakin mengeratkan pelukannya. Ternyata gadis kecilnya sudah nakal dan berpengalaman.     

Dering ponsel mengalihkan perhatian mereka. Itu adalah panggilan yang berasal dari ponsel Soo Yin. Ada nama Jean yang tertera di layar ponsel.     

Dae Hyun mengulurkan tangan untuk meraihnya lalu memberikannya kepada Soo Yin.     

"Hallo Jean, ada apa?" ucap Soo Yin. Ia masih mengingat bertemu Jean di bar, sebelum akhirnya mabuk dan mengira pulang bersama Dae Hyun.     

"Soo Yin, dimana kau berada? Biarkan aku menjemputmu sekarang juga," tukas Jean. Ia baru saja mengingat Soo Yin bersama pria asing setelah bangun tidur.     

"Apa maksudku?  Aku sudah ada di rumah, " ujar Soo Yin dengan raut wajah bingung.      

"Benarkah?  Lalu siapa yang mengantarkanmu pulang? Apa pria itu mengantarmu?".     

"Bukankah  semalam Dae Hyun menjemputku? Kau ini bagaimana? " Soo Yin  menggelengkan kepalanya pelan. Sepertinya semalam Jean ikut mabuk sehingga berpikiran yang tidak-tidak.     

"Sini biarkan aku berbicara kepada Jean, " pinta Dae Hyun untuk mengambil alih sebelum  Jean berkata yang sebenarnya. Dae Hyun hanya takut Soo Yin merasa tidak enak hati karena ada pria lain yang menyentuhnya.     

Soo Yin  lantas memberikan ponsel kepada sang suami. Mmang sengaja menghidupkan  loudspeaker agar tak ada rahasia apapun di antara mereka.      

"Jean, jika Soo Yin ke bar kembali  sebaiknya kau segera menghubungiku, " tukas Dae Hyun.      

"Ba … baik, Tuan. Lain kali aku akan melakukannya, " ucap Jean dengan terbata.     

Berhubung  Soo Yin  tengah berbincang  dengan Jean. Dae Hyun  turun dari ranjang lalu membersihkan tubuhnya di kamar mandi terlebih dahulu. Meski hasratnya kian membara, tapi Dae Hyun tidak ingin melakukan kesalahan kembali, menyatukan cinta mereka sebelum  Soo Yin  makan.      

°     

°     

Hari ini adalah spesial untuk Soo Yin  sehingga Dae Hyun mematikan  sambungan telepon. Ia akan menemani Soo Yin seharian penuh berada di rumah atau kemanapun yang dia inginkan.  Selagi bersama semuanya akan baik-baik saja.      

Mereka  saat ini sedang menikmati hidangan yang sudah dimasak oleh bibi Xia. Padahal tadinya Dae Hyun ingin sekali menyiapkan makanan untuk istri kecilnya, tapi Soo Yin justru tidak memperbolehkannya turun dari ranjang.      

Bibi Xia yang berada di dapur, merasa  senang karena mereka sudah berbaikan.     

Setelah selesai makan mereka hanya bersantai tanpa melakukan apapun.     

"Sayang, kau tidak pergi ke hotel hari ini?" tanya Soo Yin sembari bergelayut manja duduk di sofa. Memakai bahu Dae Hyun  sebagai sandaran kepalanya.     

"Haruskah aku memikirkan pekerjaan di saat bersamamu?" Dae Hyun  menempelkan dahunya di puncak kepala Soo Yin.      

"Aku hanya takut jika Aeri mencarimu.  Jika kau tidak ada  di hotel pasti dia semakin mencurigai kalau kita sedang bersama."     

"Biarkan saja. Itu akan sangat bagus jika mereka mengetahui semuanya," tukas Dae Hyun dengan santai.     

"Kapan kalian akan bercerai?" Bukan Soo Yin tidak sabar tapi hanya sekedar ingin tahu.      

"Setelah Yeon Ho kembali  mempercayaiku, ecepatnya aku akan  mengurus  semuanya," sahut Dae Hyun  sembari memikirkan cara agar bisa dengan  mudah  bercerai dari Aeri. Selalu saja ada  hal yang menghalanginya.     

"Apa kau tidak bisa melepaskan Yeon Ho?  Terkadang hidup hanya bisa memilih satu," tukas Soo Yin sembari mendesah panjang.     

Dae Hyun menunduk memandangi Soo Yin berusaha mencerna maksud apa yang diucapkannya.     

'Mungkin dia lelah karena menjalani hubungan seperti ini,' batin Dae Hyun sembari tersenyum hampa. Dirinya juga sudah lelah karena selalu harus sembunyi-sembunyi. Ia tahu jika Soo Yin sudah banyak berkorban selama mereka bersama.     

"Aku akan mencoba untuk menerima jika Yeon Ho memang harus tinggal bersama Aeri." Dae Hyun mengeratkan pelukannya. Namun jika ia melepaskan Jo Yeon Ho, ibunya akan sangat menentangnya.     

Soo Yin tidak bisa membohongi diri sendiri jika menginginkan seperti orang lain. Mereka bebas bergandengan tangan dimanapun tanpa ada rasa takut ketahuan.     

"Lupakan saja apa yang aku katakan. Aku bisa mengerti jika kau pasti sangat sulit melakukannya." Soo Yin menyesal sudah mengatakannya. Seharusnya tidak perlu mengatakan hal itu karena Dae Hyun pasti akan memikirkan tentang ucapannya.     

"Hari ini ayo kita pergi jalan-jalan. Bukankah sudah lama kita tidak pergi?" ajak Dae Hyun untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Aku ingin di sini saja. Bersamamu seperti ini sudah membuatku lebih senang. Jika di luar aku selalu tidak tenang karena tidak bisa sedekat ini," tukas Soo Yin.      

Tangannya memegang tengkuk Dae Hyun lalu mencium pipinya.     

Dae Hyun tersenyum sambil mengacak-acak rambut Soo Yin.     

"Apa kau ingat Hyo Rin?" Soo Yin mengadahkan wajahnya.     

"Hmmm." Dae Hyun menganggukan kepalanya.     

"Dia sangat aneh sekarang. Beberapa hari ini dia begitu baik kepadaku. Padahal sebelumnya dia bersama Li Sa sering mengejekku," tukas Soo Yin.     

"Justru bagus," sahut Dae Hyun datar.     

Soo Yin menyipitkan matanya, sepertinya ada yang salah. Pasti suaminya telah mengatakan sesuatu kepada Hyo Rin.     

"Apa kau melakukan sesuatu kepadanya?" ujar Soo Yin dengan tatapan mengintimidasi.     

"Sedikit," sahut Dae Hyun dengan jujur.     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun. Benar ternyata dugaannya jika Dae Hyun melakukan sesuatu ancaman kepada Hyo Rin seperti ketika di bioskop.     

Soo Yin menghentikan kegiatannya yang sedang mencubit pinggang Dae Hyun. Tatkala dering ponsel cukup keras bergetar di atas meja.     

[Soo Yin, malam ini juga kita harus bertemu. Aku mohon jangan membuatku menunggu terlalu lama. Jangan lupa bawa kalung itu] Kim Soo Hyun.     

Suhu tubuh Soo Yin terasa panas dingin ketika membaca pesan dari Kim Soo Hyun.     

"Ada apa?" Dae Hyun mengerutkan keningnya.     

Soo Yin menyerahkan ponselnya kepada Dae Hyun agar membacanya sendiri. Ia mencoba untuk tenang dan tidak gugup.     

"Datanglah, nanti malam aku akan mengantarmu," tukas Dae Hyun setelah membalas pesannya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Tekadnya sudah bulat untuk tidak membuat Kim Soo Hyun menunggu terlalu lama karena pria itu juga berhak bahagia dengan gadis lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.