Istri Simpanan

Bab 377 - Pijatan lembut



Bab 377 - Pijatan lembut

0Tak terasa waktu cepat sekali berlalu. Sekarang sudah sore, Soo Yin masih dalam posisi tengkurap di ranjang hanya berbalut selimut tubuhnya.     

Sedangkan Dae Hyun baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Ia lantas berjalan menghampiri ranjang.     

"Sayang, apa kau tidak ingin bersiap-siap untuk bertemu dengan adik ipar?" ujar Dae Hyun.     

Soo Yin masih menutup matanya. Ternyata tubuhnya sangat lelah dari biasanya. Ini benar-benar seperti sebuah pertempuran.     

"Apa kau menginginkannya lagi?" goda Dae Hyun di telinga Soo Yin.     

"Jangan menggangguku. Tubuhku sangat lelah dari biasanya," gerutu Soo Yin.     

"Kau bilang ingin melayaniku tapi kenapa kau justru yang tumbang," ujar Dae Hyun seraya terkekeh geli.     

Dae Hyun kini duduk di sisi Soo Yin kemudian melakukan pijatan lembut di pundaknya. Perlahan tangannya bergerak ke punggung dengan menekan tulang-tulangnya.     

"Sayang, kau pandai sekali memijatku. Kenapa kau tidak menjadi juru pijat saja," tukas Soo Yin sembari menikmati sensasi pijatan Dae Hyun yang mampu membuat tubuhnya rileks. Rasa pegal perlahan mulai hilang.     

"Kau yakin jika aku boleh melakukannya? Pasti akan ada banyak wanita yang minta dipijat olehku," ucap Dae Hyun.     

"Akan kuhajar mereka jika sampai macam-macam," ucap Soo Yin dengan sarkas.     

Dae Hyun menggeleng pelan karena Soo Yin masih saja mudah terpengaruh dan terbakar api cemburu meski itu hanya sekedar candaan.     

"Segeralah bersiap-siap, temui adik iparmu itu. Kasihan jika dia menunggu terlalu lama," tukas Dae Hyun yang masih melakukan pijatan di kaki Soo Yin. Menelusuri setiap lekuk tubuh istri kecilnya dengan sengaja.     

"Dae Hyun, kau jangan nakal." Soo Yin menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Dae Hyun agar menghindar dari area sensitifnya.     

"Maka dari itu sekarang bangunlah. Mandi dan ganti bajumu secantik mungkin. Setelah itu aku akan mengajakmu makan malam," ujar Dae Hyun.     

"Kau bilang aku harus bertemu adikmu. Mana mungkin kita bisa makan malam." Soo Yin membalikkan tubuhnya dalam posisi telentang.     

"Sudah, jangan banyak protes." Dae Hyun gemas karena Soo Yin tidak kunjung bangun, sehingga langsung membopong tubuhnya.     

"Kemana kau akan membawaku?" ujar Soo Yin sambil memegangi dadanya karena selimut yang menutupi tubuhnya jatuh ke lantai.     

"Aku akan memandikanmu. Seorang wanita yang akan menolak seorang pria harus mandi bunga terlebih dahulu," ujar Dae Hyun seraya tertawa begitu renyah.     

Soo Yin hanya menurut ketika Dae Hyun membantunya menggosok punggung dan lengannya dengan sabun.     

Jika malam ini Soo Yin tidak ada janji bertemu dengan Kim Soo Hyun, pastilah Dae Hyun akan memakannya kembali. Setiap lekuk tubuh Soo Yin selalu mampu membuat ingin menyentuhnya.     

"Lihatlah, kakimu selalu saja memar jika aku melakukannya," ujar Dae Hyun ketika melihat ruam kebiru-biruan di kaki Soo Yin.     

"Tidak apa-apa, ini sama sekali tidak sakit," ujar Soo Yin seraya meringis. Ia tidak ingin membuat Dae Hyun merasa bersalah sehingga menjauhinya seperti kemarin.     

"Ughhh, kau selalu saja berbohong," tukas Dae Hyun. Lalu membawa Soo Yin keluar setelah memberinya handuk.     

Dae Hyun menyiapkan gaun yang akan dipakai Soo Yin malam ini. Ia ingin pertemuan mereka sesuai rencana sehingga Dae Hyun bisa bernafas lega. Satu dari pesaingnya akan terhempas. Percuma juga mengulur waktu terlalu lama.     

°     

°     

Kim Soo Hyun sudah mengirimkan pesan agar mereka bertemu kembali di Sky Rose Garden. Tempat dimana saat itu ia menyatakan cinta.     

Dae Hyun menunggu di parkiran karena Soo Yin tidak ingin ia mengikutinya sampai lantai atas.     

"Sayang, bagaimana nanti jika dia marah?" Soo Yin sangat gugup karena takut jika sampai Kim Soo Hyun membencinya.     

"Tenanglah, dia sudah dewasa. Sudah seharusnya menerima semuanya dengan lapang dada." Dae Hyun menggenggam jemari Soo Yin untuk mengurangi rasa gugupnya.     

"Lalu, apa yang harus katakan sebagai alasannya?" ujar Soo Yin.     

"Katakan saja jika kau sudah menikah denganku," sahut Dae Hyun dengan santai.     

Soo Yin memukul pundak Dae Hyun karena selalu saja tidak serius jika menjawab pertanyaannya.     

"Bukankah kita memang harus berkata jujur?" ujar Dae Hyun.     

"Sudahlah, sebaiknya aku turun. Berbicara denganmu membuatku ingin marah," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Kemarilah, aku tidak akan membuatmu marah sekaligus mengobatinya." Dae Hyun mencondongkan tubuhnya mendekati wajah Soo Yin lalu menempelkan bibirnya beberapa detik sebelum akhirnya melepaskan.     

Soo Yin mengulum senyum sambil memegang bibirnya dengan jari.     

Ponsel Soo Yin kembali berdering.     

[Soo Yin, apakah kau sudah sampai? Jika belum katakan padaku dimana harus menghampiri dirimu?] Kim Soo Hyun.     

Soo Yin membacanya tanpa berniat ingin membalas.     

"Cepatlah keluar sepertinya adik iparmu sudah tidak sabar ingin bertemu," ujar Dae Hyun sembari terkekeh.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Lantas turun dari dalam mobil.     

Malam ini terlihat begitu anggun dengan gaun simple berwarna peach tapi begitu pas dan cocok di tubuhnya. Membiarkan rambutnya yang panjang terurai begitu saja di bahu.      

Soo Yin menaiki lift dalam keadaan gugup. Ternyata rasanya seperti ini ketika hendak menolak seseorang. Belum menolak saja sudah ada rasa kasihan dalam hatinya.     

Kim Soo Hyun sudah datang sepuluh menit yang lalu. Sejak berada di sana, ia sama sekali belum mendudukkan bokongnya di kursi. Tangannya mengeluarkan keringat dingin karena menahan gugup.     

Pria itu melangkah mondar-mandir menunggu kedatangan sang pujaan hati. Ada rasa tidak sabar ingin mengetahui jawaban seperti apa yang akan Soo Yin berikan. Mengingat pertanyaannya sudah terlalu lama tidak dijawab.     

Wajahnya langsung mekar seperti bunga mawar ketika melihat Soo Yin yang berjalan ke arahnya. Matanya tak mampu mengalihkan pandangan dari Soo Yin yang begitu mempesona.     

"Soo Yin," gumamnya. Lantas menarik kursi agar Soo Yin duduk di sana.     

Soo Yin hanya menggigit bibir bawahnya. Tidak berani menatap mata adik iparnya.     

"Dengan siapa kau datang kemari?" tanya Kim Soo Hyun.     

"Aku … aku datang sendirian naik taksi," tukas Soo Yin terbata. Merendahkan pandangannya ke arah lain.     

Tidak seperti sebelumnya yang hanya ada mereka. Kini tempat itu cukup ramai ditempati oleh pengunjung. Posisi meja mereka saat ini berada di tengah-tengah para pengunjung lain.     

Kim Soo Hyun segera melambaikan tangannya kepada pelayan.     

Tanpa bertanya, pelayan itu seperti sudah mengerti apa yang diinginkan oleh Kim Soo Hyun.     

"Kim Soo Hyun, bolehkah aku menjawabnya sekarang?" ujar Soo Yin yang sudah tidak ingin terlalu lama berada di sana.     

"Tidak usah terburu-buru, kita makan malam saja dulu," ujar Kim Soo Hyun.     

Soo Yin hanya menghela nafas panjang. Sejak tadi duduknya gelisah tak menentu. Berulang kali menggeser bokongnya karena Kim Soo Hyun tak juga menanyakan perihal jawabannya.     

Semua pesanan sudah terhidang di meja. Namun Soo Yin sudah tidak bernafsu sama sekali untuk makan. Soo Yin hanya makan sedikit karena Kim Soo Hyun terus memaksanya.     

Kini di tengah meja tinggalah sebuah cake yang berwarna merah dengan bentuk hati. Kim Soo Hyun ingin memberikan kejutan lagi di dalamnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.